Pintu masuk ke lokasi pertama terjadinya kebuntuan di Kampung Tanduo, yang sekarang menjadi kamp Angkatan Darat Malaysia. Papan namanya bertuliskan (dalam bahasa Melayu), "Selamat datang di Kamp Desa Tanduo. Awas! Anda telah memasuki kamp militer. Mohon jaga disiplin Anda!". Peta lokasi kebuntuan
Tanggal
11 Februari – 24 Maret 2013 (1 bulan, 1 minggu, 6 hari)
Konflik Sabah atau Operasi Daulat adalah sebuah insiden yang muncul setelah sekelompok orang sekitar 235–400 orang, beberapa dari mereka bersenjata, tiba dengan perahu di Kampung Tanduo, Lahad Datu, Sabah dari pulau Simunul, Tawi-Tawi dari Filipina selatan pada tanggal 11 Februari2013.[1][2] Kelompok ini, yang menyebut diri mereka Pasukan Keamanan Kerajaan Kesultanan Sulu dan Borneo Utara,[1] yang dikirim oleh Jamalul Kiram III, salah satu penuntut tahta Kesultanan Sulu. Kiram menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menegaskan klaim teritorial mereka yang belum terselesaikan di timur Sabah (bekas Borneo Utara).[3]
Pasukan keamanan Malaysia telah mengepung desa Tanduo di Lahad Datu di mana kelompok itu berkumpul, sementara negosiasi untuk penyelesaian damai dari konflik ini terus berlangsung.[4]
Reaksi
Negara
Filipina – Sekretaris Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario meminta jaminan pemerintah Malaysia bahwa hak rakyat Filipina "yang telah menjadi penduduk tetap di Sabah dan yang mungkin di kalangan kumpulan" akan dihormati. Dia juga meminta warga Filipina untuk "kembali ke rumah-rumah dan keluarga mereka."[5] Ia juga menjelaskan bahwa tindakan kelompok Filipina tersebut tidak direstui oleh pemerintah Filipina.[6]
Indonesia – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganjurkan solusi diplomatis. Ia berkata "Saya akan mencari solusi diplomatis pada masa yang akan datang, karena ini buruk sekali (kalau kejadiannya berkepanjangan). (Tetapi) itu tidak berarti Indonesia akan campur tangan dalam urusan dalam negeri Malaysia.”[7]
Amerika Serikat – Duta Besar AS ke Filipina, Harry K. Thomas, Jr. mengatakan bahwa Manila dan Kuala Lumpur dapat bekerja sama mengenai hal ini dengan baik. Dia juga menambahkan bahwa kedua negara ini akan duduk bersama dan berbincang, konflik ini dapat diatasi tanpa pertumpahan darah.[8] Selain itu, Amerika Serikat juga menyambut baik Perjanjian Rangka Kerja Bangsamoro pada tahun 2012.[9]
Fuad Kiram mengecam tindakan yang dilakukan oleh sepupunya, Jamalul Kiram III. Ia menyatakan bahwa permasalahan Sabah harus diselesaikan dengan jalur damai.[12] Ia memberi doa kepada rakyat Lahad Datu yang terdampak dari konflik.[13]
^Alipala, Julie and Rosauro, Ryan (23 Februari 2013). "US stays clear of Sabah row". Philippine Daily Inquirer. Diakses tanggal 25 Februari 2013.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)