Kerajaan Kartli-Kakheti
Kerajaan Kartli-Kakheti (bahasa Georgia: ქართლ-კახეთის სამეფო) (1762–1801[1][2]) adalah sebuah kerajaan yang didirikan pada tahun 1762 dengan menyatukan Kerajaan Kartli dengan Kakheti. Semenjak awal abad ke-16 (seperti yang ditegaskan oleh Perdamaian Amasya pada tahun 1555 ), dua kerajaan ini dikendalikan oleh Iran. Pada tahun 1744, Nader Shah memberikan gelar Raja Kartli kepada Teimuraz II dan gelar Raja Kakheti kepada anak Teimuraz, Erekle II (Heraklius II), sebagai imbalan atas kesetiaan mereka.[3] Saat Nader Shah meninggal dunia pada tahun 1747, Teimuraz II dan Erekle II memanfaatkan kekacauan di Iran dan menyatakan kemerdekaan mereka. Setelah Teimuraz II meninggal dunia pada tahun 1762, Erekle menjadi penerusnya, sehingga Kerajaan Kartli dan Kakheti disatukan. Setelah tunduk kepada Iran selama berabad-abad, Erekle mampu menjamin kemerdekaan de facto kerajaannya. Pada tahun 1783, ia menandatangani Perjanjian Georgievsk dengan Kekaisaran Rusia yang menjadikan kerajaannya sebagai protektorat Rusia. Rusia juga memberi jaminan akan melindungi Kartli-Kakheti apabila Iran mencoba untuk menaklukkan atau menyerang Georgia timur. Pada tahun 1790-an, dinasti baru yang disebut Dinasti Qajar telah menguasai Iran dan penguasanya mencoba untuk menaklukkan kembali wilayah Kaukasus. Setelah Erekle II menolak membatalkan perjanjiannya dengan Rusia dan menerima kekuasaan Iran, Agha Mohammad Khan dari Dinasti Qajar menyerbu Kartli-Kakheti. Pasukannya berhasil merebut dan menjarah Tbilisi, sehingga wilayah Kartli-Kakheti kembali dikuasai oleh Iran. Namun, Agha Mohammad Khan tewas dibunuh dua tahun kemudian, sementara Erekle II sendiri meninggal satu tahun kemudian. Akibat peristiwa ini, kerajaan ini mengalami kekacauan, dan pada tahun 1801 wilayah Kartli-Kakheti diambilalih oleh Tsar Alexander I dari Rusia. Seusai Perang Rusia-Persia (1804-1813), Iran secara resmi menyerahkan kerajaan ini kepada Rusia. Catatan kaki
Daftar pustaka
|