Kecamatan Kedunggalar dilintasi oleh jalan nasional yang menghubungan Surabaya - Ngawi - Yogyakarta - Jakarta dan terdapat terminal tipe C Sidowayah di desa Jenggrik yang terletak 5 km utara dari ibu kota kecamatan Kedunggalar. Terminal Sidowayah merupakan perhentian bus AKAP (antar kota antar provinsi), Angkutdes (Angkutan Pedesaan), dan Angkota (Angkutan Perkotaan). Di kecamatan Kedunggalar juga terdapat stasiun kereta Api Kedunggalar yang berada di desa Kedunggalar.
Ekonomi
Masyarakat Kecamatan Kedunggalar mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Pusat perekonomian kecamatan Kedunggalar terpusat di desa Kedunggalar dimana terdapat pasar tradisional Kedunggalar dan pasar ternak (kambing) Kedunggalar. Di kecamatan kedunggalar juga terkenal dengan usaha kerajinan bonggol jati (akar pohon jati) yang dibuat dalam berbagai bentuk produk meubel, patung dan kerajinan-kerajinan lainnya.
Wisata
Kecamatan Kedunggalar dikenal dengan beberapa lokasi wisata sejarah diantaranya ada museum Trinil, Arca Banteng, dan Monumen Soerjo. Museum Trinil terletak di desa Kawu 10 km dari ibu kota kecamat, pada museum Trinil terdapat fosil manusia Jawa atau Pithecantropus Erectus, gading gajah purba, dan berapa peninggalan purbakala. Arca Banteng merupakan peninggalan kerajaan Majapahit yang ditemukan pada area persawahan warga desa Wonorejo. Kemudian terdapat pula monumen Soerjo, monumen Soerjo dibangun sebagai penghormatan kepada gubernur pertama Jawa Timur Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo bersama dua polisi perwira yang dibunuh oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) di hutan jati. Pada Monumen Soerjo, patung RM Soerjo menunjuk kearah makamnya.
Pendidikan
Kecamatan Kedunggalar yang memiliki 12 desa sedikitnya memiliki 80 sekolah mulai dari tingkat SD/MI hingga tingkat SMA/MA dan SMK. Data tersebut diperoleh dari Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Berikut Tabel selengkapnya.