Kabupaten Karanganyar (Kebumen)Kabupaten Karanganyar atau Kadipaten Roma (bahasa Jawa: ꦏꦧꦸꦥꦠꦺꦤꦏꦫꦔꦚꦂ, translit. Kabupatén Karanganyar) adalah sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang telah dihapuskan sejak tahun 1936 dan digabungkan ke Kabupaten Kebumen. Dasar hukum penghapusan dari Kabupaten Karanganyar adalah Staatblad No 629 Tahun 1935 yang ditandatangani oleh De Jonge selaku Gubernur Jendral Hindia Belanda (1931-1936).[1] Asal usul berdirinya Kabupaten Karanganyar ialah pada tahun 1543 yaitu peristiwa penggabungan antara Pucang dan Kaleng menjadi Remo atau Roma yang kemudian dikenal Karanganyar. Kabupaten ini sempat mengalami beberapa kali pergantian nama, mulai dari Jatinegara, Roma hingga Karanganyar. Ibukota Kabupaten Karanganyar terletak di Kecamatan Karanganyar, Kebumen.[2] Banyak tokoh terkenal yang berasal dari Kabupaten Karanganyar seperti Pangeran Kertanegara atau Banyakwide (leluhur dari Prabowo Subianto, Ki Sawunggalih (Tokoh syiar di Bagelen yang diabadikan menjadi nama kereta api), dan R.A.A. Tirtokoesomo (Ketua pertama Boedi Oetomo). SejarahSejarah berdirinya Kabupaten Karanganyar tercatat dalam buku ”De Orloog Op Java van 1825 Tot 1830, 1850” yang ditulis oleh AWP Weitzel. Dimana munculnya daerah atau Kadipaten Roma (Karanganyar) yang dibentuk dari penggabungan antara Pucang dan Kaleng pada tahun 1543 pada masa Kesultanan Demak.[3] Karanganyar yang dahulunya bernama Roma atau Remo pernah masuk bagian dari Karesidenan Bagelen bersama kabupaten baru lainnya yaitu, Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, dan Ledok (Wonosobo). Semua kabupaten baru ini menggantikan administrasi lama sekitar 1831/1832 pasca Perang Jawa berakhir (1825-1830). Semawung berganti menjadi Kutoarjo, Brengkelan berganti menjadi Purworejo, Panjer berganti menjadi Kebumen, Remo atau Roma berganti menjadi Karanganyar.[4] Karanganyar, bersama Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, Karanganyar, Ledok (Wonosobo) menjadi sebuah kabupaten di bawah Karesidenan Bagelen dariu tahun 1831-1900. Kemudian karesidenan Bagelen dihapus dan digantikan menjadi Karesidenan Kedu dari tahun 1901-1945. Karanganyar, selain pernah berada di bawah Karesidenan Bagelen dan Kedu juga pernah menjadi bagian dari Karesidenan Banyumas Selatan dari tahun 1928-1933. Dan pada 1 Januari 1936, Kabupaten Karanganyar yang muncul kembali itu bergabung dengan Kebumen dengan nama Kebumen pada masa Arungbinang VIII. Tanggal itu kemudian dijadikan dasar Hari Jadi Kebumen yang diperingati hingga sekarang. GeografiWilayah dari Kabupaten Karanganyar berdasarkan laporan koran De Locomotief bertanggal 21 Maret 1874, meliputi 5 (lima) Kawedanan (Distrik) antara lain, Kawedanan Kuta Karanganyar, Kawedanan Pejagoan, Kawedanan Gombong, Kawedanan Puring dan Kawedanan Rowokele/Ayah. Jika saat ini maka Kabupaten Karanganyar meliputi: Karanganyar, Gombong, Sruweng, Pejagoan, Karanggayam, Klirong, Adimulyo, Petanahan, Kuwarasan, Buayan, Puring, Sempor, Ayah, Rowokele dan sebagian Tambak (Banyumas). PembubaranTanggal 31 Desember 1935 merupakan bulan kelabu bagi Kabupaten Karanganyar. Nasibnya sebagai sebuah kabupaten yang berdiri pasca berakhirnya Perang Jawa harus berakhir. Karanganyar harus menerima sebuah kenyataan zaman di mana bersama dua kabupaten lainnya yaitu Batang dan Purwokerto harus mengalami nasib yang sama yaitu dihapuskan statusnya sebagai sebuah kabupaten. Tahun sebelumnya (1934) Kutoarjo telah lebih dahulu mengalami nasib dihapus statusnya sebagai sebuah kabupaten (Regenten Wisseling, De Locomotief, 21 Januari 1936).[5] Alasan pembubaran ini adalah faktor krisis besar yang sedang melanda dunia pada kala itu, Pemerintah Hindia Belanda menghadapinya dengan melakukan penghematan besar-besaran salah satunya dengan menghapus lalu menggabungkan beberapa kabupaten. Padahal pada saat itu Kabupaten Karanganyar secara wilayah lebih luas dari Kabupaten Kebumen, selain itu Kabupaten Karanganyar juga lebih kaya secara ekonomi karena memiliki potensi unggulan seperti pertanian, peternakan, industri rumahan, industri bata - genteng dan masih banyak lainnya. Akibatnya, kebijakan pembubaran tersebut mendapatkan tentangan keras khususnya dari Dewan Kabupaten. Banyak pihak yang menilai bahwa pembubaran Kabupaten Karanganyar tidak terlepas dari politik anti perjuangan yang dilakukan Belanda, hal tersebut didukung oleh banyaknya tokoh penting perjuangan Hindia Belanda yang menjabat di Kabupaten Karanganyar. PeninggalanKabupaten Karanganyar banyak meninggalkan jejak sejarahnya meskipun telah lama dibubarkan, khususnya di Kecamatan Karanganyar, Kebumen yang dahulunya merupakan bekas ibukota kabupaten tersebut. Peninggalannya antara lain Alun - alun Besar Karanganyar Kebumen, Masjid Agung Al Mujahidin, Komplek Kantor Bupati Karanganyar (sekarang menjadi Kantor Kecamatan Karanganyar, SMP Negeri 1 Karanganyar, SMP Negeri 2 Karanganyar, SD Negeri 1 Karanganyar, SMK Bina Karya dan SMK Taman Siswa), Rumah Sakit (RS) Panti Nirmolo (sekarang menjadi Puskesmas Karanganyar) dan masih banyak lainnya disekitar Kota Karanganyar. PemerintahanKabupaten Karanganyar sejak tahun 1831 telah mengadopsi sistem pemerintahan yang modern ala Hindia Belanda yaitu Regenschap (konsep daerah TK. II ala Belanda). Berikut Bupati yang pernah memimpin di Karanganyar sejak 1831 yaitu :
Referensi
|