Ambal, Kebumen
Ambal (bahasa Jawa: ꦄꦩ꧀ꦧꦭ꧀) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Ambal terletak di sebelah tenggara Kota Kebumen. Jarak Kecamatan Ambal dari Kota Kebumen adalah 20 kilometer melalui Desa Pucangan. Luas wilayahnya 62,41 km², dan jumlah penduduknya 55.160 jiwa (laki-laki 27.785 jiwa, perempuan 27.275 jiwa). Kecamatan Ambal terdiri atas 32 desa, 113 RW, dan 313 RT. Pusat pemerintahan dan ekonomi Kecamatan Ambal berada di Desa Ambalresmi serta Desa Kenoyojayan Desa/kelurahan
Batas-batas Wilayah
SejarahKecamatan Ambal dahulu merupakan sebuah Kadipaten atau Kabupaten yang beribu kota di Desa Ambalresmi. Kadipaten Ambal termasuk wilayah Bagelen yang dipimpin oleh K. R. A. H. Poerbanagara pada tahun 1828-1872M yang berarti Kadipaten Ambal berdiri Tahun 1828 saat Perang Diponegoro.[1] Pada masa perang Diponegoro, Kadipaten Ambal dan pantai pesisir selatan, yang dikenal dengan Urut Sewu, dikuasai berandalan kejam dan menakutkan bernama Puja atau Gamawijaya. Untuk menumpasnya pemerintah kolonial Belanda mengadakan sayembara yang isinya "Barang siapa yang mampu menangkap Puja akan mendapat hadiah besar". namun ternyata tidak ada yang berani mengikuti sayembara itu. Pada zaman Perang Diponegoro itu, Semadi yang merupakan putra dari selir Hamengku Buwono III, mengungsi ke Kedu. Pangkatnya naik dari ordenans menjadi kolektur di Kebumen dengan nama Raden Ngabehi Mangunprawira. Dia pemberani, dan berniat mengikuti sayembara itu. Dia kemudian berbicara dengan Lurah Desa Sijeruk, Wargantaka dan putranya Andaga. Wargantaka dan Puja adalah saudara seperguruan. Mereka sama-sama berguru pada Gamawikangka. Berkat kerjasama itu, rahasia kekuatan dan kelemahan Puja akhirnya bisa diketahui Mangunprawira. Wargantaka mendukung Mangunprawira menumpas penjahat tersebut. Puja pun terbunuh. Karena itulah Mangunprawira dipromosikan menjadi Bupati Ambal seumur hidup, dengan nama K.R.A.H. Poerbanagara.[2] Kadipaten Ambal mulai berakhir kala Bupati K. R. A. H. Poerbanagara meninggal dunia pada tanggal 7 Maret 1871. Hingga benar-benar berakhir pada tahun 1872 dengan dibaginya wilayah Bagelen menjadi tiga, yakni Kabupaten Kutoarjo yang sekarang menjadi Kecamatan Kutaorjo, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Karanganyar yang menjadi Kecamatan Karanganyar. Sisa-sisa berdirinya Kadipaten Ambal masih ada di Desa Ambalresmi berupa bangunan bersejarah, makam hingga Alun-alun yang merupakan sebuah ciri khas suatu wilayah Kadipaten di Pulau Jawa. GeografiKecamatan Ambal memiliki geografi berupa dataran rendah dan wilayah pesisir. Wilayah pesisir Kecamatan Ambal dikenal dengan nama Urut Sewu. Kecamatan Ambal yang berbatasan dengan Samudra Hindia memiliki wilayah pesisir atau pantai sepanjang lebih dari 8,0 kilometer mulai dari Desa Desa Entak, Desa Kenoyojayan, Desa Ambalresmi, Desa Kaibonpetangkuran, Desa Kaibon dan berakhir di Desa Sumberjati. Ketinggian rata-rata Kecamatan Ambal adalah 8 meter di atas permukaan air laut. Sejumlah sungai yang ada di wilayah ini antara lain Sungai Pucangan, Sungai Kebrek, dan Sungai Gunem. Penggunaan LahanPenggunaan lahan di Kecamatan Ambal umumnya digunakan sebagai lahan persawahan terutama di wilayah utara. Sementara semakin ke selatan atau pesisir, lahan yang mengandung lebih banyak pasir digunakan untuk pertanian palawija dan sentra buah serta sayur mayur. Sebagian besar lahan perasawahan di Kecamatan Ambal merupakan jenis sawah irigasi dari Waduk Wadaslintang. Hasil bumi Kecamatan Ambal berupa padi, sayur-mayur, buah buahan, palawija, dan nira kelapa. TransportasiTransportasi di Kecamatan Ambal berupa angkutan kota berupa bus kecil yang menghubungkan sejumlah desa di Kecamatan Ambal dengan pusat Kabupaten Kebumen dan Kecamatan Kutowinangun. Selain itu terdapat pula bus antar kota yang melintasi Kecamatan Ambal. Hal tersebut dikarenakan Kecamatan Ambal juga dilintasi jalan alternatif jalan lintas selatan-selatan (JLSS) pulau jawa dan juga jalan Daendels. Kedua ruas jalan tersebut menghubungkan sejumlah kota di jawa bagian selatan seperti Kabupaten Purworejo, Kabupaten Cilacap, Kota Yogyakarta dan lainnya. Selain itu juga terdapat ruas vital jalan kabupaten yang menghubungakan Kecamatan Ambal dengan Kecamatan Kutowinangun. Sarana dan Prasaran penunjang seperti jalan hotmix dan jembatan sudah baik diruas vital wilayah ini. Terlebih jalan alternatif jalan lintas selatan-selatan (JLSS) sedang dalam pembangunan. PendudukSebagian besar penduduk Kecamatan Ambal berprofesi sebagai nelayan, petani, buruh tani, Ibu Rumah Tangga, Wiraswasta dan PNS. Umumnya penduduk usia produktif pergi merantau atau bersekolah ke kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek), Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya, Kota Yogyakarta, Kota Surakarta, Purwokerto dan sejumlah kota besar di luar pulau seperti Sumatra, Bali, dan Kalimantan. Mayoritas penduduk Kecamatan Ambal memeluk agama Islam. Jenjang pendidikan yang dicapai penduduk di wilayah ini adalah hingga Universitas meski sebagiaan besar tamatan Sekolah menengah pertama. Sarana PublikSarana publik di Kecamatan Ambal cukup bagus dengan adanya pasar tradisonal, mushola, masjid, gereja, serta fasilitas kesehatan. Berikut di antaranya:
Sekolah MenengahBeberapa sekolah menengah negeri dan swasta yang ada di Kecamatan Ambal adalah sebagai berikut:
Pariwisata & Sosial BudayaKecamatan Ambal tidak banyak memiliki objek wisata yang sudah dikelola oleh pemerintah Kabupaten Kebumen maupun swadaya. Daerah pantainya lebih banyak digunakan untuk kawasan latihan Tentara Negara Indonesia (TNI). Kecamatan Ambal mempunyai kesenian tradisional yang khas daerah ini antara lain Kepang Pur yang masih sejenis dengan tarian kuda lumping. Kemudian terdapat kesenian Janeng yang masih sejenis musik rebana. Budaya lainnya adalah Enthak-Enthik yang diadakan setiap bulan Maulid dan Sabanan yang diadakan setiap bulan Saban. Berikut tempat wisata dan potensi yang ada di Kecamatan Ambal: 1. Pantai Ambal
2. Sate Ambal
3. Cagar Budaya Kadipaten Ambal
4. Pacuan Kuda Ambal
Referensi
|