sinonim selengkapnya, lihat pada The Plant List.[3]
Jawawut[4][n 2] atau sekoi (bahasa Latin: Setaria italica) adalah sejenis serealia berbiji kecil (milet) yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat Asia Timur dan Asia Tenggara dan asia pada umumnya, termasuk wilayah di sekitar Asia sebelum budidaya padi dikenal orang. Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di antara berbagai jenis milet dan sekarang menjadi milet yang terluas penanamannya di seluruh dunia, dan yang terpenting di Asia Timur. Nama Pulau Jawa acap dikaitkan dengannya.
Nama-nama setempat
Tumbuhan ini dikenali dengan berbagai sebutan dalam bahasa-bahasa lain, di antaranya ialah:[5]
Jawawut adalah tanaman semusim seperti rumput, yang dapat mencapai ketinggian 150(–175) cm. Batangnya tegak, kadang-kadang bercabang. Daun-daunnya tunggal, berseling, bentuk garis atau pita, 15–30(–50) cm × 0,5–2,5(–4) cm, meruncing di ujung, tulang daun tengahnya menonjol; dengan pelepah sepanjang 10–15(–25) cm, gundul atau sedikit berambut, lidah (ligula) pendek, berjumbai.[7]
Malainya rapat, be"rambut", dan dapat mencapai panjang 30 cm, sehingga orang Inggris menamakannya "milet ekor rubah" (foxtail millet). Bulirnya kecil, hanya sekitar 3mm diameternya, bahkan ada yang lebih kecil. Warna bulir beraneka ragam, mulai dari hitam, ungu, merah, sampai jingga kecoklatan.
Manfaat
Catatan dari Cina menunjukkan paling tidak juwawut telah dibudidayakan pada sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi.[7] Pada saat itu, juwawut menjadi satu-satunya biji-bijian yang dibudidayakan di sana. Dari Cina, tanaman ini kemudian menyebar ke barat, hingga mencapai Eropa pada sekitar milenium ketiga[7] sebelum Masehi. Orang Romawi telah mengenal dan membudidayakannya, sehingga dikenal pula sebagai "milet Italia".
Rumphius mencatat bahwa hotton atau botton ini ditanam orang di Bali, Makassar, dan Buru, tetapi tidak dalam jumlah besar. Mereka memasaknya dengan santankelapa hingga menjadi bubur.[8]
Terdapat dua kelompok varietas biologis. Yang pertama adalah jewawut yang biasa dimakan orang, S. italica var. italica, dan yang kedua adalah yang biasa dijadikan pakan burung, S. italica var. moharica.
Selain bijinya, jawawut juga menghasilkan hijauan pakan ternak. Rumput ini dapat berproduksi hingga 15-20 ton hijauan perhektare dan 3,5 ton jerami perhektare.[9]
^Linné, C. von & L. Salvius. 1753. Species plantarum :exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus...Tomus I: 56. Holmiae :Impensis Laurentii Salvii.
^"Jawawut". kbbi.kemdikbud.go.id. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
^Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna IndonesiaI: 256-8 (sebagai Panicum viride Linn. ß italica Linn.). Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda-1922- I: 207-8, sebagai Setaria viridis P.Beauv. ß italica Asch. & Graebn.)
^ abcBrink, M., 2006. Setaria italica (L.) P.Beauv.Diarsipkan 2014-07-14 di Wayback Machine. In: Brink, M. & G. Belay (Eds). Plant Resources of Tropical Africa (PROTA) 1: Cereals and pulses/Céréales et légumes secs. [CD-Rom]. PROTA, Wageningen, Netherlands.