Gresik United dikenal dengan julukan Laskar Joko Samudro yang diambil dari nama julukan Sunan Giri, dengan kata lain Laskar Joko Samudro adalah Pasukan/Prajurit Sunan Giri. Serta didukung penggemar fanatiknya Ultras Gresik.
Setidaknya ada beberapa hal penting yang bisa dicatat dalam perjalanan PS Petrokimia Putra di dunia persepak bolaan nasional. Kiprah perdana klub ini mengikuti kompetisi pada era Galatama 1988-1989. Ketika itu, kompetisi sepak bola secara nasional ada dua kutub besar. Yakni, Galatama yang diikuti klub-klub semi-profesional dan perserikatan yang diikuti klub yang didanai dan dikelola Pemda.
Ketika kali pertama masuk Galatama, sebenarnya di Gresik ada klub perserikatan yang bertengger di Divisi Utama Perserikatan, yakni Persegres Gresik. bahkan sebagian pemain PS Petrokimia Putra angkatan pertama adalah alumni Persegres Gresik. Ketika itu, antusiasme warga Gresik lebih condong ke Persegres Gresik daripada ke PS Petrokimia Putra. Beberapa pemain angkatan pertama PS Petrokimia Putra yang alumni Persegres Gresik, antara lain Sasono Handito (kiper), Ferril Raymond Hattu, Rubianto, Reno Latupeirissa, Karyanto, Abdul Muis, Masrukan, Lutfi, Hasan Maghrobi, Derry Krisyanto, dan lain-lain. Mereka dibawah pelatih Bertje Matulapelwa dengan asisten pelatih Hendrik Montolalu dan Slamet Haryono. Hendrik merupakan mantan kiper Niac Mitra Surabaya.
Saat Liga Indonesia pertama digelar pada 1994-95, PS Petrokimia Putra oleh banyak kalangan diberi gelar Juara Tanpa Mahkota. Sebab, di partai Final Ligina 1994-95 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, PS Petrokimia Putra yang saat itu di bawah besutan pelatih Andi Muhammad Teguh dengan asisten pelatih Ferril Raymond Hattu dan Bambang Purwanto kalah dari Persib Bandung dengan skor 0-1. Padahal, dalam pertandingan tersebut, PS Petrokimia Putra memasukkan gol lebih dulu melalui kaki Jacksen F. Tiago. Namun, dianulir wasit tanpa alasan jelas.
Prestasi tersebut mendobrak hegemoni klub-klub kota besar di deretan utama persepak bolaan nasional. Yang biasanya gelar Jawara direbut tim-tim dari kota-kota besar dan secara tradisional memiliki kiprah dan prestasi sepak bola yang melegenda. PS Petrokimia Putra telah melewati klub-klub raksasa sekelas klub Ibukota seperti Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, PSMS Medan, Persib Bandung, Persipura Jayapura kala itu.
Selepas dari euforia Ligina musim 2002, PS Petrokimia Putra melaju ke kompetisi Internasional yakni ASEAN Club Championship 2003, yang merupakan kompetisi negara-negara Asia Tenggara edisi pertama, pada musim ini PS Petrokimia Putra cukup sukses bertarung melawan klub-klub terbaik perwakilan dari berbagai negara Asia Tenggara dan berhasil menempatkan menjadi Juara 3 setelah mengalahkan Jawara Liga Singapura 2002 yakni Singapore Armed Forces dengan skor 3-2.
Namun sayangnya euforia tersebut tak berlangsung lama, pada Divisi Utama Liga Indonesia 2003 justru berakhir tragis bagi PS Petrokimia Putra, dengan menempati posisi ke 18 sang Jawara Ligina musim 2002 harus terdegradasi pada Divisi II pada musim selanjutnya.
awal terbentuknya Gresik United
Klub kota kecil yang bersebelahan dengan ibukota Surabaya ini cukup mempunyai sejarah panjang dalam proses pembentukannya,
Bermula pada fase Divisi II musim 2004, PS Petrokimia Putra tak begitu menonjol dalam melakoni kompetisi, hanya bermain ala kadarnya seperti tak mempunyai gairah dan semangat juang dalam setiap laga sampai kompetisi selesai.
hingga pada akhir kompetisi Divisi II musim 2005 tepatnya bulan November 2005, secara mengejutkan pihak pengelola PS Petrokimia Putra memberikan sinyal Ultimatum pada masyarakat pecinta sepak bola Gresik dengan ketidakikutsertaan pada musim selanjutnya dengan alasan tidak adanya dana untuk melanjutkan keberlangsungan PS Petrokimia Putra dalam persepakbolaan Indonesia, hal ini sontak membuat seluruh pecinta sepakbola Gresik berharap cemas akan kehilangan sepak bola Gresik karena nyaris hilang, maka tak lama Ultras Gresik melakukan aksi turun jalan penyampaian aspirasi ke Kantor DPRD Kabupaten Gresik dan juga ke Kantor Utama Graha Petrokimia agar segera menyelamatkan persepakbolaan Gresik dari kematian.
Setelah proses yang cukup lama, pada 2 Desember 2005 terjadilah kesepakatan antara pihak pendana PS Petrokimia Putra yaitu PT. Petrokimia Gresik dengan Pemda setempat dengan menyatukan PS Petrokimia Putra dengan klub eks Perserikatan Persegres Gresik dan lahirlah wajah baru perwakilan sepakbola Gresik yaitu Gresik United FC, yang hingga saat ini berkompetisi di Liga Indonesia.
perubahan nama dengan tambahan "Persegres" Gresik United
Gresik United sempat sekian lamanya dihilangkan Identitasnya (2012 - 2019) dengan tambahan identitas 'Persegres' di depannya (Persegres Gresik United) dan logo bersayap oleh manajemen bobrok yang katanya Investor pada saat itu.
Logo bersayap yang tak mencerminkan sayapnya untuk melesat tinggi, justru malah terseok-seok ke jurang Degradasi.
Liga 1 2017 lalu, hanya berhasil finish di posisi terakhir klasemen Liga 1 dengan hanya mengoleksi 10 poin dari 34 kali main (2 kali menang dan 4 kali imbang). Dengan demikian Gresik United terdegradasi ke Liga 2.
Pada Liga 2 2018, sayangnya Gresik United kembali mengalami hal serupa seperti tahun sebelumnya, dimana mereka hanya berhasil finish di posisi 10 dari 12 tim penghuni Region Timur Liga 2, sehingga terpaksa mengalami degradasi dua musim berturut-turut ke Liga 3 gara-gara Manajemen sangat bobrok dalam menukangi skuad Gresik United, hingga membuat klub kebanggaan arek-arek Gresik ini terjun bebas, sungguh kualitas manajemen saat itu sangat memprihatinkan, bahkan jikapun manajemen disuruh memegang klub sekelas kelurahan bakal menjadikan klub tersebut di posisi terakhir di dalam klasemen Liga Kelurahan saking tidak becusnya manajemen dalam mengurus klub.
kembalinya Gresik United
Di situasi semakin terpuruknya kondisi persepakbolaan Gresik, dengan segala inisiatif para pelaku sepakbola seluruh kabupaten Gresik, tersepakati sebuah Aksi Turun Jalan menuju Kantor DPRD Kabupaten Gresik, untuk merebut kembali Gresik United ke pangkuan Arek-Arek Gresik dari manajemen PT Persegres Jaka Samudra yang saat itu menukangi skuad Gresik United.
Aksi turun jalan yang dilakukan Ultras Gresik terbagi menjadi 2 waktu, Aksi pertama terlaksana tanggal 3 Oktober 2019, dengan tuntutan agar segera terjadi mediasi antara suporter Ultras Gresik dengan Manajemen PT Persegres Jaka Samudra untuk kejelasan klub kedepannya, namun tak ada satupun perwakilan manajemen yang datang, juga menjadi Ultimatum untuk segera diselesaikan.
Namun tidak terlihat satupun perwakilan dari PT Persegres Jaka Samudra yang datang, aksi ini menjadi Ultimatum kepada manajemen untuk segera datang melakukan mediasi pada minggu depan.
Aksi turun jalan yang kedua, tanggal 9 Oktober 2019 tepatnya seminggu setelah aksi yang pertama, dengan segala upaya dan dukungan dari DPRD Kabupaten Gresik, diputuskan bahwa Gresik United kembali ke pangkuan Arek-Arek Gresik
Tak lama berselang terbentuklah manajemen baru, manajemen Gresik United berpindah tangan ke PT Gresik Usaha Sejahtera, kinerja manajemen yang termasuk baru terbentuk ini cukup profesional dalam membenahi skuad yang hancur lebur akibat manajemen lama, yang membuat Aura kebangkitan Gresik United mulai terasa.
Saat ini Gresik United berkompetisi di Liga 2, untuk berjuang melanjutkan misinya mengembalikan kejayaan Gresik United ke habitat aslinya, kasta tertinggi Liga Indonesia.
Pada tanggal 5 November 1999 ditetapkan sebagai hari lahir Ultras Gresik yang diambil dari negara Italia yang bermakna Supporter militan ini diawali dengan pawai besar besaran di dalam kota dan memberikan dukungan pertama ke Jember pada laga Piala Gubenur I dan dan sempat memberikan nilai positif dalam berkreasi di Senayan Bung Karno Jakarta sehingga mengantarkan Gresik terharum namanya dengan menjadi Juara liga indonesia yakni PS. Petrokimia Putra.[2]