Asosiasi PSSI Kabupaten Tegal mengundang sesepuh dan tokoh persepakbolaan di tanah Slawi. Di antaranya yang hadir, yakni Parjono dan Tarmuji. Pada kesempatan itu, sidang menyepakati, berdasarkan memori kolektif dan dicocokan dengan data-data yang ada, kelahiran Persekat ditetapkan pada tanggal 16 Agustus tahun 1962 berdasarkan kesaksian pak Suatmo (wasit PSSI pertama). Sebelumnya, publik mengambil tahun 1986 sebagai kemungkinan bayi Persekat dilahirkan.
Maklum, Stadion Tri Sanja yang kini menjadi home base, baru didirikan pada tahun 1980-an. Karena satu dan lain hal, Persekat diketahui pernah bolak-balik merumput ke Kota Tegal.
Singkat kata, Persegal Tegal ketika itu, kemudian menjadi lebih hidup dibandingkan Persekat. Ketika Persekat mati suri, di Kabupaten Tegal muncul perkumpulan-perkumpulan sepak bola. Salah satu yang diceritakan, Tim Kere-Kere Kumpul atau Kerepul. Konon, tim ini dihuni oleh pemain-pemain yang Kere (Susah).
Kendati demikian, prestasi Tim Kerepul tidak main-main. Mereka ikut kompetisi dengan menggunakan bendera Persekat. Pemain-pemain Persegal, saat itu juga tidak sedikit yang kemudian bermigrasi membela Persekat.
Jika dulu Persegal diduga sebagai cikal bakal Persekat, sekarang sesepuh telah mengabarkan sebaliknya: Persekat adalah cikal bakal Persegal, karena Persekat lebih dulu dilahirkan.[2]
Julukan ini diambil dari identitas yang telah diwariskan sebagai simbol Tegal pra Belanda. Menurut riwayat daerah, pada zaman Mataram tiap-tiap kadipaten mempunyai “lambang” yang menggambarkan tabiat penduduknya atau sifat daerahnya. Simbol atau lambang Tegal adalah Banteng Loreng Binoncengan yang menggambarkan wujudnya sebagai seekor banteng berwarna loreng yang dinaiki oleh anak kecil. Banteng Loreng Binoncengan sendiri menggambarkan watak orang Tegal yang gagah berani (banteng) dan agak kasar (loreng), akan tetapi pada hakikatnya Banteng Loreng Binoncengan dapat dituntun oleh orang yang lemah lembut dan ramah-tamah serta tidak mempunyai maksud buruk.[3]
Rekor musim ke musim
2009/2010
Divisi III 2009/2010
Putaran I (Tingkat Provinsi Jawa Tengah) Persekat lolos ke Putaran Kedua
PSID Jombang dan Surabaya Muda F.C. lolos ke babak 16 Besar sekaligus promosi ke Divisi II sebagai juara dan runner up grup. Persekat gagal promosi karena hanya berada di peringkat 4.[4]
2010/2011
Untuk Divisi II 2010/2011 PSSI menetapkan penambahan jumlah peserta dan karena Persekat masuk ke PUTARAN III (Tingkat Nasional) Divisi III di musim sebelumnya Persekat berhak mengikuti Play Off untuk memperoleh tiket tambahan promosi ke Divisi II 2010/2011.
PS Protaba Bantul promosi ke Divisi II 2010/2011. Persekat gagal promosi dan tetap berada di Divisi III. Gagal play off untuk promosi, pengurus memutuskan tidak mengikuti kompetisi Divisi III 2010/2011.[4]
2011/2012
Pengurus memutuskan Persekat tidak mengikuti kompetisi Divisi III musim 2011/2012.[4]
Pengurus memutuskan Persekat tidak mengikuti kompetisi Liga Nusantara 2014 karena ketiadaan dana.[5]
2015
Tahun 2015 dapat dikatakan sebagai awal kebangkitan Persekat. Setelah vakum beberapa tahun karena ketiadaan dana, pada tahun 2015Persekat “dihidupkan kembali” yang ditandai dengan pemisahan kepengurusan dari Askab PSSI Tegal dan penetapan logo baru. Dengan semangat baru Persekat memberanikan diri mengikuti Liga Nusantara dengan berbekal pasukan-pasukan senior yang membuat Persekat tercatat sebagai klub dengan rata-rata umur pemain tertua di Zona Jateng pada tahun itu. Hasilnya jauh dari memuaskan, Persekat hanya meraih satu kali kemenangan dan menjadi juru kunci pada kompetisi yang akhirnya dihentikan saat baru berputar setengah jalan akibat pembekuan PSSI oleh Menpora.[6]
Klasemen Liga Nusantara Jawa Tengah 2015 Putaran Pertama
Per pertandingan yang dimainkan pada 17 April 2015. Sumber: PSSI (A) Lolos ke babak berikutnya; (E) Tereliminasi.
2016
Pada tahun 2016, kondisi tidak jauh berbeda dengan tahun 2015. Masih tanpa dukungan Pemkab Tegal, Persekat berganti manajemen dan dihandle perkongsian bos tarkam Kabupaten Tegal. Permasalahan pun masih sama, keterbatasan dana menyebabkan Persekat tidak leluasa bergerak. Saat seleksi misalnya, pemain dari luar Tegal walaupun skillnya mumpuni tidak akan diterima karena tidak ada anggaran untuk penginapan mereka. Pemain pun dibayar seadanya tanpa sistem kontrak dan kadang telat dibayar. Paling mengenaskan adalah ketika harus melakoni laga tandang ke Boyolali. Tanpa anggaran untuk menginap, skuad Laskar Ki Gede Sebayu melaju sejauh 254 km dari Slawi pada Hari H pertandingan dan baru sampai di lokasi pertandingan 3 jam sebelum kick off. Ajaibnya pada saat itu hanya kalah 0-2 dari tuan rumah Persebi Boyolali. Catatan bagus pada musim ini diantaranya ialah keberanian pelatih menurunkan pemain-pemain muda eks Persekat U-18 2015 dan Persekat tidak menjadi juru kunci, walau hanya satu strip di atas.[6]
Per pertandingan yang dimainkan pada 25 Mei 2016. Sumber: PSSI (A) Lolos ke babak berikutnya; (E) Tereliminasi.
2017
Pada Liga 3 2017 harapan seolah membumbung tinggi. Tokoh Pemkab Tegal yang memutuskan bergabung dalam manajemen membuat anggaran sedikit longgar. Persiapan lebih matang dari tahun-tahun sebelumnya. Tim disiapkan 2 bulan sebelum kompetisi, pemain luar Tegal didatangkan, pemain dikontrak secara resmi, mess pun disediakan. Namun kenyataan jauh dari impian. Dengan kondisi yang jauh lebih baik 2 tahun terakhir, hasil yang dicapai justru berbanding terbalik. Apabila di musim-musim sebelumnya Persekat kalah dengan maksimal margin 2 gol, pada tahun 2017 ini kekalahan telak justru menjadi akrab yang menjadikan Persekat tim lumbung gol dengan gol kemasukan terbanyak se-Zona Jateng.[6]
Per pertandingan yang dimainkan pada 20 Mei 2017. Sumber: PSSI (A) Lolos ke babak berikutnya; (E) Tereliminasi.
2018
Pada tahun 2018, Persekat dibesut Nazal Mustofa, pelatih berlisensi A AFC yang berpengalaman melatih klub-klub Liga 2 seperti Persip Pekalongan (2016) dan Persibas Banyumas (2017). Untuk pemain, sedikit berbeda dengan 3 tahun terakhir yang hampir seluruhnya diisi pemain lokal, komposisi tahun ini adalah 50% pemain lokal Tegal dan 50% pemain luar Tegal.
Pemain lokal merupakan pemain hasil seleksi terbuka yang diselenggarakan tim pelatih. Kebijakan manajemen yang selalu menggunakan putra daerah untuk tim Soeratin U-17 membuahkan hasil tersedianya supply untuk tim senior Persekat. Beberapa pemain eks Persekat Soeratin U-17 berhasil lolos seleksi seperti: Sugeng Riyadi, Anggun Riansyah, Adhe Owen (pernah memperkuat Persija Jakarta U-19), Andreas "Londo" Hardiansyah, Agil Rizki, Ahmad Prasetyo dsb.
Terdapat 11 pemain luar merupakan pemain yang diseleksi tertutup berdasarkan undangan tim pelatih dimana 10 diantaranya pernah merasakan atmosfer Liga 2. Diantaranya adalah 7 pemain eks Persik Kediri yaitu Yusuf Meilina Fuad Burhani, Mochamad Listianto Ciputra, Risna Prahalabenta, Eka Sama Adi, Alfian Agung, Ady Eko Jayanto serta striker jangkung yang pernah mengikuti training di Manchester United: Septian Bagaskara. Selain itu ada juga Arsil Kader eks Persibas Banyumas, Bya Narikas Saputra eks PSCS Cilacap dan Aziz Nurdin eks Persewangi Banyuwangi. Terakhir center back tangguh, Dody Alekvan Djin dari klub Liga 3 Provinsi Jawa Timur, Persema Malang.
Dengan materi pemain yang jauh lebih baik dibandingkan musim-musim sebelumnya. Persekat berhasil mengukir sejarah dengan lolos ke Babak 8 Besar dan tanpa menelan satupun kekalahan. Pada Babak 8 Besar Persekat bertemu dengan tim yang diatas kertas bisa dikalahkan dengan mudah yaitu BR Unika Semarang, namun hasil yang didapat cukup mengecewakan, Persekat kalah agresivitas gol tandang, dan perjalanan di Liga 2 2018 pun berakhir.
Menyambut kompetisi Liga 3 2019, Persekat terhuyung-huyung dan hampir tidak akan mengikuti kompetisi. 7 hari menjelang penutupan pendaftaran Liga 3 2019 Jawa Tengah, belum ada tanda-tanda Persekat akan mendaftarkan diri. Berbagai pertemuanpun dilakukan, bersama Wakil Bupati Tegal, Ketum Persekat, Manajemen Persekat, Skaterz dan penggiat sepakbola Kab. Tegal, hasilnya Persekat resmi mendaftar Liga 3 2019 Jawa Tengah dua hari sebelum penutupan.[7] Ujian Persekat tidak berhenti sampai disini, 7 hari jelang kick-off Liga 3 2019, kelompok suporter Persekat Skaterz, melakukan boikot karena berbagai permasalahan yang terjadi, hasil uji coba yang kurang bagus, belum adanya Pelatih Utama dan minimnya sarana prasarana yang diterima pemain. Aksi boikot yang dilakukan Skaterz mendapat respon positif dari manajemen, seluruh tuntutan terkait sarana prasarana dipenuhi dan Persekat siap mengarungi kompetisi Liga 3 2019.[8]
Persekat Kab. Tegal memiliki dua kelompok suporter fanatik yang saling berdampingan.
Skaterz (Persekat Supporterz)
Merupakan basis suporter terbesar yang menempati tribun selatan Stadion Tri Sanja, mulai berdiri sejak 11 November 2011 dan memiliki warna kebesaran merah, sama seperti warna kebesaran klub.[18]
Red Brigade
Merupakan suporter fanatik Persekat beraliran Ultras yang berdiri sejak 16 Juli 2014, dengan warna kebesaran hitam yang menempati tribun utara Stadion Tri Sanja
^ abPSSI memutuskan untuk memberhentikan sementara kompetisi Liga 1 dan Liga 2 hingga minimal dua pekan, dikarenakan wabah virus corona yang semakin menyebar di Indonesia.[14]