Esarhadon

Esarhadon
Raja Asyur
Tugu kemenangan (Victory Stele) Esarhaddon terhadap Taharqa
Berkuasa681 – 669 SM
PendahuluSanherib
PenerusAsyurbanipal
Kematian669 SM
AkadiaAššur-ahhe-iddina
YunaniΑσαραδδων (Asaraddon)
AyahSanherib
IbuNaqi'a

Esarhadon (bahasa Akkadia: Aššur-ahhe-iddina "Asyur telah memberiku saudara laki-laki"; bahasa Aram: ܐܵܫܘܿܪ ܐܵܗܐܹ ܐܝܼܕܝܼܢܵܐ; bahasa Ibrani: אֵסַר חַדֹּן‎, esar hadon;[1] bahasa Yunani: Ασαραδδων;[2] bahasa Latin: Asor Haddan[2]), adalah raja Asyur dan Babilonia yang memerintah tahun 681 – 669 SM. Ia adalah putra bungsu raja Sanherib dan ratu Naqi'a (Zakitu) yang berasal dari Aram, istri kedua Sanherib.

Masa muda dan penobatan sebagai raja

Tugu kemenangan (Victory stele).

Esarhadon diangkat menjadi calon pengganti raja Sanherib ketika putra mahkota Ashur-nadin-shumi digulingkan dari kedudukannya sebagai penguasa Babilon oleh pemberontak. Esarhadon bukan putra dari permaisuri Sanherib, Tashmetum-sharrat, tetapi dari "perempuan istana" Semitik Barat/dari Aram, Zakutu ("yang murni"), dikenal dengan nama aslinya, Naqi'a.

Sebagai putra bungsu yang diangkat menjadi calon pengganti ayahnya, ini menyebabkan saudara-saudaranya berusaha menjatuhkannya. Para peramal menyebutkan Esarhadon sebagai orang yang akan memerdekakan orang buangan dan membangun kembali Babilon, yang dihancurkan oleh Sanherib dan dianggap melanggar kesucian dewa-dewa. Esarhadon tetap menjadi putra mahkota, tetapi dipaksa untuk diasingkan ke tempat tak dikenal di seberang Hanilgalbat (Mitanni), yaitu di seberang sungai Efrat, kemungkinan di wilayah tenggara Turki sekarang ini.

Sanherib sewaktu menjadi putra mahkota membangun istana kecil yang disebut bit reduti (rumah penerus; bahasa Inggris: "House of Succession"), di kuadran utara kota Niniwe.[3] Setelah pada tahun 694 SM, Sanherib menyelesaikan pembangunan "Istana Tanpa Tanding" ("Palace Without Rival") di sudut barat daya kota utama (acropolis), bit reduti menjadi istana Esarhadon, sang putra mahkota. Di rumah inilah, di dalam kuil dewanya, Sanherib dibunuh pada tahun 681 SM oleh putra-putranya, Adramelekh dan Sarezer, yang kemudian melarikan diri ke wilayah Ararat, menurut catatan Alkitab.[4]

Esarhadon kembali ke ibu kota Niniwe dan mengalahkan saudara-saudaranya dalam perang saudara selama 6 minggu. Ia secara resmi dinobatkan sebagai raja pada musim semi tahun 681 SM. Saudara-saudaranya melarikan diri ke luar negeri, pengikut dan keluarga mereka dihukum mati. Pada tahun yang sama ia mulai membangun kembali Babilon, termasuk Esagila dan Ekur di Nippur (bangunan yang sering diidentifikasi sebagai Menara Babel).[5] Patung-patung dewa-dewa Babilon dikembalikan ke kota. Supaya tidak tampak terlalu bias ke Babilon, ia memerintahkan pembangunan kuil dewa Esharra di Assur juga. Orang asing dilarang memasuki kuil ini. Kedua bangunan ini diresmikan hampir pada tanggal yang sama, pada tahun ke-2 pemerintahannya.

Pada tahun 680 SM Esarhadon membangun rumahnya sendiri bit masharti (rumah senjata; bahasa Inggris: weapons house atau arsenal). Bit reduti, rumah masa mudanya, ditinggali oleh ibunya dan putra-putranya yang masih kecil, termasuk, Asyurbanipal. Satu-satunya ratu yang dicatat sebagai istri Esarhadon adalah Ashur-hamat, yang meninggal pada tahun 672 SM.

Serangan militer

Serangan militer oleh Esarhadon ditujukan terhadap suku-suku nomadik di Mesopotamia selatan, orang Dakkuri dan Gambulu, yang sering mengganggu para petani. Pada tahun 679 SM orang Kimmria, yang membunuh kakeknya, Sargon II, muncul kembali di Silisia dan Tabal di bawah kekuasaan Teushpa. Esarhadon mengalahkan mereka dekat Hubushna, dan juga mengalahkan penduduk Hilakku. Orang Kimeria mundur ke barat dan kemudian dengan bantuan orang Scythia dan Urartu menghancurkan Kerajaan Phrygia pada tahun 676 SM.

Raja Sidon, Abdi-Milkutti, yang memberontak terhadap Asyur, dikalahkan pada tahun 677 SM dan dipenggal kepalanya. Kota Sidon dihancurkan dan dibangun kembali sebagai Kar-Ashur-aha-iddina ("Pelabuhan Esarhaddn"). Penduduknya dibuang ke Asyur. Sebagian jarahan dibagikan kepada kerajaan tetangga yang setia kepada Asyur, raja Tirus, Baal I, yang merupakan raja boneka Asyur. Ada teks yang sebagiannya rusak mengenai perjanjian dengan Tirus menyebut raja-raja Kerajaan Yehuda, Edom, Moab, Gaza, Askelon, Ekron, Byblos, Arvad, Samsi-muruna, Amon (bani) Amon, Asdod, sepuluh raja dari pantai laut, dan sepuluh raja dari tengah laut (biasanya diidentifikasikan dengan Siprus), sebagai sekutu Asyur.

Pada tahun 672 SM, putra mahkota Sin-iddina-apla meninggal. Sebenarnya sebagai putra tertua, ia diharapkan menjadi raja Asyur, sedangkan putra kedua Shamash-shum-ukin akan menjadi raja Babel. Maka dari itu, putra yang lebih muda Asyurbanipal diangkat menjadi putra mahkota, tetapi tidak populer dengan istana dan para imam. Dibuatlah kontrak dengan pejabat-pejabat tinggi, anggota keluarga istana dan pemimpin negara lain, untuk memastikan kesetiaan mereka terhadap putra mahkota.

Pada tahun 671 SM Esarhadon berperang melawan Firaun Taharqa dari Mesir. Setengah tentaranya tinggal untuk melawan pemberontakan di Tirus dan mungkin Askelon. Sisanya pergi ke selatan ke Rapihu, kemudian menyeberangi semenanjung Sinai, padang pasir yang dihuni oleh binatang-binatang buas yang menyeramkan, akhirnya memasuki Mesir. pada musim panas ia memasuki Memphis, dan Taharqa lari ke Mesir Hulu. Esarhadon menyebut dirinya "raja Mesir", Patros dan Kerajaan Kush", serta pulang dengan jarahan yang banyak dari kota-kota di delta; ia mendirikan tugu kemenangan pada waktu ini, menunjukkan putra Taharqa yang diikat, Pangeran Ushankhuru. Hampir segera setelah raja pulang, Mesir memberontak terhadap kekuasaan Asyur.

Kematian

Esarhadon harus mengatasi pertentangan di istana Niniwe yang mengakibatkan sejumlah bangsawan dihukum mati. Ia mengirimkan jendralnya Sha-Nabu-shu, untuk mengatasi kerusuhan di lembah sungai Nil. Pada tahun 669 SM, ia pergi sendiri ke Mesir, tetapi mendadak meninggal di tengah perjalanan pada musim gugur pada tahun yang sama, di Harran. Ia digantikan oleh putranya Asyurbanipal sebagai raja Asyur dan Shamash-shum-ukin sebagai raja Babilon.

Lihat pula

Referensi

Pustaka

  • Amitai Baruchi-Unna, "Crossing the Boundaries: Literary Allusions to the Epic of Gilgamesh in the Account of Esarhaddon's Egyptian Campaign," in Mordechai Cogan and Dan'el Kahn (eds), Treasures on Camels' Humps: Historical and Literary Studies from the Ancient Near East Presented to Israel Eph`al (Jerusalem, Magnes Press, 2008),
  • Erle Leichty, "Esarhaddon's Eastern Campaign," in Mordechai Cogan and Dan'el Kahn (eds), Treasures on Camels' Humps: Historical and Literary Studies from the Ancient Near East Presented to Israel Eph'al (Jerusalem, Magnes Press, 2008),

Pranala luar

Didahului oleh:
Sanherib
raja Asyur
681 – 669 SM
Diteruskan oleh:
Asyurbanipal
raja Babilon
681 – 669 SM
Diteruskan oleh:
Shamash-shum-ukin