Batang Kapas adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Indonesia, dan beribu Kecamatan Pasar Kuok.[1] Luas wilayah Kecamatan Batang Kapas sebesar 359,07 km² atau 6,24% dari luas Kabupaten Pesisir Selatan. Topografi daerahnya datar dan berbukit-bukit sebagai perpanjangan dari Bukit Barisan dengan tinggi permukaan laut 2-25 meter. Luas kawasan hutan mencapai 59,51% dari luas wilayah, lahan budidaya pertanian sebesar 22,5% dan perumahan / pemukiman sebesar 9,74% dan sisanya 8,25% terdiri dari rawa - rawa dan alang - alang.
Batang Kapas merupakan salah satu dari 12 Kecamatan yang ada di KabupatenPesisir Selatan yang terletak hampir dipertengahan, berbatas dengan Kecamatan IV Jurai Painan di sebelah utara dan dengan Kecamatan Sutera di sebelah selatan. Kecamatan Batang Kapas mempunyai jumlah penduduk 31.334 jiwa terdiri dari 15.415 laki-laki dan 16.017 perempuan dengan kepadatan 87,26 jiwa/km2. Terdiri dari tiga wilayah Kerapatan Adat Nagari yaitu IV Koto Hilie, Nagari IV Koto Mudiak dan Nagari Taluk tetapi mempunyai sembilan Kenagarian sebagai Wilayah Administrasi Pemerintahan, karena Nagari IV Koto Hilie Kec. Batang Kapas telah mengalami pemekaran yaitu Nagari Koto Nan Duo IV Koto Hilie dan Koto Nan Tigo IV Koto Hilie sehingga menjadi tiga Pemerintahan Nagari yaitu Kenagarian IV Koto Hilie, Koto Nan Duo IV Koto Hilie dan Kenagarian Koto Nan Tigo IV Koto Hilie. Untuk Nagari IV Koto Mudiek telah terjadi tiga Pemekaran Nagari yaitu Kenagarian Teratak Tempatih, Kenagarian Sungai Nyalo, dan Kenagarian Tuik sehingga menjadi empat Pemerintahan Nagari yaitu: Kenagarian IV Koto Mudiek (Lubuk Nyiur, Kenagarian Teratak Tempatih, Kenagarian Sungai Nyalo dan Kenagarian Tuik. Nagari Taluk juga telah pemekaran nagari menjadi dua kenagarian yaitu: Kenagarian Taluk dan Kenagarian Taluk Tigo Sakato.
Di Batang kapas juga terdapat beberapa kawasan wisata diantaranya Pantai Tan Sridano, Pantai Labuang Baruak, Sungai Tawa Indah, Bantu Nan Duo, dan banyak lainnya. Selain itu, daerah Batang Kapas juga memiliki wisata kuliner yang ikonik diantaranya adalah Pinukuik Enggi, Kue Mangkuak Badeta dan makanan khas lainya.
Di sektor pendidikan daerah ini memiliki dua Sekolah Menengah atas/Sederajat yaitu SMAN 1 Batang Kapas yang berada di Anakan dan SMAN 2 Batang Kapas yang berlokasi di Tuik sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama/Sederajat adalah SMPN 1 Batang Kapas, SMPN 2 Batang Kapas, SMPN 3 Batang Kapas, SMPN 4 Batang Kapas, MTSN 12 Pesisir Selatan dan MTsS.
Batang Kapas, dengan lintang -1,48 (1 ° 28 '60 S) dan bujur 100,6 (100 ° 35' 60 E), adalah (aliran) hidrografi terletak di Indonesia yang merupakan bagian dari Asia.
Nagari-Nagari di Batang Kapas
Kecamatan Batang Kapas memiliki sembilan nagari, yaitu:
Nagari Koto Nan Tigo IV Koto Hilie terdiri tiga dari kampung:
Kampung Kalumpang
Kampung Limau Manis
Kampung Sei. Pampan
Nagari IV Koto Mudiek terdiri dari tiga kampung:
Kampung Kapalo Banda
Kampung Lubuk Bangka
Kampung Balai Lamo
Nagari Teratak Tempatih terdiri dari dua kampung:
Kampung Teratak Tempatih
Kampung Padang Galundi
Nagari Sungai Nyalo terdiri dari tiga kampung:
Kampung Sungai Nyalo
Kampung Taman Bunga Tanjung
Kampung Gurun Laweh
Nagari Tuik terdiri dari tiga kampung:
Kampung Tuik
Kampung Koto Gunung
Kampung Baru
Nagari Taluk terdiri dari tiga kampung:
Kampung Limpaso
Kampung Pasar Taluk
Kampung Ujung Batu
Nagari Taluk Tigo Sakato terdiri dari tiga kampung:
Kampung Tanjung Kandis
Kampung Koto Panjang
Kampung Koto Keduduk
Objek Wisata Batang Kapas
Pantai Nyiur Melambai
Teluk Tempurung
Koto Gunuang
Lubuk Kuali Teluk Betung
Balon Palo Banda Jalamu
Balimau Paga Kampuang Anakan (Setiap Awal Ramadan)
Pantai Taluak Kasai
Taluak Sungai Bungin
Pantai Sungai Tawa dan Gunung Anakan
Pulau Keong/Batu Nago Labuang Baruak Tuhan menciptakan alam ini sangat indah dan menakjubkan. Khusus di Batang Kapas, Pesisir Selatan tepatnya di depan Bukit Pulai ada pulau yang bentuknya sangat unik. Keunikan terlihat ketika berdiri di Pantai Sungai Nipah. Layangkan pandangan agak keselatan, tepat di depan ujung Bukit Pulai siapapun akan melihat keajaiban alam. Keajaiban itu adalah sebuah pulau mirip keong (molusca) sedang berjalan. Mungkin jaraknya dari pinggir Pasir Sungai Nipah sekitar 3 hingga 4 KM saja.
Tak banyak pengguna jalan atau mereka yang singgah di bibir pantai Sungai Nipah menyadari bahwa di depannya ada pulau yang sangat menarik untuk di lihat. Bahkan masyarakat Pesisir Selatan sendiri juga banyak tidak tahu. Masyarakat di sekitar daerah ini justru menamakan pulau tersebut dengan Pulau Batu Nago. Bukan Pulau Keong atau sejenisnya. Pulau ini terdiri dari batu karang. Dari kejauhan terlihat mirip sekali dengan keong yang sedang melata.
Cangkang keong berada di bagian barat dan kepalanya tampak terjulur menghadap timur, dan nyaris mencium sebuah karang yang semakin dekat ke ujung Bukit Pulai. Di bagian kepalanya juga tampak seperti dilengkapi dengan aksesoris menyerupai antena keong.
Bagi masyarakat nelayan, pulau ini tidak memiliki arti besar selain seonggok karang besar, dan pada bagian ujung baratnya ditumbuhi pepohonan kelapa dan tumbuhan pantai nan rimbun lainnya. Namun akan lain halnya bagi mereka yang suka dengan sesuatu yang unik, pulau ini justeru menjadi sesuatu hal yang menarik. Oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, pulau mirip keong berjalan ini memang belum dikelola untuk tujuan kepariwisataan. Hanya saja keberadaan pulau itu telah menambah daya tarik dan daya dukung kawasan yang ada di sekitar Sungai Nipah.
Bahkan, sejumlah pengembang wisata telah berhasil menjadikan beberapa tempat di kawasan ini sebagai pusat wisata keluarga, misalnya panorama Bukit Ransam, Pasir Sungai Nipah. Paling tidak ada tiga titik yang telah dikembangkan untuk tujuan wisata keluarga disini. Ketiga kawasan wisata ini selain mengandalkan keelokan pasir dan air laut yang bersih juga mengandalkan pemandangan Pulau Keong tersebut. Bila anda berkesempatan lewat di kawasan ini, yang jaraknya sekitar enam kilometer dari Kota Painan, maka akan merasa takjub melihat ciptaan yang maha kuasa tersebut.
Potensi Alam
Kondisi alam yang dimiliki Kecamatan Batang Kapas tidak jauh berbeda dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Pesisir Selatan umumnya. Sebagian besar wilayah Kecamatan Batang Kapas sebelah timur adalah hutan sehingga masyarakat dapat bekebun di bukit dan mengelola hutan kayu jati, kebun kopi, karet, cengkih, coklat dan gambir. Di sektor pertanian lahan budidaya masyarakat adalah bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan persawahan untuk tanaman pangan seperti: padi, jagung, kacang tanah dan ubi kayu. Sektor perkebunan rakyat dipergunakan untuk penanaman karet, coklat, pinang, kelapa, kelapa sawit dan durian. Sektor peternakan di kecamatan ini masyarakatnya memelihara ternak berupa: sapi, kerbau, kambing dan unggas. Di sektor perikanan, karena Kecamatan Batang Kapas langsung berbatasan dengan pantai di sebalah barat mata pencaharian adalah nelayan seperti di Teluk Betung, Teluk Kasai Sungai Bungin, dan Muaro Bukit Tambun Tulang serta ditemui juga tambak-tambak ikan di wilayah ini.
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang dimiliki saat ini:
Sebanyak 8 taman Kanak-kanak (TK)
Sebanyak 32 Sekolah Dasar (SD)
Sebanyak 5 Sekolah Senengah Pertama (SMP) dan 2 Madrasah Tsanawiah (MTs)
Sebanyak 2 Sekolah Menengah Atas (SMA).
Jika dilihat dari potensi anak-anak didik di Batang Kapas sangat layak untuk berdirinya SMK. Selain itu keberadaan SMK ini juga akan bisa menampung siswa dari kecamatan yang berdekatan dengan kecamatan ini (tetangga). Disamping itu Madrasah Aliyah (MA) juga dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas keagamaan masyarakat setempat.
Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan masyarakat di Kecamatan Batang Kapas adalah Puskesmas, terdapat dua unit Puskesmas yaitu: Puskesmas Pasar Kuok di Nagari IV Koto Hilie dan Puskesmas IV Koto Mudik di Kampung Baru. Puskesmas pembantu sebanyak enam unit, terletak di Nagari Koto Nan Duo, Nagari IV Koto Mudik, Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Nagari Taluk, Nagari Sungai Nyalo dan Nagari Tuik. Dan Posyandu sebanyak 47 unit yang tersebar di seluruh nagari.
Sarana Ibadah
Sarana Ibadah di Batang Kapas terdapat:
Sebanyak 34 unit Masjid.
Sebanyak 4 unit Musholla.
Sebanyak 62 unit Langgar.
Masjid terbesar di Batang Kapas adalah Masjid Baitul Makmur yang terletak di depan Pasar Inpres Batang Kapas, Masjid Baitul Makmur pada tahun 2014 menyelenggarakan MTQ Ke 37 Tingkat Kabupaten Pesisir Selatan. Begitu juga di Anakan memiliki Masjid Ikhlasul Munawwarah, di Tuik dengan Masjid Al Jihad, di Taluk dengan Masjid Al Jadid, di Jalamu dengan Masjid Nur Muhammad dan di Limau Sundai dengan Masjid Taqwa Muhammadiyah.
Sejarah
Sejak awal abad 18 masyarakat Batangkapas sudah eksis di Pesisir Selatan, terbuktinya dengan sudah adanya terombo atau silsilah (ranji) yang disusun oleh kelompok-kelompok suku (kaum) dalam masyarakat, misalnya suku koto kaum datuak Rajo alam (1510) dan rajo intan
Yang bermukim di koto tuo dan rumah tinggi.
Pada tahun 1662, diadakan sebuah perjanjian rahasia di sebuah pulau kecil di laut Batangkapas (Taluak Kasai atau Taluak Tampuruang). Hadir tokoh masyarakat Bandar Sepuluh yang dikenal sebagai kekuasaan Sidi Rajo yang digelari Belanda dengan Rajo Rampok . Tapi kemudian perjanjian rahasia itu bocor dan tersebar sampai ke Tiku (Pariaman) ketika Panglima Belanda datang ke sana. Sebagai tindak lanjut hasil perjanjian itu, dibicarakan kembali di Painan, dihadiri wakil Salido, Painan, Indrapura, Tiku dan Padang. Sialnya perjanjian itu bocor lagi. Isinya diketahui Panglima Aceh di Pariaman, sehingga pantai pesisir dikawal ketat oleh Aceh. Bahkan Aceh membuat strategi ingin memutus jalur dagang pelabuhan penting Indrapura, Tiku dan Pulau Cingkuk, dan mengalihkan ke Pelabuhan di Aceh.
Sungguhpun perjanjian Batangkapas yang kemudian dikukuhkan di Painan yang kemudian dikenal dengan kontrak Painan, hasilnya tetap dibawa ke Batavia (Jakarta), oleh wakil pesisir selatan dan utara bersama pimpinan VOCGroenewegen, tanggal 26 Maret 1663 (Sumber: Agus Yusuf, 1986). Isi perjanjian itu secara essensial bahwa perdagangan lada dan emas hak monopoli VOC (sebuah kepura-puraan yang memicu kemarahan Aceh). Tetapi kepura-puraan itu dikhawatiri jadi preseden buruk, tidak banyak dipahami sebagai taktik dan strategi memancing kemarahan Aceh. Sehingga terjadinya pro dan kontra terhadap perjanjian yang kontroversial itu. Bahkan ada yang menuduh Painan (Pesisir Selatan) benar-benar memihak dan menjual bangsa kepada Belanda. Yang kontra (penentang) perjanjian beraksi mendekati Panglima Aceh dan yang menyetujui perjanjian seperti memihak Belanda.
Sandiwara Batang Kapas
Pada zaman Hindia Belanda sudah terkenal Sandiwara Batang Kapas yang bertujuan untuk mengelabui penjajah Belanda.
Saat Aceh mundur itu, rakyat yang terkonsentrasi di Bayang segera berbalik arah menentang Belanda terang-terangan. Sidi Naro yang digelari Belanda Rajo Rampok (kemudian mendapat kuasa di Batang Kapas, makamnya masih terdapat di tengah pasar dari Pasar Kuok ibu negeri Batang kapas. Tidak banyak informasi Sidi Naro berkuasa setelah raja Batang Kapas Raja Lele Garam, yang seangkatan dengan masa pemerintahan Muhammad Syah di Indrapura), ikut mengempur Belanda dan berpihak kepada Bayang. Mendengar Bayang siap-siap menggempur Salido yang diperkuat Sidi Naro, penduduk ketakutan dan mengungsi ke pulau-pulau sekitar termasuk kepulau Cingkuk dekat benteng Belanda. Benar saja tanggal 7 Juni 1663, Bayang yang mempunyai sense of bolonging serta kuat memiliki solidaritas primordialis yang berbobot wawasan kebangsaan dan dibakar oleh semangat jihad Islam, mencintai tanah air bagian dari iman, yang digerakan dari pusat pendidikan surau Tuanku Bayang, tidak lagi mengasih ampun Belanda. Bayang menyerang Salido tempat kedudukan Groenewengen pimpinan VOC itu. Perang Bayang pertama meletus, pasca perjanjian Painan.K
Di pihak lain seperti di Batang Kapas yang tadinya berpura-pura berteman dengan Belanda (disebut Sandiwara Batang kapas) dengan indikasi adanya perjanjian dengan Belanda sebagai cikal bakal Perjanjian Painan, serta merta orang Batang Kapas berontak ikut membantu Raja Adil dari Majunto dekat Indrapura, menyerang kerajaan Indrapura yang dipimpin Muhammad Syah. Raja Adil yang tadinya tidak tahu lalu menentang perjanjian Batang Kapas, meningkatkan aksinya menyerang Muhammad Syah yang memihak Belanda. Kekuatan Raja Adil selain di bantu Raja Batang Kapas Raja Lela Garam, diperkuat pula barisan Raja Kambang. Tetapi seperti perang Bayang 1663, Raja Adil, meskipun semua daerah yang baru saja takluk di bawah Indrapura berpihak kepadanya, namun Raja Adil akhirnya tidak berkutik. Karena tadinya Sultan Muhammad Syah di Indrapura seperti duduk di atas bara meminta bantuan VOC di pulau Cingkuk. (N.St Iskandar 1981:133).