Ba 'Alwi atau Ba 'Alawi (bahasa Arab: آل باعلوي, translit. al-bā'alawiy) adalah sekelompok keluarga Hadhrami dan kelompok sosial yang berasal dari Hadhramaut di sudut barat daya Semenanjung Arab. Mereka menelusuri garis keturunan mereka kepada seorang tokoh bernama Ubaidillah,yang klaim ketersambungan nasabnya kepada Nabi Muhammad SAW masih menjadi kontroversi karena ketiadaan sumber kitab sejaman yang mencatat Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa[1].
Klan Ba 'Alwi yang berasal dari Tarim, Hadramaut, Yaman, mengaku sebagai keturunan Nabi Islam Muhammad. melalui jalur Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib bin Ali al-Uraidi bin Ja'far al-Sadiq bin Muhmmad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah binti Muhammad. Namun demikian klaim Ba 'Alwi sebagai keturunan Muhammad mendapat banyak kritik dan menjadi kontroversi.[2][3][4][5]
Ba 'Alwi mengklaim Ahmad al-Muhajir bin Isa al-Rumi yang lahir pada tahun 873 (260H), diduga bermigrasi dari Basra ke Hadhramaut pada tahun 931 (320H) untuk menghindari kekerasan sektarian, termasuk invasi pasukan Qaramite ke dalam Kekhalifahan Abbasiyah. Hal ini juga mendapat kritik karena tidak adanya kitab sezaman yang mencatat perpindahannya.[6]
Penyebaran di Indonesia
Abad ke-19 adalah masa gelombang migrasi besar-besaran keluarga Ba’alwi dan imigran Yaman lainnya ke Nusantara. Migrasi ini menyusul perubahan kebijakan Kolonial Belanda yang secara perlahan menjadikan wilayah Jawa dan kepulauan lain di Nusantara terbuka bagi pasar internasional.[7] Perpindahan mereka ke Nusantara didorong faktor kemiskinan.[8] Negeri Hadramaut pada akhir abad ke-19 itu mengalami perang saudara antara Al-Quwaiti dan Al-Khatiri, mereka memperebutkan kekuasaan di Hadramaut. Bahkan kekayaan Hadramaut tahun 1930 hanya dapat memenuhi kebutuhan seperempat penduduknya. Padahal, penting dicatat, pada tahun itu 20 sampai 30% penduduk Hadramaut tinggal diberbagai Negara Lautan India [9]
Di Nusantara, mereka bekerja di bidang perkebunan, karyawan pabrik, tukang kebun, kurir dan lain-lain. Selain itu, ada juga yang bekerja pada pemerintahan kolonial Belanda seperti Utsman bin Yahya yang diangkat menjadi mufti (yang bertugas berfatwa) Belanda di Batavia. Utsman pulalah yang kemudian mengalami benturan dengan ulama-ulama Banten yang merupakan murid-murid Syekh Nawawi dan Syekh Abdul Karim. Hal itu, dikarenakan fatwa keagamaan Utsman tentang haramnya memberontak kepada Belanda, dan mereka yang melakukannya dianggap terkena delusi agama. Fatwa itu terkait pemeberontakan rakyat Banten pada tahun 1888 M.[10]Seperti di Pulau Jawa, di Aceh juga tidak jauh berbeda, terjadi penghianatan dari oknum Ba’alwi terhadap perjuangan rakyat Aceh dalam melawan Belanda, bahkan lebih mengenaskan.
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, keluarga Ba’alwi banyak yang aktif dalam perpolitikan Indonesia, diantaranya D.N. Aidit yang menjadi Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI). Pengakuan bahwa Aidit adalah nama marga dari yaman diungkapkan oleh anak Aidit, Ilham Aidit.[11]Pengakuan ini bertentangan dengan informasi dari perkumpulan marga Aidid.[11] Klaim DN Aidit keturunan Ba Alawi telah dibantah Fadli Zon dan Rabithah Alawiyah.[12] Aidit kemudian dihukum mati di Boyolali pada 23 November 1965 karena pengkhiantan kepada Negara Indonesia.[13] Selain Aidit, marga Ba’alwi yang menjadi anggota PKI juga adalah Ahmad Sofyan Baroqbah. Ia dieksekusi mati pada 19 Januari 1974, setelah diburu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia selama bertahun-tahun di Kalimantan Barat.[14] Seorang marga Ba’alwi di Kalimantan Timur, Fahrul Baraqbah, juga anggota PKI yang ditangkap pasca meletusnya peristiwa 1965.[14]
Ada juga Habib yang ikut berjuang bagi kemerdekaan Indonesia seperti Habib Habib Ali Kwitang, Habib Idrus bin Salim Al-Jufri, Habib Salim Bin Jindan, Habib Syeikh Al Athas, Habib Syeikh Al Athas, Habib Syarif Sultan Abdul Hamid II dan Habib Ahmad Assegaf.[15] Ba Alawi juga terlibat dalam Perang Diponegoro yaitu laskar Basyaiban.[16]Imam Bonjol juga masih keturunan Ba Alawi.[17] Banyak dari klaim tersebut telah dibantah oleh sejarawan Prof. Anhar Gonggong ,Doktor Menachem Ali dan Mahfud MD .[18][19]Yayasan Sultan Hamid sudah membantah kembali pernyataan Prof. Anhar Gonggong.[20] Peran Habib Ali Kwitang dalam perjuangan kemerdekaan diakui PWNU DKI yang mengusulkan gelar pahlawan.[21] Pemprov Sulawesi Tengah juga secara resmi mengajukan Habib Idrus Bin Salim Al Jufri sebagai pahlawan nasional.[22] Beliau juga dikenal sebagai pendiri Alkhairaat sebuah organisasi Islam besar di Sulawesi Tengah. Beberapa keturunan Ba'Alawi di Indonesia antara lain diklaim sebagai Abdullah bin Syeikh al-Aydarus, Habib Ali Kwitang, Ali Alatas, Alwi Shihab, Raden Saleh, Halimah Alaydrus, Muhammad Quraish Shihab, Syech bin Abdul Qodir Assegaf, Husein Ja'far Al Hadar dan Hamid Algadri. Habib Luthfi bin Yahya dari Pekalongan termasuk daftar The 500 Most Influential Muslims untuk tahun 2024,[23] yang disusun tahunan oleh Georgetown University's Prince Al-Waleed Center for Muslim–Christian Understanding and the Royal Islamic Strategic Studies Centre of Jordan. Kredibilitas dan objektivitas lembaga penyusun daftar tersebut mendapatkan kritikan dari KH Imaduddin Utsman karena afiliasinya dengan anggota dari klan Ba'Alawi.[24] Peringatan Haul Ulama di Indonesia terbesar biasanya untuk Habib.[25][26] Bahkan Haul Guru Sekumpul diklaim terbesar di Asia.[27] Klaim Guru Sekumpul sebagai Habib masih belum konklusif.[28] Dalam buku Abah Guru Sekumpul Intan Permata dari Martapura halaman 22-26 terdapat silsilah Guru Sekumpul ke Nabi Muhammad dari jalur Ba Alawi.[29] Mantan presiden Indonesia KH Abdurrahman Wahid juga mengaku keturunan Ba Alwi.[30] Sebagai keturunan Sunan Giri , Pengakuan Gus Dur tersebut kini mendapatkan kritik dari ketua Himpunan dzuriyat Sunan Giri .[31]Guru Sekumpul termasuk keturunan Ba Alwi dan Haul diperingati di masjid Jami Ba Alwi Kalimantan Selatan oleh para Habib.[32]Rabithah Alawiyah sendiri pernah membantah status Guru Sekumpul sebagai Habib.[33]Ulama besar NU KH Abdul Hamid Pasuruan juga disebut di silsilah sebagai keturunan Ba Alawi.[34][35] Kerajaan Pontianak didirikan keturunan Ba Alwi Abdurrahman Al Kadrie.[36] Kaum Habib juga mendirikan ponpes besar seperti Pondok Pesantren SidogiriPasuruan, Ponpes Suniyyah Salafiyah Pasuruan, Ponpes Dalwa Bangil, Ponpes Darul Habib Sukabumi, Ponpes As Shidqu Kabupaten Kuningan.[37]Klaim Ba 'Alawi terhadap Ponpes Sidogiri tersebut masih menjadi objek kontroversi karena dibantah Sayyid Zulfiqar.[38]Tetapi pendapat pendiri Ponpes Sidogiri adalah Ba Alawi menjadi sejarah resmi NU, ponpes Sidogiri dan Indonesia.[39][40][41][42]Ponpes Dalwa disebut memiliki mall, hotel, usaha roti, percetakan, air kemasan dan berbagai usaha lain.[43]Pengaruh Tarekat Ba 'Alawiyyah dapat ditemukan juga di beberapa organisasi Islam besar. Misalnya, ritual yang dilakukan oleh anggota Nahdlatul Ulama seperti Tahlil, maulid atau ziarah semuanya dipengaruhi oleh dan dapat ditelusuri kembali ke ajaran Ba 'Alawiyyah, dimana Hadhrami Ba 'Alawiyya berhijrah dan mengajarkan tarekat di Jawa sejak abad ke-18. Pengikut Ba 'Alawiyyah juga mempraktekkan tradisi aspek luar lainnya yang tak diajarkan dalam Ihya Ulum al-Deen. Sebagai contoh, umum bagi para pengikut Ba 'Alawiyyah di masa lalu, terutama di Hadramaut dan Kepulauan Melayu, untuk melakukan taqbil, terutama kepada para Habib yang dihormati.[44] Kegiatan spiritual tahunan seperti Maulid, Haul (peringatan ulang tahun kematian anggota keluarga atau kepada orang-orang yang sangat dihormati di masyarakat[45]), atau praktik yang dilakukan secara rutin seperti Majelis Zikir (biasanya dengan membaca zikir atau wirid seperti Wird al-Latif atau Ratib oleh Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad setelah setiap waktu Subuh dan Magrib),[46]Tahlil (bentuk lain dari majelis zikir, tetapi biasanya dilakukan jika seseorang meninggal), Membaca buku-buku Islam klasik,[47] dan Ziarah adalah praktik yang diikuti oleh Ba 'Alawiyyah.[48]
Kontroversi Nasab
Marga Ba’alwi mengaku sebagai keturunan Nabi Islam Muhammad. dengan urutan nasab sebagai berikut: Alwi (w.400H) bin Ubaidillah (w.383H) bin Ahmad (w.345H) bin Isa al-Naqib (w.300H) bin Muhammad al-Naqib (w.250H) bin Ali al-Uraidi (w.210H) bin Ja’far al-Sadiq (w.148H) bin Muhammad al-Baqir (w.114H) bin Ali Zaenal Abidin (w.97H) bin Sayidina Husain (w.64H) bin Siti Fatimah al-Zahra (w.11H) binti Muhammad.[49]
Sayangnya, nasab seperti di atas tersebut, tidak terkonfirmasi dalam kitab-kitab nasab primer yang mu’tabar (yang diakui oleh ahli). Kesimpulan seperti itu bisa dijelaskan, karena kitab-kitab nasab yang ditulis berdekatan dengan masa hidupnya Ubaidillah tidak mencatat namanya sebagai anak dari Ahmad bin Isa [50].
Ba’alwi mencatat, bahwa tahun hijrah Ahmad bin Isa ke Hadramaut adalah tahun 317H,[51] dan tahun wafatnya adalah tahun 345H.[49] Jika Ahmad bin Isa, pada tahun 234H berumur 20 tahun, maka berarti ketika hijrah itu ia telah berumur 103 tahun, dan ketika wafat ia telah berumur 131 tahun. Sangat janggal, ada seseorang yang sudah tua renta yang berumur 103 tahun berpindah dari Basrah ke Hadramaut dengan jarak lebih dari 2000 km.[52]
Nama "Ba-Alawi" telah disebut dalam buku abad 8. Sebuah manuskrip yang ditulis Imam Tirmidhi antara 589 H, membantah kliam ini dengan penyebutan nama Muhammad Sahib Mirbath dari keluarga Ba'alawi.[53][54] Ahli keturunan dari abad 8 Hijriah, Bahaudin Al-Janadi dalam bukunya menulis, "As-Suluk Fi Tabaqatil Ulama Wal Muluk"[55] said:
Among them (Bait Abi Alawi) is Hasan bin Muhammad bin Ali Ba 'Alawi (who belongs to the Alawi lineage), he is a jurist who memorizes outside the head of the Al-Wajiz book is imam Ghazali" (volume 2, page 463).
Ilmu genetika memiliki postulat mengenai Y DNA yang mengatakan bahwa Y DNA bersifat non recombinant [56][57] dan SNP sebagai penanda genetis bermutasi pelan dengan kecepatan (0.67 sampai 0.99) × 10 pangkat (−9) per base pair per year [58] . Tiap SNP akan membentuk grup dan grup ini disebut haplogroup. Sebuah haplogroup merepresentasikan semua keturunan dari seorang leluhur yang memiliki mutasi SNP unik tersebut. Jadi dengan kata lain , sebuah haplogroup adalah sekelompok orang yang secara bersama memiliki SNP unik tertentu.Mereka bisa memiliki secara bersama lebih dari satu SNP , tapi mereka dipastikan memiliki satu SNP unik yang sudah ditunjuk sebagai nama dari haplogroup tersebut. Jika seorang leluhur memiliki mutasi SNP tertentu tersebut , maka haplogroup tersebut akan meliputi semua keturunan dari leluhur tersebut. Tiap pria yang bukan keturunan dari leluhur tersebut tidak akan memiliki mutasi SNP dimaksud dan secara definisi bukan bagian dari haplogroup tersebut [59].
Klaim nasab Ba'alwi sebagai keturunan langsung Muhammad kini mengalami keraguan serius akibat hasil tes DNA yang menunjukkan ketidaksesuaian [60]. Berdasarkan proyek Ba 'Alawi di familytreedna [61] , individu-individu yang tergabung dalam proyek tersebut memiliki haplogroup yang tidak seragam [62] , sementara Bani Quraish (dimana Rasulullah Muhammad saw termasuk bagian darinya [63]) berada dalam haplogroup J1[64][65] .Haplogroup J1 diakui sebagai penanda genetik dari ras arab [66]. Sementara keturunan lurus laki-laki dari Husein bin Ali berupa haplogroup J1-FGC30416[67] dan Ali bin Abi-Thalib haplogroup J1-FGC10500[68] yang juga menginduk pada haplogroup cluster J1. Temuan ini mengindikasikan bahwa garis keturunan Ba'alwi yang berhaplogroup G tidak lurus dari Muhammad, melainkan memiliki jalur yang berbeda secara genetis . [69][70]
Penelitian yang dilakukan oleh Familytreedna menunjukkan bahwa sekitar 117 pria yang tergabung dalam proyek Ba'alwi familytreedna telah menjalani tes Y-DNA, dan hasilnya mereka memiliki haplogroup yang beragam .[69][71] Ada individu dari keluarga Al-Habsyi (dari Indonesia), Jamalul Lail, Al Hadi (dari Indonesia) dan Assegaf yang memiliki haplogroup G.[72][73] Seperti yang ditunjukkan di [[1]] dan publikasi Abu Amero [74], bangsa Arab memiliki beragam Y-DNA haplogroup dengan haplogroup J1 dalam jumlah terbanyak.[75] . [76] Banyak juga yang dikenal keturunan Nabi Muhammad tetapi berhaplogrup G yaitu Sadah Al-Shirazi, Sadah Qazwini, Sadah An-Na’imi, Sadah Al-Jammaz Al-Hasani, Sadah Al-Mathbaqani, Sadah An-Nasur Al-Idrisi Al-Hasani (Jordan), Sadah Al-Barzanji (Musawi-Husaini), Sadah Al-Bayat, Sadah Al-Musawi, Sadah Al-Rifa’i Al-Musawi, Sadah Haidari, Sadah Musya’syain.[77].[78] Sampai sampel DNA Muhammad tersedia, tidak ada kepastian 100% dalam menentukan haplogroup keturunan Nabi Muhammad SAW . Dan hampir tidak pernah ada kepastian mengenai leluhur/keturunan yang 100% terbukti benar , terutama bila berdasarkan lisan dan rekaman catatan.[79]
Sejumlah sarjana Muslim yang mendukung Ba Alawi keturunan Nabi adalah : mantan Mufti Mesir Shaikh Ali Jum'ah,[92] Sayyid Usamah Al-Azhari of Al-Azhar University in Egypt,[93] Iranian Ayatollah Sayyid Mahdi Rajai,[94][95] dan ahli nasab dari Arab Saudi Sharif Anas bin Yaqub Al-Kutaby,[96] juga mendukung nasab Ba Alawi tersambung ke Nabi Muhammad.
.
^Utsman, Imaduddin (2024). Hujjah Batalnya Nasab Ba Alwi(PDF). Banten: Maktabah Nahdlatul Ulum.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^السقاف, أحمد بن عبد الله. خدمة العشيرة(PDF). جاكرتا، إندونيسيا: المكتب الدائمي لإحصاء وضبط أنساب السادة العلويين. hlm. ز. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 27 August 2021.
^"أنسآب السادة العلويين آل باعلوي" [Genealogy of the Alawite masters, the Ba'alawi family]. Shabwaah Press (dalam bahasa Arab). Diakses tanggal September 11, 2014.
Jajat Burhanuddin (1999). Diaspora Hadrami di Indonesia. Studia Islamika.
Tim Peduli Sejarah Islam Indonesia, Tubagus M. Nurfadil Satya (ed.). Sejarah Ba Alawi Indonesia: Dari Konflik Dengan Al-irsyad Hingga Dengan Keluarga Walisongo. Serang. hlm. 29.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)
Ali bin Abu Bakar al-Sakran (w.895H) (w.895H). Al-Burqat al-Musyiqah Fi Dikri Libas al-Hirqah al-Aniqah (Al-Burqoh).Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
Al-Khatib al-Bagadadi (1422H). Tarikh Bagdad. Dar al-Garbi al-Islami, Beirut.
Utsman bin Yahya (1890). Manhaj al-Istiqamat fi al Diin bi al-Salamat. Jakarta: Maktabah AlMadaniyah.
L.W.C. Van den Berg (1989). Le Hadramaut et Les Colonies Arabes Dan I’Achipel Indien (diterjemahkan "Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara"). Jakarta: INIS.