Anggun Cipta Sasmi, (pelafalan dalam bahasa Indonesia:[aŋˈɡunˈtʃiptaˈsasmi]; lahir 29 April 1974) yang lebih dikenal sebagai Anggun C Sasmi adalah seorang penyanyi, pencipta lagu, produser, dan juri pencarian bakat Internasional asal Indonesia yang kemudian berpindah kewarganegaraan Perancis.
Pada tahun 1994, Anggun meninggalkan kewarganegaraan Indonesia dan beralih menjadi warga negara Perancis untuk mewujudkan impiannya menjadi artis bertaraf internasional.
Kehidupan dan karier
1974–1993: Masa kecil dan perjalanan karier di Indonesia
Anggun merupakan putri pertama dari pasangan Darto Singo, seorang penulis asal Kroya, Jawa Tengah, dengan Dien Herdina, seorang ibu rumah tangga yang masih keturunan keraton Yogyakarta.[3] Anggun menempuh pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Katolik di Jakarta, meskipun Anggun sendiri adalah seorang Muslim.[4][5] Anggun dibesarkan dalam keluarga yang penuh seni. Sejak usia tujuh tahun Anggun digembleng latihan vokal setiap hari oleh ayahnya.[6] Anggun diajarkan berbagai latihan teknik vokal dengan penuh disiplin. Tidak hanya itu, Anggun juga diajarkan bermain piano. Dengan di manajeri ibunya, Anggun kemudian mulai tampil di atas panggung, meskipun sering hanya dengan imbalan nasi bungkus.[7] Pada usia sembilan tahun, Anggun mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri dan mulai merekan album anak-anak.[8][9]
Saat menginjak usia 12 tahun, Anggun meluncurkan album rock pertamanya berjudul Dunia Aku Punya (1986). Album tersebut diproduseri oleh gitaris terkenal Indonesia, Ian Antono.[10] Sayangnya, album ini tidak mampu mengangkat namanya. Anggun baru meroket di blantika musik Indonesia setelah merilis singel berjudul "Mimpi" pada akhir tahun 1989. Menurut majalah Rolling Stone, "Mimpi" merupakan salah satu dari "150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa".[11] Popularitas Anggun terus melejit dengan dirilisnya sederet singel seperti "Tua Tua Keladi" dan "Takut". Anggun kemudian berhasil meraih penghargaan sebagai "Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991".[12] Setelah sukses dengan singel, Anggun kembali merilis album studio berjudul Anak Putih Abu Abu (1991), yang disusul dengan Nocturno (1992). Pada usianya yang masih belia, Anggun telah berhasil melejit sebagai salah satu penyanyi rock paling sukses di paruh awal 1990-an. Album-albumnya terjual laris di pasaran dan singel-singelnya merajai tangga lagu di Indonesia.[12][13]
Pada tahun 1992, Anggun mulai menjalin hubungan dengan Michel Georgea, seorang insinyur berkebangsaan Prancis. Mereka pertama kali bertemu saat Anggun mengadakan tur konser di Kota Banjarmasin.[14] Mereka kemudian menikah dan Michael diangkat menjadi manajer Anggun. Pada usia 19 tahun, Anggun berhasil menjadi penyanyi termuda yang mendirikan perusahaan rekamannya sendiri, Bali Cipta Records.[4] Ia juga terjun langsung sebagai produser rekaman sehingga lebih bebas dalam menggarap albumnya sendiri.[10] Anggun kemudian merilis album studio terakhirnya di Indonesia berjudul Anggun C. Sasmi... Lah!!! pada tahun 1993. Singel pertamanya, "Kembalilah Kasih (Kita Harus Bicara)", kembali mencetak sukses dan videonya sempat menembus MTVHong Kong.[4] Anggun pun merasa tidak puas dengan kesuksesannya di Indonesia dan mulai memimpikan karier sebagai penyanyi bertaraf internasional.[15]
1994–1996: Meninggalkan Indonesia dan permulaan di Eropa
"Saya bermimpi memiliki karier internasional ini, tetapi produser asing tidak akan datang ke Indonesia untuk mencari bakat ketika ada begitu banyak tersedia di negara mereka sendiri. Saya harus pergi ke sana. Saya ingin tahu, dan saya pikir itu baik untuk berubah. Di Indonesia, kami tidak memiliki banyak informasi datang, yang datang hanya dari satu sumber. Dan internet itu tidak sebesar seperti sekarang."
Anggun, dalam wawancara dengan majalah Billboard di Amerika Serikat.[10]
Anggun menjual perusahaan rekamannya dan hijrah ke Eropa untuk mewujudkan impiannya menjadi penyanyi internasional.[15][16] Bersama Michel Georgea, Anggun menetap di London, Inggris selama setahun untuk memulai kariernya lagi dari nol. Ia rajin mengirim demo rekaman ke berbagai studio di Inggris dan juga pergi ke klub-klub untuk memperkenalkan dirinya sebagai penyanyi. Biaya hidup yang tinggi di London membuat uang hasil penjualan perusahaan rekaman Anggun habis sedikit demi sedikit. Anggun pun harus menerima kekecewaan berbulan-bulan kemudian tatkala semua demo rekamannya tidak mendapat respons positif. Anggun akhirnya berada pada kesimpulan bahwa ia tidak akan memiliki masa depan di Inggris dan berencana untuk memulai karier di negara Eropa lain. Ia sempat berniat pindah ke Belanda, namun kemudian ia beralih ke Prancis.[15]
Dua tahun setelah meninggalkan Indonesia, Anggun akhirnya berhasil bertemu dengan Erick Benzi, salah seorang produser berkebangsaan Prancis yang pernah menggarap album sejumlah penyanyi kenamaan seperti Celine Dion, Jean-Jacques Goldman dan Johnny Hallyday.[17] Benzi terpikat oleh kemampuan vokal Anggun dan seketika menawarkannya untuk rekaman album. Anggun setuju dan memutuskan untuk mempelajari bahasa Prancis secara otodidak.[18] Atas bantuan Benzi, Anggun kemudian direkrut oleh Columbia Records di Prancis. Tidak hanya itu, Anggun juga berhasil mendapat kontrak label induk Sony Music International untuk album yang akan diedarkan secara internasional.
1997–1999: Snow on the Sahara dan kesuksesan internasional
Pada tanggal 24 Juni 1997, Anggun merilis album berbahasa Prancis pertamanya berjudul Au nom de la lune. Yang paling menonjol dari album ini adalah perubahan total jalur musik Anggun, dari musik rock yang bertahun-tahun digelutinya menjadi musik pop etnik dengan sentuhan bunyi-bunyian instrumen tradisional Indonesia. Anggun mengatakan, "Saya ingin memperkenalkan Indonesia, tetapi dengan cara yang progresif, dalam lirik, dalam suara, tetapi yang paling utama melalui diri saya sendiri."[10] Singel pertama Anggun "La neige au Sahara" langsung menjadi hit dan tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Prancis tahun 1997. Album pertama Anggun tersebut berhasil mereguk sukses dengan penjualan lebih dari 150.000 kopi di Prancis dan Belgia. Anggun juga berhasil menjadi nominator untuk "Pendatang Baru Terbaik" di Victoires de la Musique, penghargaan tertinggi bagi industri musik Prancis.[19]
Anggun menggebrak pasar musik internasional dengan meluncurkan versi bahasa Inggris dari album pertamanya yang diberi judul Snow on the Sahara di 33 negara di Asia, Eropa, dan Amerika.[4][20] Selain berisi lagu-lagu yang diadaptasikan dari album Au nom de la lune, Anggun juga mendaur ulang lagu lawas milik penyanyi David Bowie berjudul "Life on Mars?". Untuk pasar Asia Tenggara, Anggun menyertakan sebuah lagu berbahasa Indonesia berjudul "Kembali". Singel pertama Anggun "Snow on the Sahara" berhasil meraih sukses dan menempati peringkat Pertama di Prancis, Italia, Spanyol, Malaysia, Singapore dan Indonesia. Lagu tersebut juga mencapai posisi Lima besar pada UK Club Chart di Inggris dan Tokyo Hot 100 di Jepang. Lagu itu juga berhasil masuk chart European Single Charts , yaitu charts gabungan untuk lagu di seluruh benua Eropa. Lagu ini juga dipakai sebagai lagu promosi jam tangan mewah dunia Swatch. Album Snow on the Sahara berhasil terjual lebih dari 1,5 juta keping di seluruh dunia dan meraih penghargaan Diamond Export Award.[20][21] Album ini sempat tercatat sebagai album penyanyi Asia dengan penjualan paling tinggi di luar Asia pada saat itu.[22]
Di Amerika Serikat, yang merupakan kiblat musik dunia, Snow on the Sahara dirilis pada Mei 1998 oleh Epic Records.[8] Anggun melakukan tur selama sembilan bulan di negara itu untuk mempromosikan albumnya.[5] Saat berada di sana, Anggun diundang oleh penyanyi Kanada Sarah McLachlan untuk tampil di Lilith Fair, sebuah festival musik wanita berkeliling Amerika.[23] Anggun juga tampil sebagai artis pendukung dalam tur konser beberapa artis seperti The Corrs dan Toni Braxton. Anggun sempat muncul di berbagai media cetak Amerika, seperti majalah Billboard dan Rolling Stone.[17] Anggun juga beberapa kali tampil di televisi Amerika, seperti dalam acara The Rosie O'Donnell Show dan New York Sessions at West 54th, serta wawancara eksklusif di CNN dalam program World Beat.[23][24]
Anggun berhasil menoreh sejarah dengan menjadi artis berkebangsaan Indonesia pertama yang menembus tangga musik Billboard.[22] Singel "Snow on the Sahara" mencapai posisi 16 di Billboard Hot Dance/Club Play, posisi 19 di Billboard Border Breakers Chart.[4][25] serta posisi 22 di Billboard Adult Contempory Chart. Lagu Anggun juga menduduki posisi kedua setelah Celine Dion pada daftar singel terfavorit jurnalis Billboard tahun 1998.[23] Meskipun cukup fenomenal, album Anggun ini terbilang gagal di Amerika dan tidak mampu menembus tangga album Billboard 200. Album ini menduduki peringkat 23 di Billboard Heat Seekers Chart dan sampai saat ini terjual sekitar 200.000 keping di seluruh Amerika.[5][26]
2000–2003: Chrysalis, Open Hearts, dan era kolaborasi
Setelah menikah selama tujuh tahun, Anggun becerai dengan Michel Georgea pada tahun 1999. Pada akhir tahun 2000, Anggun juga memutuskan untuk memperoleh kewarganegaraan Prancis akibat birokrasi di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang menyulitkan dirinya selama mempromosikan album internasional pertamanya.[27] Paspor Indonesia juga membatasi Anggun sebagai penyanyi internasional karena beberapa negara tidak menjalin kerja sama dengan Indonesia. Meskipun demikian, dalam wawancara dengan Kick Andy tahun 2006, Anggun mengatakan "Buat saya yang ganti kan cuma warna buku kecilnya [paspor]... Tulang saya tetap putih dan darah saya merah. Saya tetap anak Indonesia."[7] Anggun juga selalu memperkenalkan dirinya sebagai orang Indonesia dalam setiap penampilannya di depan publik internasional.[7]
Pada tahun 2000, Anggun meluncurkan album berbahasa Prancis keduanya berjudul Désirs contraires dengan singel andalan "Un geste d'amour". Album ini masih diproduseri Erick Benzi dan memuat jenis musik pop elektronik serta elemen ambient dan R&B.[22] Namun, album ini gagal mengulang kesuksesan album pertama Anggun dan hanya terjual sebanyak 30.000 kopi di Prancis namun cukup sukses di Italia. Untuk versi internasional yang diberi judul Chrysalis, Anggun menulis semua lirik lagu dalam bahasa Inggris.[20] Album internasional kedua Anggun tersebut dirilis serentak di 15 negara pada tanggal 8 September 2000.[17] Singel pertama dari album ini, "Still Reminds Me", berhasil menjadi hit di berbagai radio di kawasan Eropa dan Asia. Lagu ini mencapai peringkat tiga di Italia dan sepuluh besar di Jepang.[20] Singel tersebut juga menduduki posisi lima besar The Music & Media Europe Border Breakers Chart. Lagu itu juga berhasil menduduki posisi satu di chart musik Indonesia, Singapore, Filipina dan Malaysia. Khusus pasaran Asia Tenggara, Anggun menyelipkan sebuah singel berbahasa Indonesia berjudul "Yang 'Ku Tunggu" di mana lagu itu berhasil berada di posisi satu pada chart musik MTV Top 40 Indonesia dan bertahan selama 10 minggu berturut turut. Anggun juga tampil membawakan lagu itu di malam Anugerah Musik Indonesia. Lagunya yang berjudul "Tu Nages" yang ia tulis bersama Erick Benzi cukup sukses di Perancis dan lagu itu juga di rekam ulang oleh penyanyi kenamaan Celine Dion di album bahasa Perancisnya yang bertajuk 1 Fille & 4 Types.
Terbukti album Chrysalis tetap menjadi album multi-platinum dan berhasil meraih penghargaan gold di Italia dan Spanyol hanya dalam waktu seminggu.[28]
Pada tahun 2001, Anggun mendapat undangan untuk tampil bersama penyanyi rock Kanada Bryan Adams pada konser Natal di Vatikan. Anggun kemudian menggelar tur pertamanya keliling Eropa dan Asia. Konser pertama Anggun dimulai di Le Bataclan, Prancis pada 1 Februari 2001 dan berakhir di Kallang Theater, Singapura pada 30 April 2001.[17] Setelah itu, Anggun mulai terlibat dalam banyak proyek kolaborasi. Dari banyak kolaborasi yang dilakukannya pada perode itu yang cukup sukses yaitu bersama DJ Cam dalam lagu jazz "Summer in Paris",[29] bersama Deep Forest pada lagu bercengkok Sunda "Deep Blue Sea" serta duet bersama penyanyi rock terkenal Italia, Piero Pelù dalam singel "Amore Immaginato". Singel duet Anggun dengan Piero Pelù berhasil menduduki posisi puncak Italian Airplay Chart selama dua bulan.[28] Anggun juga terlibat dalam proyek besar dua film Skandinavia, yaitu Anja & Viktor (2001) dan Open Hearts (2002).[17] Anggun merilis sebuah lagu berjudul "Rain (Here Without You)" untuk Anja & Viktor. Untuk Open Hearts, Anggun merilis sebuah album soundtrack pada tahun 2002. Di album berbahasa Inggris ketiga ini, Anggun bekerja sama dengan dua musisi asal Denmark, Jesper Winge Leisner and Niels Brinck.[30] Singel dari album ini, "Open Your Heart", dinominasikan meraih penghargaan "Lagu Terbaik" pada Robert Awards 2003, anugerah tertinggi industri perfilman Denmark.[31]
Pencapaian karier Anggun mengantarkannya meraih sejumlah apresiasi. Ia dianugerahi penghargaan "The Cosmopolitan Asia Women Award" pada tahun 2001 serta "The Women Inspire Award" dari MTV Asia pada tahun 2002, sebagai penyanyi yang memberi inspirasi kepada seluruh wanita Asia atas kariernya sebagai penyanyi solo asal Asia yang sukses di dunia internasional.[32] Pada Januari 2003, Anggun hadir di MIDEM [fr] Awards untuk menerima penghargaan prestisius, Diamond Award, yang diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan Prancis. Penghargaan tersebut mengukuhkannya menjadi salah satu penyanyi berbahasa Prancis tersukses di luar Prancis.
Anggun juga tampil di malam perhelatan World Music Awards tahun 2002 dan menjadi perwakilan Asia untuk membacakan nominasi kemenangan Nicholas Tse dan Ayumi Hamasaki sebagai Penyanyi Cina terbaik dan Penyanyi Jepang terbaik.
Pada tahun yang sama, Anggun memutuskan untuk menghentikan kerja samanya dengan Sony Music akibat berubahnya struktur perusahaan itu setelah bermerger dengan BMG Music. Ia juga memutuskan pindah ke Montreal, Kanada. Di sana Anggun kemudian bertemu jodoh dengan Olivier Maury, seorang sarjana politik Kanada dan mereka menikah pada tahun 2004.[27]
2004–2006: Luminescence
Pada tahun 2004, Anggun kembali ke Paris dan menandatangani kontrak dengan Heben Music, sebuah label independen Prancis. Dalam distribusi album, Anggun nantinya dibantu oleh Sony BMG untuk wilayah Eropa dan Universal untuk wilayah Asia. Anggun meluncurkan album internasional ketiganya Luminescence pada tahun 2005. Berbeda dengan album-album sebelumnya, kali ini untuk versi bahasa Prancis dan bahasa Inggris dirilis dengan judul yang sama. Selain itu, di album ini posisi Erick Benzi sebagai produser telah digantikan oleh beragam musisi Prancis seperti Jean-Pierre Taieb, Lionel Florence, Evelyn Kraal, dan Jean Faque.[33] Pada album ini, selain mengusung genre pop dan beberapa unsur musik urban, Anggun juga kembali ke akar musik rock yang pernah menjadi cirinya di awal karier.[34]
Singel pertama dari album ini, "Être une femme" atau "In Your Mind", telah dinobatkan sebagai Lagu Paling Populer Tahun 2004 oleh Radio France International, sebuah stasiun radio bertaraf internasional di Prancis. Singel "Saviour" terpilih sebagai soundtrack dari film laris Transporter 2.[35] "Undress Me" juga dirilis sebagai singel di beberapa negara dan mencapai peringkat pertama tangga lagu Turki dan Lebanon. Melalui Luminescence, Anggun melebarkan popularitasnya di negara-negara Timur Tengah dan Eropa Timur. Luminescence dirilis ulang pada tahun 2006 dengan tambahan tiga lagu baru, termasuk singel "I'll Be Alright" atau "Juste avant toi". Anggun kemudian juga melakukan duet dengan penyanyi legendaris asal Spanyol Julio Iglesias dalam lagu "All for You".
Anggun menerima sebuah penghargaan prestisius "Chevalier des Arts et Lettres" dari pemerintah Prancis atas prestasi karier dan kontribusinya pada budaya Prancis di seluruh dunia.[36][37] Anggun juga ditunjuk sebagai juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Skim Mikrokredit, sebuah program pengentasan kemiskinan di seluruh dunia.[38] Anggun juga terpilih menjadi ambassador bagi Audemars Piguet, sebuah perusahaan jam tangan mewah dunia asal Swiss.[39]
Pada tanggal 25 Mei 2006, Anggun menggelar konser terbesarnya di Indonesia bertajuk "Konser Untuk Negeri" di Jakarta Convention Center. Tiket sebanyak 5.000 lembar habis terjual dan konser berjalan sukses.[40] Anggun kemudian menerima penghargaan khusus dari Anugerah Musik Indonesia sebagai "Artis Internasional Terbaik".[41] Anugerah khas itu diberikan atas keberhasilannya mengukir nama di luar negeri dan menaikan nama industri musik Indonesia di mata internasional. Anggun menutup tahun itu dengan merilis sebuah album kompilasi terbaik, Best Of, di Indonesia dan Malaysia. Album ini menampilkan hits Anggun selama karier internasionalnya, ditambah tiga lagu lawas Anggun—"Mimpi", Bayang-Bayang Ilusi", dan "Takut"—yang dinyanyikan ulang dengan aransemen musik Andy Ayunir dan Orkestra Saunine.[42]Best-Of juga dirilis untuk pasaran Italia dengan daftar lagu berbeda dan lagu "I'll Be Alright" sebagai singel andalannya.[43]
Setelah pernikahannya dengan Olivier Maury kandas pada tahun 2006, Anggun menjalin hubungan dengan penulis Prancis Cyril Montana, yang akhirnya berlanjut ke jenjang pernikahan. Anggun melahirkan putri pertama mereka bernama Kirana Cipta Montana Sasmi pada 8 November 2007.[45][46] Pada awal tahun 2007, Anggun menulis dua lagu untuk Julian Cely, salah seorang penggemarnya dari Prancis yang merilis album pertamanya di Indonesia.[47] Anggun juga terlibat dalam penggarapan film dokumenter bertema lingkungan hidup produksi BBC berjudul Un jour sur terre atau Earth.[48] Anggun bertindak sebagai narator dan merilis singel soundtrack film tersebut. Anggun juga didaulat sebagai "Marraine des Prix Micro-Environnement" (duta lingkungan hidup) oleh National Geographic Channel dan Kementrian Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan Prancis.[49][50] Anggun berhasil meraih penghargaan "Le grand couer de l'annee" atas kontribusinya dalam sejumlah permasalahan sosial dan lingkungan hidup di Prancis.[51] Pada bulan Desember 2007, Anggun kembali mendapat undangan dari Vatikan untuk tampil di konser Natal di Verona, Italia, bersama Michael Bolton.[52] Anggun juga diundang tampil di World Music Awards 2008 dengan membawakan lagu "No Stress" bersama DJ Laurent Wolf.Ia berkesempatan satu panggung bersama penyanyi Alicia Keys, Beyonce, Kid Rock dan Nancy Ajram .[53]
Album internasional keempat Anggun berjudul Elevation dirilis pada akhir tahun 2008. Kali ini Anggun mengganti aliran musiknnya menjadi hip-hop dan urban.[54] Anggun menggandeng duo produser hip hop, Tefa dan Masta, untuk album ini. Ia juga berkolaborasi dengan sejumlah penyanyi rap yaitu Pras Michel (peraih Grammy Awards dan mantan personel grup The Fugees), Sinik dan Big Ali, serta para DJ seperti Laurent Wolf dan Tomer G. untuk meremix lagu-lagunya.[55] Singel pertama album ini yaitu "Si tu l'avoues" untuk pasaran Prancis, "Crazy" untuk pasaran internasional, serta "Jadi Milikmu" untuk pasaran Indonesia. Di Rusia, Elevation dirilis dengan tambahan sebuah lagu berjudul "О нас с тобой", versi bahasa Rusia dari lagu "No Song" yang dibawakan duet oleh Anggun dengan penyanyi berkebangsaan Rusia Max Lorens.[56] Di Indonesia, sebelum dirilis resmi pada 1 Desember 2009, album ini telah mendapat penghargaan double platinum, menjadikannya album dengan penjualan tercepat sepanjang karier Anggun di Indonesia.[57] Sayangnya, album ini juga menjadi album studio dengan penjualan terendah sepanjang karier internasional Anggun.
Pada era ini, Anggun kembali menjadi duta produk komersial, yaitu untuk sampo Pantene dan susu Anlene.[58] Pada akhir tahun 2009, Anggun kembali ditunjuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kali ini sebagai duta organisasi pangan internasional Food and Agriculture Organization (FAO) dalam misi pengentasan kelaparan di seluruh dunia.[59][60] Anggun kemudian juga didaulat oleh mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton sebagai juru bicara Healthy Water Fundraising Program. Selain itu, Anggun diangkat sebagai salah satu juri dalam kontes kecantikan Miss France 2009.[61] Pada awal tahun 2010, penyanyi populer Portugal Mickael Carreira mengajak Anggun untuk berduet dalam lagu "Chama por me (Call My Name)" dan tampil dalam konser tunggalnya di Lisboa, Portugal tanggal 26 Februari 2010.[62] Anggun juga berkolaborasi dengan musisi Jerman Schiller dalam lagu "Always You" dan "Blind" untuk album Schiller berjudul Atemlos. Anggun bersama Schiller juga menggelar tur konser keliling Jerman selama bulan Maret 2010.[63]
2011–sekarang: Echoes, Eurovision, dan X Factor Indonesia
Pada tahun 2011, Anggun menggarap album internasional kelimanya bersama beberapa musisi seperti Gioacchino, Pierre Jaconelli, Jean-Pierre Pilot, dan William Rousseau.[64] Album tersebut diberi judul Echoes untuk versi berbahasa Inggris dan Echos untuk versi berbahasa Prancis. Ini merupakan album internasional pertama yang diproduseri sendiri oleh Anggun dan digarap oleh perusahaan rekaman miliknya sendiri April Earth.[64] Untuk distribusi album, ia dibantu Warner Music untuk wilayah Eropa dan Sony Music untuk Asia bagian Timur. Di album ini Anggun menyajikan jenis musik pop organik dengan lirik yang filosofis dan banyak bercerita tentang kehidupan.[65] Album ini dirilis pertama kali di Indonesia pada Mei 2011 dengan singel "Hanyalah Cinta", disusul negara-negara bahasa Prancis pada November 2011 dengan singel andalan "Je partirai". Album ini berhasil meraih platinum di Indonesia pada minggu pertama perilisannya.[66] Tujuh bulan kemudian, Echoes berhasil meraih empat platinum dan memegang rekor sebagai album terlaris di toko kaset Indonesia untuk tahun 2011.[67] Singel "Je partirai" mencapai peringkat lima di Belgian Ultratip 50 Chart. Untuk mempromosikan album ini, Anggun menggelar konser tunggal keduanya di Jakarta Convention Center bertajuk "Konser Kilau Anggun" pada tanggal 27 November 2011. Anggun juga tampil untuk ketiga kalinya dalam konser Natal tahunan di Vatikan, kali ini ia berduet dengan penyanyi Irlandia Ronan Keating.[68]
Anggun didaulat oleh saluran televisi publik France Télévisions sebagai wakil Prancis untuk Kontes Lagu Eurovision 2012, kompetisi musik terbesar di Eropa yang diikuti lebih dari 40 negara sejak 1956.[69] Anggun menulis sebuah lagu berjudul "Echo (You and I)" sebagai entri Prancis untuk kontes tersebut. Lagu ini turut direkam secara duet dalam empat versi berbeda bersama penyanyi dari berbagai negara, yaitu bersama Claudia Faniello untuk pasaran Malta, bersama Niels Brinck untuk Denmark, bersama Viktor Varga untuk Hungaria, serta bersama Keo untuk Rumania.[70] Ia lalu menggelar tur di 15 negara di Eropa untuk mempromosikan singel tersebut. Anggun menampilkan lagu tersebut pada grand final Eurovision 2012 di Baku, Azerbaijan dengan mengenakan gaun khusus rancangan desainer langganan Madonna, Jean-Paul Gaultier. Namun, hasil akhir kompetisi hanya menempatkan lagu tersebut di peringkat 22.
Pada Maret 2012, Anggun merilis album Echoes untuk pasaran internasional dengan "Echo (You and I)" sebagai singel andalan.[71] Album ini juga kembali diluncurkan di Prancis dalam edisi khusus dengan tiga lagu tambahan. Setelah menyelesaikan tugasnya di Eurovision, Anggun melanjutkan promosi album ini dengan menggelar tur konser di beberapa kota di Prancis, Swiss, dan Kaledonia Baru, termasuk di antaranya konser tunggal Anggun di gedung Le Trianon, Paris, pada tanggal 13 Juni 2012.[72] Pada akhir tahun 2012, Anggun juga kembali diajak oleh Schiller dalam tur konser di 10 kota di Jerman.[73]
Anggun mengumumkan di Twitter bahwa selama 2013, ia akan lebih banyak menghabiskan waktu di kawasan Asia.[74] Ia diangkat menjadi juri internasional X Factor Indonesia untuk musim perdana. Ajang ini menjadi rating tertinggi "talent show" di Indonesia, menerima rata-rata pangsa pasar 30%.[75]] Keterlibatan Anggun adalah juga dipuji oleh publik dan kritikus, dengan Bintang Indonesia memuji dia untuk "menetapkan standar yang tinggi [sebagai juri] di ajang ini."[76]
Anggun sedang mempersiapkan album kompilasi bertajuk Best-Of: Design of a Decade 2003–2013. Album ini menampilkan 17 lagu Anggun dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, dilengkapi bonus DVD berisi 13 video klip beresolusi tinggi.[77] Anggun turut berpartisipasi dalam album konsepThérèse – Vivre d'amour dengan merekam dua lagu duet bersama penyanyi Kanada Natasha St-Pier berjudul "Vivre d'amour" dan "La fiancée".[78]
Pada ajang World Music Awards 2013, Anggun berhasil meraih nominasi untuk tiga kategori sekaligus, yakni World's Best Female Artist, World's Best Live Act, dan World's Best Entertainer of the Year.[79]
Pada Festival Film Taormina 2013 di Italia, Anggun menerima Penghargaan Khusus Taormina untuk kegiatan kemanusiaan sebagai "FAO Goodwill Ambassador".[80]
Karena keberhasilannya pada X Factor Indonesia, Anggun direkrut sebagai juri oleh Simon Cowell dalam salah satu ajang yang dibuatnya, yaitu Indonesia's Got Talent pada tahun 2014.[81] Untuk mempersiapkan program ini, ia diundang oleh Simon Cowell untuk melihatnya dalam menilai kontestan pada Britain's Got Talent.[82] Anggun juga sedang mengerjakan album studio internasional keenam, yang dipersiapkan untuk rilis pada tahun 2015. Penyanyi yang telah dikonfirmasi untuk berkolaborasi dengan Anggun dalam menggarap album ini salah satunya termasuk penulis lagu Inggris, Paul Barry dan Deep Forest.[83][84]
Pada Mei 2014, Anggun didapuk sebagai penyanyi yang mewakili Indonesia untuk bernyanyi pada ajang World Music Awards 2014 di Monte Carlo, Monaco pada 27 Mei 2014. Melalui akun twitter pribadinya, Anggun mengaku akan tampil di ajang World Music Awards 2014, hal tersebut juga terungkap dalam situs resmi World Music Awards yang menampilkan wajah Anggun sebagai salah satu penyanyi yang akan tampil. Pada tahun 2014 total penjualan album Dan single nya mencapai 12.890.898 kopi.[85] Dalam ajang ini, Anggun memenangkan penghargaan untuk kategori Best Selling Indonesian Artist.[86] dengan dibacakan nominasi oleh aktris Pamela Anderson.
Anggun tampak bahagia ketika memperoleh penghargaan Best Selling Indonesian Artist, dengan balutan baju bustier hitam yang dipadu dengan dress panjang, Anggun berkesempatan satu panggung dengan penyanyi-penyanyi top seperti Mariah Carey, Miley Cyrus, Leona Lewis, Sean Paul dan Ricky Martin.[86]
Penyanyi cantik Anggun bakal tampil dalam acara final Asia's Got Talent 2019. Dalam acara itu, Anggun akan tampil duet virtual dengan almarhum Luciano Pavarotti.[88]
Keartisan, citra, dan pencapaian
Anggun sering dijuluki sebagai "Diva Indonesia" oleh media dalam dan luar negeri.[89][90][91] Anggun dikenal sebagai penyanyi yang memiliki jenis suara kontralto yang tebal serta teknik improvisasi vokal yang unik.[92] Pada saat merilis album Snow on the Sahara banyak pengamat musik internasional yang memuji suara Anggun dan sering menyebutnya "Annie Lennox dari Asia".[93] Anggun sendiri telah dilatih vokal dengan keras oleh ayahnya Darto Singo sejak umur tujuh tahun.[6] Pada awal kariernya, Anggun banyak dipengaruhi oleh penyanyi dan grup musik bergenre rock seperti Guns N' Roses, Bon Jovi, Metallica dan Megadeth,[4] sehingga album-albumnya selama di Indonesia tidak lepas dari jalur musik rock. Namun, sejak beralih menjadi penyanyi internasional, jenis musik Anggun lebih variatif dan selalu berbeda di setiap albumnya.[22] Selain musisi-musisi tersebut, Anggun juga mengaku mengidolakan Sheila Chandra, Sting, David Bowie, Nine Inch Nails, Freddy Mercury dan The Beatles.[9] Anggun juga pernah belajar Tari Bali yang telah menjadi pengaruh kuat dalam penampilannya di atas panggung.[94]
Pada awal kariernya sebagai penyanyi rock, Anggun terkenal dengan penampilannya yang tomboi dan khas—menggunakan baret miring, celana pendek, jaket paku-paku dan ikat pinggang besar—yang sempat menjadi tren di awal 1990-an. Namun, sejak menjadi penyanyi internasional, Anggun mengubah total gaya berbusananya menjadi lebih feminin dan seksi, melalui penampilan khas wanita Indonesia dengan rambut hitam panjang dan kulit sawo matang.[91] Untuk menunjang penampilannya Anggun telah banyak dibantu para perancang busana dunia seperti Azzedine Alaïa, Dolce & Gabbana, Jean Paul Gaultier dan Roberto Cavalli.[58] Majalah Herworld telah menobatkan Anggun sebagai inspirasi wanita berambut lurus panjang selama dekade 2000-an. Anggun juga menduduki peringkat 6 dalam daftar "Wanita-wanita Terseksi di Asia" menurut FHM[95] dan peringkat 18 dalam daftar "100 Wanita Terseksi di Dunia" versi majalah FHM Prancis pada tahun 2010.[96]
Meskipun telah sukses sebagai seorang penyanyi, Anggun tidak pernah melebarkan sayap kariernya ke bidang lain di luar musik. Saat menggelar promosi album internasional pertamanya di televisi Amerika Serikat, Anggun sempat ditawarkan sutradara Hollywood untuk bermain di film James Bond: The World Is Not Enough dan High Fidelity.[97] Namun, kedua peran tersebut ditolak Anggun dan akhirnya diberikan pada aktris Sophie Marceau dan Lisa Bonet. Anggun mengatakan "Aku lahir sebagai penyanyi. Aku tidak akan mencoba profesi lain karena menurutku masih banyak orang yang memang dilahirkan untuk menjadi bintang film atau model. Aku merasa panggilan jiwaku adalah musik. Selain itu, Anggun juga cenderung selektif dalam memilih produk iklan yang dibintanginya.[98]
Anggun merupakan satu-satunya penyanyi wanita Indonesia yang benar-benar mampu menerobos industri musik internasional di luar Asia. Tidak seperti para penyanyi kulit hitam, orang-orang Asia masih sulit mendapat tempat di blantika musik Eropa dan Amerika. Kesuksesan Anggun secara langsung atau tidak telah membuka jalan bagi penyanyi-penyanyi lain dari Asia. Setelah Anggun baru muncul sederet nama penyanyi Asia yang mencoba menggarap pasar musik Eropa atau Amerika seperti Coco Lee, Utada Hikaru, BoA, atau Tata Young. Penyanyi Hong Kong Coco Lee bahkan mengaku terinspirasi oleh Anggun saat hendak meluncurkan album internasional pertamanya Just No Other Way (1999). Lionel Zivan S. Valdellon, seorang jurnalis asal Filipina, menyebut Anggun sebagai "seorang duta yang sangat bagus untuk Indonesia dan Asia secara umum."[23] Anggun sendiri mengatakan, "Saya rasa sudah saatnya orang-orang [luar Asia] tahu lebih banyak tentang Asia, tidak hanya sekadar tempat liburan."[23]
Sampai saat ini, Anggun merupakan penyanyi wanita yang berkarier dari Indonesia yang paling banyak berhasil masuk di chart Billboards di Amerika, dengan total 4 buah lagu yaitu "Snow On The Sahara", "Perfect World", "What We Remember" dan "The Good Is Back".
Anggun merupakan orang Indonesia kedua setelah Proklamator Soekarno, dan satu-satunya penyanyi wanita Indonesia yang diabadikan dalam patung lilin oleh Museum Madame Tussauds di Bangkok, Thailand.
^ abcdSetiadi, Purwanto; Zakaria, Anang (2009-09-18). "Transformasi Musik Anggun". Tempo Interaktif. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-24. Diakses tanggal 2011-07-20.
^Greffe, Anne (2005-02-25). "Anggun: Luminescence". Radio France Internationale. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-29. Diakses tanggal 2011-07-21.
^Wan Chik, Sofiatul Shima. "Berubah secara total" (dalam bahasa hampir bahasa Indonesia). Kosmo!. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-28. Saya harus menjadi seorang Wonder Woman… untuk KiranaPemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Cooten, Mykella Van (Juni–Juli 1998). "Anggun 'Anggun'". VIBE. New York: Vibe Media Group. 6 (5): 182. ISSN1070-4701.Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link)
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama musicactu
^Tai, Elizabeth (8 August 2005). "Sunny, happy Anggun". The Star. Star Publications. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 June 2007. Diakses tanggal 21 July 2011.
Daftar pustaka
Cordova, Cozy (2007). Jangan Mau Jadi Cewek Biasa: Muda, Kaya, Ternama! Bagaimana Bisa?. Kawan Pustaka. ISBN9789797572150.