Yukio Mishima
Yukio Mishima (三島 由紀夫 , Mishima Yukio) adalah nama pena dari penulis sekaligus penyair, dramawan, aktor, dan sutradara Jepang bernama Kimitake Hiraoka (平岡 公威 , Hiraoka Kimitake, 14 Januari 1925 – 25 November 1970). Ia tiga kali dinominasikan sebagai penerima Nobel Kesusastraan. Karya-karyanya tergolong garda depan memadukan estetika modern dan tradisional yang menembus batas-batas budaya dengan fokus homoseksualitas, kematian, dan perubahan politik.[4] Ia dikenang setelah mati bunuh diri dengan cara seppuku (merobek perut) setelah sebuah kudeta yang gagal. Kehidupan dan kerjaKehidupan awalMishima dilahirkan di distrik Yotsuya, Tokyo (bagian dari Shinjuku sekarang). Ayahnya seorang pejabat pemerintah bernama Azusa Hiraoka, ibunya bernama Shizue, putri dari Kenzō Hashi, seorang kepala sekolah generasi kelima di Kaisei Academy Tokyo. Kenzō Hashi adalah seorang cendekiawan karya klasik Cina, dilahirkan dari keluarga Hashi turun temurun yang menjadi abdi klan Maeda di Domain Kaga. Kakek dan nenek dari pihak ayah Yukio Mishima bernama Sadatarō Hiraoka dan Natsuko Hiraoka (nama di kartu keluarga: Natsu). Ia memiliki adik perempuan bernama Mitsuko yang meninggal pada usia 17 akibat tipus pada tahun 1945, dan seorang adik laki-laki bernama Chiyuki.[5] Masa kecilnya didominasi oleh neneknya yang bernama Natsu. Ia diambil dan dipisahkan dari kedua orang tuanya selama beberapa tahun.[6] Natsu adalah cucu tidak sah dari Matsudaira Yoritaka yang menjabat daimyo Shishido di Provinsi Hitachi, dan dibesarkan oleh keluarga Pangeran Arisugawa Taruhito. Neneknya selalu berlagak sebagai seorang aristokrat, bahkan setelah menikah dengan kakek Mishima yang hanya seorang birokrat. Kakek Mishima menjadi kaya setelah membuka lahan pertanian baru di Karafuto, dan naik pangkat sebagai gubernur jenderal Prefektur Karafuto di Pulau Sakhalin. Natsu diketahui memiliki masalah kejiwaan yang membuatnya mudah melakukan tindakan kekerasan dan ledakan emosi tidak wajar yang kadang-kadang disinggung dalam karya-karya Mishima.[7] Sejumlah penulis biografi berspekulasi masalah kejiwaan yang diderita Natsu sebagai asal usul ketertarikan Mishima kepada kematian.[8] Natsu tidak membolehkan Mishima untuk bermain di luar di bawah sinar matahari. Ia juga sama sekali tidak boleh olahraga atau bermain bersama anak laki-laki sebaya. Waktunya dihabiskan sendirian atau bersama keponakan-keponakan perempuan dan boneka-boneka mereka.[7] Mishima dikembalikan kepada kedua orang tuanya ketika sudah berusia 12 tahun. Ayahnya adalah seorang tentara yang menyenangi disiplin militer. Sewaktu masih kecil, ia diajari berani dengan dipegangi oleh ayahnya di samping kereta yang sedang melaju kencang. Kamar Mishima juga digerebek oleh ayahnya yang mencari bukti minat anaknya yang "keperempuan-perempuanan". Hasil tulisan anaknya sering dirobek-robek. Masa sekolah dan karya awalPada usia 6 tahun, Mishima masuk sekolah elite Gakushuin.[9] Pada usia 12 tahun, Mishima mulai menulis cerita pertamanya. Ia dengan rakus membaca karya-karya Oscar Wilde, Rainer Maria Rilke, dan sejumlah pengarang klasik Jepang. Setelah 6 tahun bersekolah, ia diterima sebagai anggota termuda dewan redaktur di perkumpulan sastra di sekolah. Mishima tertarik dengan karya-karya Tachihara Michizō yang membuatnya mendalami bentuk klasik puisi Jepang yang disebut waka. Puisi waka termasuk di antara karya-karya pertama Mishima yang diterbitkan, sebelum minatnya beralih ke prosa. Ia diundang untuk menulis sebuah cerita pendek prosa untuk majalah sastra Gakushūin, dan mengirimkan cerita berjudul Hanazakari no Mori (花ざかりの森 , "Hutan Penuh Bunga"). Dalam cerita tersebut, narator menjelaskan bahwa dirinya merasa bahwa para leluhurnya entah bagaimana masih hidup dalam dirinya. Guru-guru Mishima begitu terkesan dengan cerita tersebut yang disarankan oleh mereka untuk dikirim ke majalah sastra prestisius Bungei-Bunka. Cerita yang ditulisnya dengan memakai metafora dan aforisme—nantinya menjadi ciri khas Yukio Mishima—diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1944. Meskipun demikian, buku tersebut hanya diterbitkan dalam jumlah terbatas (4.000 kopi) akibat kekurangan kertas semasa Perang Dunia II. Penerbitan karya dengan nama asli dikhawatirkan menyebabkan reaksi yang tidak baik dari teman-teman sekelasnya. Oleh karena itu, para guru menciptakan nama pena untuk dirinya, dan sejak itu ia dikenal sebagai Yukio Mishima. Cerita pendek Tabako (煙草 The Cigarette) yang diterbitkan pada 1946 menceritakan cemoohan dan bulan-bulanan yang diterimanya di sekolah setelah mengaku kepada klub rugby union tempatnya bergabung bahwa dirinya masuk ke perkumpulan sastra. Trauma ini juga dikisahkannya kemudian dalam cerita berikutnya, Shi o Kaku Shōnen (詩を書く少年 The Boy Who Wrote Poetry) pada tahun 1954. Selama Perang Dunia II, Mishima menerima surat panggilan untuk masuk dinas militer dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Ketika dilakukan pemeriksaan kesehatan, ia sedang menderita pilek, dan secara spontan berbohong kepada dokter tentara bahwa dirinya memiliki gejala tuberkulosis. Mishima akhirnya dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk masuk tentara.[10] Meski ayahnya yang otoriter sudah melarangnya untuk menulis cerita lagi, Mishima terus menulis setiap malam secara diam-diam, didukung dan dilindungi oleh sang ibu yang selalu menjadi orang pertama yang membaca cerita baru hasil tulisannya. Ia kuliah sewaktu siang, dan menulis pada malam hari. Mishima lulus dari Universitas Tokyo pada tahun 1947. Ia diterima sebagai pegawai negeri di Kementerian Keuangan, dan diperkirakan memiliki masa depan yang cerah. Namun Mishima menjadi terlalu lelah, sehingga ayahnya setuju anaknya yang baru bekerja pada tahun pertama, berhenti dari pegawai negeri untuk berkonsentrasi sebagai penulis. Literatur praperangMishima menulis novel, seri novela populer, cerpen dan esai sastra, serta naskah sandiwara untuk teater kabuki dan versi modern untuk drama tradisional Noh. Mishima mulai menulis cerpen Misaki nite no Monogatari (岬にての物語 , "A Story at the Cape") pada tahun 1945, dan terus menulisnya hingga akhir Perang Dunia II. Pada Januari 1946, ia mengunjungi penulis terkenal Yasunari Kawabata di Kamakura dengan membawa naskah Chūsei (中世 , "The Middle Ages") dan Tabako, untuk meminta saran dan bantuan darinya. Pada bulan Juni 1946, berkat rekomendasi Kawabata, Tabako diterbitkan di majalah sastra Ningen (人間 , "Humanity") yang baru terbit. Novel perdana, Tōzoku (盗賊 , "Thieves") juga ditulisnya pada tahun 1946. Kisahnya tentang dua anak muda dari kelas bangsawan yang mati bunuh diri. Novel tersebut diterbitkan pada tahun 1948, dan menempatkan Mishima di jajaran Penulis Pascaperang Generasi Kedua. Novel keduanya adalah Confessions of a Mask, sebuah catatan semi-autobiografi tentang homoseksual muda usia yang harus bersembunyi di balik sebuah topeng agar dapat diterima di dalam masyarakat. Novel tersebut sangat sukses dan meroketkan Mishima sebagai seorang selebriti pada usia 24 tahun. Sekitar tahun 1949, Mishima menerbitkan serangkaian esai mengenai Yasunari Kawabata di Kindai Bungaku. Ia memang selalu menyukai karya-karya Kawabata. Karya-karya Yukio Mishima mendapat perhatian dunia internasional, dan mendapat penggemar yang cukup di Eropa dan Amerika Serikat. Sebagian besar dari karya-karya terkenalnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Ia juga banyak melakukan perjalanan. Pada tahun 1952, ia mengunjungi Yunani, negara yang begitu dikaguminya sejak anak-anak. Unsur-unsur Yunani tampak dalam Shiosai (潮騒 , "Sound of the Waves") yang diterbitkan tahun 1954, dan inspirasinya berasal dari legenda Yunani Daphnis dan Chloe. Kejadian-kejadian kontemporer juga diangkat ke dalam karya-karyanya. The Temple of the Golden Pavilion yang diterbitkan tahun 1956 adalah cerita rekaan mengenai pembakaran Kinkaku-ji di Kyoto. Utage no ato ("After the Banquet") yang diterbitkan tahun 1960, begitu mirip dengan peristiwa seputar politikus Hachirō Arita berkampanye untuk menjadi guburnur Tokyo hingga akhirnya Mishima dituntut akibat melanggar privasi.[11] Pada tahun 1962 diterbitkan karya Mishima paling avant-garde, Utsukushii hoshi ("Beautiful Star") yang kadang-kadang lebih mirip fiksi ilmiah, dan mendapat tanggapan berbeda-beda dari kritikus. Mishima tiga kali dicalonkan sebagai penerima Hadiah Nobel Sastra dan diunggulkan oleh banyak penerbit asing. Namun Yasunari Kawabata mentornya, baru saja memenangi Hadiah Nobel pada tahun 1968, dan ia menyadari tipisnya peluang pengarang Jepang mendapatnya lagi dalam waktu berdekatan.[butuh rujukan] Aktor dan fotomodelMishima juga seorang aktor dan pernah mendapat peran utama dalam film tahun 1960, Afraid to Die karya Yasuzo Masumura. Peran-peran lain dalam film, di antaranya Yukoku (disutradarainya sendiri, 1966), Black Lizard (sutradara Kinji Fukasaku, 1968), dan Hitokiri (sutradara Hideo Gosha, 1969). Ia juga menyanyi lagu tema Afraid to Die (menulis liriknya sendiri, pencipta: Shichirō Fukazawa). Mishima dijadikan fotomodel dalam Ba-ra-kei: Ordeal by Roses oleh Eikoh Hosoe, juga dalam Young Samurai: Bodybuilders of Japan dan Otoko: Photo Studies of the Young Japanese Male karya Tamotsu Yatō. Pengarang Amerika Serikat Donald Richie menulis sedikit tentang Mishima yang hanya bercawat sambil membawa pedang, dipotret di salju dalam sesi foto oleh Tamotsu Yatō.[12] Kehidupan pribadiPada tahun 1955, Mishima mengikuti pelatihan beban dan jadwal latihan tiga kali seminggu tidak pernah terganggu selama 15 tahun sisa hidupnya. Pada tahun 1968, dalam esai Sun and Steel, Mishima mengecam pemikiran para intelektual yang lebih mementingkan pikiran daripada tubuh. Mishima kemudian juga menjadi sangat terampil dalam kendo, seni pedang tradisional Jepang. Mishima diketahui sering mengunjungi bar gay di Jepang. Orientasi seksualnya adalah fakta yang mengganggu sekaligus diremehkan oleh istrinya setelah Mishima meninggal dunia.[13] Namun, penulis Jiro Fukushima menerbitkan kumpulan korespondensi yang mengungkap hubungan homoseksual antara Mishima dengan seorang novelis ternama. Tidak lama setelah buku tersebut diterbitkan, anak-anak Mishima berhasil mendakwa Fukushima dengan tuduhan melanggar privasi Mishima.[14] Mishima menikah dengan Yoko Sugiyama pada 11 Juni 1958. Dua anak lahir dari istrinya, seorang anak perempuan bernama Noriko (lahir 2 Juni 1959) dan seorang anak laki-laki bernama Iichiro (lahir 2 Mei, 1962). Pada tahun 1967, Mishima masuk Angkatan Darat Bela Diri Jepang (GSDF) dan menjalani latihan dasar. Setahun kemudian, ia membentuk milisi swasta Tatenokai ("Perkumpulan Tameng") yang terdiri dari siswa-siswa muda yang belajar prinsip-prinsip bela diri dan disiplin fisik, dan bersumpah untuk melindungi Kaisar Jepang. Mishima sendiri yang melatih mereka. Meskipun demikian, menurut ideologi Mishima, kaisar tidak harus kaisar yang sedang memerintah, melainkan sebuah esensi abstrak dari Jepang. Dalam Eirei no Koe ("Suara dari Kematian Heroik"), Mishima mencela Deklarasi Humanitas dari Kaisar Hirohito pada akhir Perang Dunia II. Sepanjang sepuluh tahun terakhir hidupnya, Mishima menulis beberapa sandiwara panjang, berakting untuk sejumlah film, dan ikut menyutradarai sebuah adaptasi dari salah satu karangannya, Patriotism, the Rite of Love and Death. Ia juga terus mengerjakan tetralogi terakhirnya, The Sea of Fertility (Hōjō no Umi) yang diterbitkan dalam format berseri secara bulanan dari September 1965. Mishima menganut paham nasionalisme versinya sendiri hingga akhir hidupnya. Ia dibenci oleh golongan kiri, terutama untuk komitmen yang ketus dan anakronistik terhadap kode samurai bushido, sekaligus oleh nasionalis arus utama untuk pendiriannya mengenai Kaisar Hirohito dalam Bunka Bōeiron (文化防衛論 , "A Defense of Culture"). Upaya kudeta hingga kappukuPada 25 November 1970, Mishima dan empat anggota Tatenokai, dengan berdalih untuk berkunjung, mendatangi komandan of Kamp Ichigaya, markas besar Komando Timur Angkatan Darat Bela Diri Jepang di Tokyo.[13] Setelah masuk ke dalam, mereka membarikade kantor dan mengikat komandan di kursinya. Dengan membawa manifesto yang sudah disiapkan sebelumnya dan sebuah spanduk berisi permintaan mereka, Mishima keluar ke balkon untuk memberikan pidato kepada para tentara yang berkumpul di bawahnya. Pidatonya dimaksudkan untuk menginspirasi kudeta pengembalian kekuasaan ke tangan kaisar. Ia hanya berhasil membuat jengkel para tentara, hingga diejek dan disoraki. Pidato yang dibacakannya selesai dalam beberapa menit. Setelah itu, Mishima kembali ke kantor komandan dan melakukan kappuku. Anggota Tatenokai bernama Masakatsu Morita yang telah ditunjuk menjadi pendamping (kaishakunin) untuk mengakhiri hidup Mishima, ternyata tidak mampu melakukan tugasnya dengan benar. Setelah beberapa kali gagal memancung leher tuannya, anggota Tatenokai bernama Hiroyasu Koga diizinkan untuk melakukan tugas itu. Morita lalu berlutut dan melakukan kappuku, dan Koga sekali lagi menjadi kaishakunin. Puisi kematian yang merupakan unsur tradisional ritual bunuh diri sudah disiapkan Mishima sebelum memasuki markas tentara.[15] Mishima sudah dengan teliti merencanakan bunuh diri paling tidak selama setahun. Tidak ada seorang pun, di luar kelompok beranggotakan anggota Tatenokai yang dipilihnya sendiri, tahu tentang rencana yang sedang disusunnya. Penulis biografinya, penerjemah John Nathan menunjukkan bahwa upaya kudeta hanyalah sebuah dalih untuk ritual bunuh diri yang sudah diimpikan Mishima sejak lama.[16] Mishima juga sudah memastikan rencananya berjalan sesuai urutan, dan meninggalkan uang untuk pembelaan hukum tiga anggota Tatenokai yang masih hidup. WarisanSpekulasi banyak beredar seputar bunuh dirinya Mishima. Ketika meninggal dunia, ia baru saja menyelesaikan buku terakhir dalam tetralogi Sea of Fertility.[13] Mishima menulis 34 novel, sekitar 50 sandiwara, kira-kira 25 buku kumpulan cerpen, dan setidaknya 35 buku esai, satu libretto, serta sebuah film. Penghargaan
Karya utamaLiteraturTeater klasik JepangSelain drama kontemporer seperti Madame de Sade, Mishima juga menulis untuk dua dari tiga genre teater klasik Jepang: noh dan kabuki. Ia bangga sebagai orang Tokyo, dan tidak pernah mau menghadiri pertunjukan Bunraku yang merupakan kesenian Osaka dan daerah sekitarnya.[17] Walaupun mengambil tema, judul, dan tokoh dari cerita Noh klasik, Mishima mengubahnya dengan plot dan latar belakang cerita yang modern, seperti rumah sakit dan aula dansa, dan mengejutkan penonton yang sudah terbiasa dengan cerita asli. Donald Keene menerjemahkan karya Mishima sebagai Five Modern Noh Plays (Tuttle, 1981; ISBN 0-8048-1380-9). Sebagian besar karya yang masih belum diterjemahkan, ditulis dalam romaji karena belum ada judul resmi dalam bahasa Inggris.
Film
Karya tentang Mishima
Lihat jugaCatatan dan referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Yukio Mishima.
|