Suku Punan Batu![]() Suku Punan Batu atau Suku Dayak Punan Batu adalah kelompok masyarakat adat yang secara tradisional hidup berpindah-pindah dan menetap di ceruk-ceruk batu di kawasart karst Gunung Batu Benau dan pedalaman hulu Sungai Sajau, Desa Metun Sajau, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.[1] Saat ini, populasi Suku Punan Batu diperkirakan berjumlah sekitar 106 jiwa yang hidup secara nomaden dengan wilayah jelajah seluas 18.497 hektar.[2]. Saat ini, masyarakat Punan Batu merupakan komunitas pemburu-peramu terakhir yang masih aktif di hutan Kalimantan.[3] Kehidupan sosialMasyarakat Punan Batu hidup terpisah dalam kelompok kecil dengan jarak paling dekat memiliki waktu tempuh sekitar 15 hari dengan berjalan kaki.[1] Pola hidup berburu dan mengumpulkan sumber pangan dari hutan membedakan kelompok ini dengan kelompok etnis Dayak lain yang ada di sekitar mereka.[1] Misalnya, Dayak Kenyah yang sudah beralih ke pola hidup bertani. Eksistensi masyarakat adat Punan Batu kian terancam oleh deforestasi dan penanaman sawit yang semakin masif.[1] Saat ini, masyarakat ini bertahan hidup dengan menangkap penyu atau ikan sungai dan mengumpulkan sumber pangan dari hutan seperti umbi-umbian, umbut rotan, dan umbut nibung. Masyarakat Punan Batu memiliki pola konsumsi yang bergantung pada pemenuhan kebutuhan harian tanpa menyimpan persediaan makanan, kecuali minyak babi hutan yang disimpan dalam gentong tanah liat dan digantung di langit-langit gua untuk melindunginya dari hewan liar.[1] Setelah menyantap sarapan, mereka segera mencari makanan untuk siang hari, dan siklus ini terus berulang. Hampir sepanjang hari mereka menghabiskan waktu untuk berburu dan mengumpulkan bahan pangan guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.[1] Orang-orang Punan Batu juga mengumpulkan madu dari sarang lebah dan sarang burung walet.[1] Kedua hasil hutan tersebut menjadi telah menghubungkan mereka dengan dunia luar selama berabad-abad.[1] Hasil hutan ini ditukar dengan berbagai barang dari peradaban modern, seperti beras, garam, gula, dan rokok, serta pakaian berbahan kain yang secara bertahap menggantikan pakaian dari kulit kayu.[1] Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia