Babi celeng

Babi celeng
Rentang waktu: Pleistocene awal–sekarang
Babi celeng (Sus scrofa) merupakan nenek moyang babi domestik (Sus scrofa domesticus)
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Famili: Suidae
Genus: Sus
Spesies:
S. scrofa
Nama binomial
Sus scrofa
Babi celeng

Babi celeng[3] secara umum dikenal sebagai babi hutan adalah nenek moyang babi liar yang menurunkan babi domestik (Sus scrofa domesticus). Daerah persebarannya berada di wilayah hutan-hutan Eropa Tengah, Mediterania (termasuk Pegunungan Atlas di Afrika Tengah) dan sebagian besar Asia hingga wilayah paling selatan di Indonesia. Babi hutan termasuk famili Suidae yang mencakup babi liar Afrika dan babi semak di Afrika, babi kerdil di utara India, dan babirusa di Indonesia.

Pengenalan

Babi ini memiliki ukuran yang besar dengan berat dapat mencapai 200 kg (400 pound) untuk jantan dewasa, serta panjang hingga 1,8 m (6 kaki). Babi celeng di Indonesia panjang tubuhnya hingga 1.500 mm, panjang telinga 200–300 mm, dan tinggi bahunya 600–750 mm.[3]

Anak jenis S.s. vittatus didapati di Semenanjung Malaya, Sumatra dan Jawa; kemungkinan pula di Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, hingga Pulau Komodo. Anak jenis ini dibedakan dari subspesies lainnya karena memiliki tulang hidung (nasal) yang relatif lebih pendek, yakni 45-48% panjang tengkorak (48-51% pada anak jenis lainnya).[4]

Kebiasaan

Jika terkejut atau tersudut, hewan ini dapat menjadi agresif - terutama betina dewasa yang sedang melindungi anak-anaknya, dan jika diserang akan mempertahankan dirinya dengan taringnya.

Di Jawa, babi celeng diketahui berkawin silang dengan babi bagong (S. verrucosus).[5] Di tempat-tempat lain, kemungkinan pula dengan babi berjenggot (S. barbatus) dan babi sulawesi (S. celebensis).[4]

Hewan ini sempat punah di Britania pada abad ke-17, tetapi populasinya telah kembali di beberapa tempat terutama di Weald akibat terlepas dari peternakan.

Galeri

Referensi

  1. ^ IUCN Detail 41775
  2. ^ Linné, C. von. 1758. Caroli Linnæi Systema naturæ. Regnum animale. Editio decima, 1758: 49. Lipsiæ: Sumptibus Guilielmi Engelmann, 1894.
  3. ^ a b Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam: 365. Bogor: WCS-IP, The Sabah Society & WWF Malaysia.
  4. ^ a b Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of Indomalayan Region: a systematic review: 246. Oxford: Nat. Hist. Mus. Publ. & Oxford Univ. Press.
  5. ^ Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. op. cit.: 248.

Pranala luar