Pesta orang Portugis terbesar di dunia, yang diselenggarakan di New Bedford, Massachusetts, untuk memuliakan Sakramen Maha Kudus, mendatangkan lebih dari 100.000 pengunjung setiap tahun.[4][5]
Sakramen Maha Kudus boleh disambut oleh umat Katolik, yang telah menjalani upacara Komuni Pertama, sebagai bagian dari liturgi Ekaristi dalam misa. Umat Katolik percaya bahwa jiwa orang yang menyambut sakramen Ekaristi haruslah dalam "keadaan berahmat" (tidak dalam keadaan berdosa berat).[6][7], karena menyambutnya dalam keadaan berdosa berat menjadikan seseorang mendapat dosa sakrilegi.
Sakramen Maha Kudus dapat pula ditakhtakan atau dipajang di atas altar di dalam sebuah monstrans. Upacara yang berkaitan dengan penakhtaan Sakramen Maha Kudus antara lain doa berkat dan adorasi Ekaristi. Menurut teologi Katolik, hosti yang telah dikonsekrasi bukan lagi merupakan roti, tetapi tertransubstansiasi menjadi tubuh, darah, jiwa, dan keilahian Kristus. Umat Katolik percaya bahwa Yesus adalah kurban Anak Domba Allah yang digambarkan sebelumnya dalam upacara Paskah Yahudi dalam Perjanjian Lama. Anggota keluarga dalam suatu rumah tidak akan luput dari maut jika tidak menyantap daging kurban anak domba Paskah. Sebagaimana Paskah Yahudi merupakan perayaan dalam Perjanjian Lama, demikian pula Ekaristi menjadi perayaan dalam Perjanjian Baru (Matius 26:26–28, Markus 14:22–24, Lukas 22: 19–20, Yohanes 6:48–58).
Syarat menyambut Sakramen Maha Kudus dalam persekutuan gereja-gereja Anglikan dan yurisdiksi-yurisdiksi Anglikan lainnya berbeda-beda dari satu provinsi gerejawi ke provinsi gerejawi lain. Sebelumnya peneguhan sidi merupakan prasyarat umum untuk menyambut Sakramen Maha Kudus, tetapi kini banyak provinsi gerejawi mengizinkan semua orang yang sudah dibaptis untuk menyambut selama yang bersangkutan sehaluan dengan gereja Anglikan dan sudah menjalani upacara Sambut Baru.
Devosi kepada Sakramen Maha Kudus juga bervariasi. Warga jemaat secara perorangan akan bergenufleksi atau menjura di hadapan Sakramen Maha Kudus yang disemayamkan (disimpan) di dalam tabernakel atau almari di atas, di belakang, atau di samping altar. Kehadiran Sakramen Maha Kudus lazimnya ditandai dengan sebuah lampu gantung di atas atau di dekat tabernakel atau almari. Monstrans jarang dipakai, kecuali di kalangan jemaat Katolik Angli. Hal ini sejalan dengan ketentuan pasal XXV dari Ketiga Puluh Sembilan Pasal yang berbunyi: "Kristus menetapkan sakramen bukan untuk ditonton maupun diarak melainkan untuk kita manfaatkan." Meskipun demikian, banyak paroki menyelenggarakan ibadat devosi kepada Sakramen Maha Kudus. Dalam ibadat ini, sibori dikeluarkan dari tabernakel atau almari, sementara puji-pujian, doa-doa, bait-bait Mazmur, dan kalimat-kalimat devosi dilantunkan atau didaraskan. Di beberapa paroki, bilamana Sakramen Maha Kudus dikeluarkan dari tabernakel (misalnya untuk dibawa dari altar utama ke altar samping), lonceng altar akan digemerincingkan dan segenap hadirin akan berlutut.
Sebagian besar gereja dalam rumpun Lutheran mewajibkan warga jemaatnya untuk menjalani katekisasi praperjamuan kudus perdana (atau menjalani Peneguhan Sidi) untuk dapat dibenarkan mengambil bagian dalam perjamuan kudus. Gereja-gereja Lutheran yang lebih liberal belakangan ini mengizinkan semua orang yang sudah dibaptis untuk ikut ambil bagian dalam perjamuan kudus. Sama seperti umat Anglikan, umat Lutheran juga dianjurkan untuk bergenufleksi atau menjura di hadapan Sakramen Maha Kudus, yang lazimnya ditakhtakan di atas altar. Di gereja-gereja Lutheran yang masih menyelenggarakan perayaan Corpus Christi, monstrans dipakai untuk mewadahi Sakramen Maha Kudus dalam ibadat pemberkatan Sakramen Maha Kudus, sama seperti di Gereja Katolik.
Gereja Metodis
Doktrin dan Disiplin Gereja Metodis menetapkan bahwa pada hari-hari perayaan Komuni Suci, "saat masuk ke gereja, hendaklah komunikan tunduk berdoa dan menghampiri Sakramen Maha Kudus dalam kekhusyukan doa dan meditasi."[8]
Sehubungan dengan teologi Ekaristi gereja Metodis, Katekismus untuk dipergunakan oleh orang-orang yang disebut umat Metodis menegaskan bahwa "[di dalam perjamuan Ekaristi] Yesus Kristus hadir di tengah-tengah umatnya yang sedang beribadat, dan memberi dirinya sendiri kepada mereka selaku Tuhan dan Juru Selamat mereka".[9] Teologi gereja Metodis mengenai Sakramen Ekaristi tercerminkan dalam lagu puji-pujian Ekaristi gubahan salah seorang bapa pendiri gereja Metodis, Charles Wesley, berikut ini:[10]
Syair: We need not now go up to Heaven, To bring the long sought Saviour down; Thou art to all already given, Thou dost e’en now Thy banquet crown: To every faithful soul appear, And show Thy real presence here![10]
Terjemahan:
Kini kita tidak usah naik ke surga,
Untuk membawa turun Juru Selamat yang lama terdamba;
Engkau sudah dikaruniakan kepada semua orang,
Bahkan kini Engkau sudah mengenakan mahkota perjamuan:
Tampakkanlah diri-Mu kepada setiap orang beriman,
Dan perlihatkanlah kehadiran nyata-Mu di tempat ini!
Gereja Metodis mengamalkan Meja Terbuka, yakni mengundang semua orang Kristen yang sudah dibaptis untuk menyambut Komuni Suci.[11]
Rujukan
^The Doctrines and Discipline of the Methodist Church (dalam bahasa English). Nashville, Tennessee: The Methodist Publishing House. 1960. hlm. 522. Saat masuk ke gereja, hendaklah komunikan tunduk berdoa dan menghampiri Sakramen Maha Kudus dalam kekhusyukan doa dan meditasi.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Feast History". portuguesefeast.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-30. Diakses tanggal 2017-06-13.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^A Catechism for the use of people called Methodists. Peterborough, England: Methodist Publishing House. 2000. hlm. 26. ISBN9781858521824.
^ abAbraham, William J.; Watson, David F. (2013). Key United Methodist Beliefs (dalam bahasa English). Abingdon Press. hlm. 103–104. ISBN9781426756610. Diakses tanggal 8 Desember 2015. Charles Wesley menggubah sekumpulan lagu puji-pujian tentang penglihatan luar biasa akan kehadiran Kristus yang misterius tetapi nyata di dalam roti dan anggur. Berikut ini adalah sepenggal bait dari salah satu lagu dalam kumpulan tersebut: We need not now go up to Heaven, To bring the long sought Saviour down; Thou art to all already given, Thou dost e’en now Thy banquet crown: To every faithful soul appear, And show Thy real presence here!Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Smith, R.; Ackah, W.; Reddie, A. (18 Juni 2014). Churches, Blackness, and Contested Multiculturalism: Europe, Africa, and North America (dalam bahasa English). Palgrave Macmillan US. hlm. 162. ISBN9781137386380.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)