Ryanair Penerbangan 4978 adalah penerbangan penumpang internasional terjadwal pada 23 Mei 2021 dari Bandar Udara Internasional Athena di Yunani menuju Bandar Udara Internasional Vilnius di Lituania. Ketika pesawat melintasi teritori udara Belarus, pesawat dialihkan oleh Pemerintah Belarus untuk mendarat di Bandar Udara Internasional Minsk agar dua orang penumpang yang berada di penerbangan tersebut, yaitu Roman Protasevich dan kekasihnya Sofia Sapega, dapat ditahan oleh Pemerintah Belarus. Protasevich diketahui merupakan wartawan dan juga aktivis oposisi Pemerintah Belarus. Pesawat dicegat oleh pesawat jet tempur Belarus dengan dalih ancaman bom dan telah diperintahkan oleh Presiden Belarus Alexander Lukashenko untuk mendarat. Pesawat melanjutkan penerbangannya setelah tujuh jam di Minsk dan tiba di Vilnius 8 jam 30 menit terlambat dari jadwal kedatangan yang seharusnya.
Insiden tersebut dikutuk secara luas oleh otoritas penerbangan sipil dan sejumlah negara. Beberapa negara dan maskapai Eropa awalnya merespon dengan membatasi penerbangan yang melintasi atau berasal dari Belarus. Satu hari pasca insiden tersebut, Uni Eropa menjatuhkan sejumlah sanksi baru, termasuk menutup teritori udara dan melarang maskapai asal Belarus masuk ke wilayah Uni Eropa.
Insiden
Pada 23 Mei 2021, Ryanair Penerbangan 4978 dari Athena menuju Vilnius dialihkan ke Bandar Udara Internasional Minsk setelah otoritas darat Belarus melaporkan adanya bom di pesawat ketika pesawat berada di 45 mil laut (83 km) selatan Vilnius dan 90 mil laut (170 km) barat Minsk, namun masih berada di teritori udara Belarus.[1][2][3] Menurut keterangan maskapai Ryanair, pilotnya diberitahu otoritas Belarus tentang "potensi ancaman keamanan di pesawat" dan diminta untuk mendarat di Minsk.[4][5] Petugas pengatur lalu lintas udara (ATC) Belarus memberitahukan "ancaman bom" sesaat setelah pesawat memasuki teritori udara Belarus pada pukul 12.30. Sekitar tiga menit kemudian, petugas ATC menyebutkan sebuah surel dari "teroris" yang dikirimkan kepada Bandara Minsk.[6][7] Penerbangan tersebut membawa 126 penumpang dan enam awak menggunakan pesawat Boeing 737-800.[2]
Pesawat dicegat ketika akan meninggalkan teritori udara Belarus atas perintah Presiden Belarus Alexander Lukashenko, yang menurut pemberitaan pers resminya, secara pribadi memerintahkan pesawat tersebut untuk dialihkan ke Minsk dan mengirimkan sebuah MiG-29 dari Angkatan Udara Belarus untuk mengarahkan pesawat ke Minsk.[1][8][9] Kantor berita Pemerintah Belarus BelTA mengatakan pilot meminta untuk mendarat di Minsk.[10][11] Baik Ryanair dan pihak penegakan hukum di Belarus mengatakan tidak ada bom yang ditemukan di pesawat.[4][5]
Rute penerbangan FR4978 di atas Belarus pada 23 Mei menjadi tidak biasa bahkan sebelum pesawat mengubah arah. Berdasarkan data mentah Flightradar24, pesawat tidak mulai menurunkan ketinggiannya di atas Belarus meskipun hal itu biasanya dilakukan sebelum mendarat di Vilnius. Rute yang tidak biasa tersebut mengindikasikan pilot mencoba untuk tetap di arah yang seharusnya untuk menuju teritori udara Lituania sesegera mungkin, namun terpaksa mengalihkan penerbangan ke Minsk setelah dicegat oleh pesawat jet tempur Belarus.[12][13]
Penahanan Protasevich
Setelah pesawat mendarat di Minsk, aktivis oposisi Belarus Roman Protasevich dikeluarkan dari pesawat dan ditangkap oleh otoritas Belarus atas dasar bahwa Protasevich masuk dalam daftar pencarian orang di Belarus.[1][14] Sofia Sapega, kekasih Protasevich yang juga ikut dalam penerbangan tersebut, juga dikeluarkan dari pesawat oleh otoritas Belarus dan ditahan.[15] Sapega merupakan warga negara Rusia dan mahasiswi di Universitas Kebudayaan Eropa.[16]
Pemimpin oposisi Belarus Sviatlana Tsikhanouskaya menyerukan kepada ICAO untuk melakukan penyelidikan terhadap insiden tersebut.[17] Pemerintah Belarus sebelumnya telah memasukkan Protasevich ke dalam daftar "individu yang terlibat dalam aktivitas terorisme" atas keterlibatannya dalam unjuk rasa anti pemerintah. Tsikhanouskaya mengatakan Protasevich "menghadapi hukuman mati" di Belarus.[18] Menurut sejumlah penumpang, Protasevich memohon perlindungan kepada awak kabin namun ditolak.[19][20] Ketika Protasevich meninggalkan pesawat, ia berkata kepada penumpang lain, "hukuman mati menunggu saya di sini".[21] Sumber lain menyebutkan Protasevich menghadapi hukuman lima belas tahun penjara karena dianggap mendukung kelompok terorisme di Belarus.[15]
Menurut sumber yang dekat dengan Tsikhanouskaya, Protasevich memperhatikan ia berada di bawah pengawasan di Bandara Athena. Dalam pesannnya, ia mengatakan seorang pria yang bersebelahan dengannya di antrian daftar masuk dan imigrasi mencoba untuk mengambil foto dokumen perjalanannya.[22] Selain itu, Tadeusz Giczan, seorang anggota saluran Telegram Nexta yang sebelumnya ditangani Protasevich, mengatakan petugas intelijen KGB berada di penerbangan tersebut dan "memulai perkelahian dengan awak Ryanair" dengan bersikeras bahwa terdapat bom di pesawat.[3][23] Lina Beisine, juru bicara Bandara Lituania, memberitahu kantor berita AFP bahwa Bandara Minsk mengatakan penerbangan tersebut dialihkan "karena perdebatan antara seorang anggota awak pesawat dan para penumpang".[23]
Selain Protasevich dan Sapega, tiga penumpang juga keluar dari penerbangan ketika pesawat mendarat di Minsk. Dua diantaranya berkewarganegaraan Belarus dan satu berkewarganegaraan Yunani.[24] Televisi nasional Pemerintah Belarus menayangkan video dari ketiga penumpang tersebut, yang mengatakan mereka memilih untuk tinggal di Minsk, termasuk pria Yunani yang mengatakan penerbangannya ke Vilnius adalah bagian dari perjalanannya ke Minsk untuk mengunjungi istrinya.[25] Seorang pejabat Pemerintah Yunani mengindikasikan bahwa penyelidikan belum menemukan hubungan antara penumpang asal Yunani yang turun dan insiden tersebut.[24] Dua penumpang lainnya juga mengatakan mereka ingin turun di Minsk.[26]
Pesawat diperbolehkan untuk melanjutkan penerbangannya tujuh jam setelah mendarat di Minsk.[19] Pesawat akhirnya tiba di Vilnius 8 jam 30 menit terlambat dari jadwal kedatangan yang seharusnya.[2] Para penumpang mengatakan mereka harus menunggu selama 2 jam 30 menit tanpa minuman, pergi ke toilet, maupun melakukan panggilan telepon ketika sebanyak 50 hingga 60 petugas keamanan Belarus berada di Bandara Minsk untuk melakukan pemeriksaan, termasuk memeriksa keberadaan bom di pesawat.[27]
Pasca peristiwa
Pemerintah Belarus
Pasca insiden penerbangan tersebut, Kementerian Transportasi Belarus mengumumkan pembentukan sebuah komisi untuk menyelidiki insiden tersebut, mengatakan bahwa pihaknya akan memberitahu ICAO dan IATA terkait perkembangan penyelidikan dan mengeluarkan laporan segera setelah penyelidikan berakhir.[28][29]
Pada 24 Mei 2021, direktur Departemen Penerbangan Kementerian Transportasi Belarus Artyom Sikorsky membacakan sebuah pesan surel yang dikirimkan kepada Bandara Minsk pada 23 Mei. Pesan tersebut ditandangani oleh "tentara Hamas" dan memasukkan keterangan tuntutan kepada Israel untuk menghentikan serangan di Jalur Gaza (berkaitan dengan krisis Israel–Palestina 2021) dan kepada Uni Eropa untuk menghentikan dukungan kepada Israel, atau mengancam untuk meledakkan pesawat di atas Vilnius. Kanselir JermanAngela Merkel menyebut penjelasan Belarus "benar-benar tidak masuk akal".[30] Hamas menolak keterlibatan pihaknya dalam insiden tersebut dan mengkritik Pemerintah Belarus dengan "pemikiran kuno" di dunia yang "tidak lagi menerima metode seperti itu".[31][32][33] Surel yang dirilis otoritas Belarus menunjukkan waktu pukul 12.57, atau 24 menit setelah petugas ATC Belarus memberitahukan pesawat Ryanair bahwa pesan "ancaman bom" diterima dari "teroris".[34]
Pada 25 Mei 2021, Departemen Penerbangan Belarus merilis transkrip radio percakapan antara pemandu lalu lintas udara Belarus dan pilot FR4978. Berdasarkan transkrip tersebut, operator penerbangan Belarus awalnya mengatakan kepada pilot bahwa mereka "memiliki informasi dari agen khusus" terkait bom dalam pesawat, kemudian mengklaim "petugas keamanan bandara memberitahu bahwa mereka menerima surel". Ketika pilot bertanya apakah bandara Vilnius atau bandara Yunani (Athena) yang menerima surel tersebut, operator penerbangan Belarus mengatakan peringatan bom diterima oleh "sejumlah bandara". Ketika pilot bertanya pihak mana yang merekomendasikan pendaratan di Minsk, operator penerbangan Belarus menjawab pendaratan di Minsk adalah "rekomendasi kami".[35] Hingga 25 Mei, transkrip ini tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya.[36] Pejabat eksekutif tertinggi Ryanair Michael O'Leary berbicara kepada Wall Street Journal bahwa dirinya membantah rangkaian peristiwa yang dibuat Belarus dan menyebut insiden tersebut sebagai "pembajakan yang direncanakan".[37]
Pada 26 Mei 2021, Presiden Lukashenko memberikan pernyataan perdana terkait insiden tersebut dalam sebuah pidato di hadapan parlemen Belarus. Lukashenko mengatakan bahwa tindakannya "sah" dan mengklaim "anti simpatisan dari dalam dan luar negeri mengubah cara mereka menyerang suatu negara". Ia juga menuduh Protasevich merencanakan "pemberontakan berdarah" tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.[38][39] Lukashenko juga mengatakan ancaman bom berasal dari Swiss, namun Pemerintah Swiss mengatakan mereka tidak mengetahui apapun terkait ancaman bom di penerbangan tersebut.[40]
Pemerintah Rusia
Sejumlah maskapai dari negara-negara anggota Uni Eropa membatalkan penerbangan ke Moskwa karena otoritas Rusia menolak rute baru yang menghindari Belarus. Namun sejumlah penerbangan kargo, termasuk yang dioperasikan KLM dan British Airways, diperbolehkan untuk mendarat di Rusia menggunakan rute yang menghindari Belarus.[41] Pada 28 Mei, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan, "insiden tersebut murni bersifat teknis dan tidak seharusnya menjadi gangguan lebih lanjut dalam hubungan Rusia dengan Uni Eropa."[42]
Sanksi
Pada 24 Mei, kabinet Pemerintah Lituania melarang seluruh penerbangan dari dan ke Lituania yang melintasi teritori udara Belarus mulai pukul 00.00 GMT tanggal 25 Mei (03.00 waktu musim panas Eropa Timur).[43] Sekretaris Transportasi Britania Raya Grant Shapps memerintahkan Otoritas Penerbangan Sipil untuk meminta maskapai asal Britania Raya menghindari teritori udara Belarus serta mencabut sementara izin operasional maskapai nasional Belarus Belavia di Britania Raya.[44] Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memerintahkan jajaran pemerintahannya untuk menghentikan lalu lintas udara dengan Belarus.[45]
Uni Eropa menggelar pertemuan dengan para pemimpin negara-negara anggota pada 24 Mei di Brussel, Belgia. Sebelum pertemuan dimulai, Presiden Lituania Gitanas Nauseda menyerukan kepada Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi ekonomi baru kepada Belarus. Delapan negara mengajukan seruan untuk melarang penerbangan menuju dan melintasi Belarus. Permintaan lain yang diajukan adalah menghentikan lalu lintas darat dari Belarus yang memasuki Uni Eropa.[46][47] Pada pertemuan tersebut, disepakati bahwa maskapai penerbangan yang berasal dari negara anggota Uni Eropa dilarang terbang melintasi teritori udara Belarus, melarang masuk maskapai dari Belarus, dan menjatuhkan sejumlah sanksi baru.[48]
Penyelidikan hukum
Pada 23 Mei 2021, Kejaksaan Umum Lituania menggelar penyelidikan praperadilan di bawah Undang-undang Hukum Pidana tentang "Pembajakan Pesawat" dan "Perlakuan Terhadap Orang yang Dilarang di bawah Hukum Internasional".[49] Dikarenakan pesawat yang terlibat terdaftar di Polandia, maka sesuai peraturan hukum Polandia, Jaksa Penuntut Umum Polandia memerintahkan penyelidikan terhadap insiden tersebut.[50][51]
Reaksi
Internasional
Organisasi ICAO menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas "pendaratan paksa" tersebut dan mengeluarkan pernyataan yang mengklaim insiden tersebut dapat melanggar Konvensi Chicago.[52]
Sekretaris Jenderal NATOJens Stoltenberg mengatakan insiden tersebut merupakan "insiden serius dan berbahaya yang memerlukan penyelidikan internasional".[53]
Presiden Komisi EropaUrsula von der Leyen menyebut insiden tersebut "sama sekali tidak dapat diterima" dan bahwa "setiap pelanggaran peraturan transportasi udara internasional harus menerima akibatnya."[54]
Nasional
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menggolongkan pendaratan paksa tersebut sebagai 'penghinaan langsung terhadap norma-norma internasional'. Ia menyebut insiden tersebut dan video Protasevich sebagai 'serangan yang memalukan terhadap perbedaan pendapat politik dan kebebasan pers' dan menyerukan pembebasan Protasevich.[55] Sekretaris Luar Negeri Antony Blinken mengutuk insiden tersebut dan menganggapnya sebagai "tindakan kurang ajar dan mengejutkan" serta mendesak dilakukannya penyelidikan internasional.[56] Menteri Transportasi Pete Buttigieg mengumumkan administrasi pemerintahan Joe Biden dan FAA sedang melakukan peninjauan terhadap keamanan maskapai Amerika Serikat untuk beroperasi di teritori udara Belarus.[57]
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengutuk tindakan "pencegatan paksa oleh militer" terhadap pesawat sipil dan menyerukan "pembebasan segera" terhadap tokoh oposisi Belarus yang ditangkap.[58]
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengutuk insiden tersebut dan menganggapnya sebagai serangan yang "tidak dapat diterima dan belum pernah terjadi sebelumnya".[59]
Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo menganjurkan penjatuhan sanksi yang termasuk melarang maskapai Belavia untuk mendarat di bandara negara kawasan Uni Eropa dan mengatakan "Roman Protasevich harus segera dibebaskan".[60]
Sekretaris Luar Negeri Britania Raya Dominic Raab mengatakan insiden tersebut adalah "serangan yang mengejutkan penerbangan sipil".[61]
Menteri Luar Negeri Hungaria Péter Szijjártó mengatakan pendaratan paksa pesawat komersial tanpa alasan apapun tidak dapat diterima, terutama karena pesawat tersebut terbang dari dan menuju negara anggota Uni Eropa.[62]
Taoiseach Irlandia Micheál Martin mengatakan insiden tersebut adalah "tindakan paksaan yang disponsori pemerintah" dan "pembajakan di udara".[63]
Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio mengatakan tindakan tersebut "tidak dapat diterima" dan merupakan "pembajakan oleh negara".[64]
Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau mengatakan insiden tersebut adalah "gangguan serius terhadap penerbangan sipil dan serangan terhadap kebebasan media".[65]
Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkēvičs mengatakan insiden tersebut "berlawanan dengan hukum internasional" dan reaksi yang diberikan harus "kuat dan efektif".[66] Pada 24 Mei, Latvia mengusir diplomat Belarus sebagai balasan atas tindakan Belarus yang mengusir staf diplomatik Latvia.[67]
Presiden Lituania Gitanas Nausėda menuduh otoritas Belarus melakukan "tindakan mengerikan".[66] Ia juga mengatakan, "Saya menyerukan kepada sekutu NATO dan Uni Eropa untuk segera bereaksi terhadap ancaman penerbangan sipil internasional yang dilakukan oleh Belarus. Komunitas internasional harus segera mengambil langkah-langkah untuk mencegah peristiwa ini terulang".[68] Perdana Menteri Ingrida Šimonytė mengatakan penyelidikan praperadilan telah dilakukan terhadap insiden tersebut.[69]
Menteri Luar Negeri Norwegia Ine Marie Eriksen Søreide mendesak Presiden Belarus Alexander Lukashenko untuk membebaskan semua orang yang ditahan.[70]
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan insiden tersebut adalah "tindakan terorisme negara yang belum pernah terjadi sebelumnya yang tidak bisa dibiarkan".[66]
Perdana Menteri Swedia Stefan Löfven mengatakan "tindakan yang dilakukan Belarus benar-benar tidak dapat diterima dan akan dibalas dengan sanksi". Ia juga menyerukan "pembebasan segera terhadap wartawan Roman Protasevich dan Sofia Sapega".[71]
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan tindakan Belarus dalam insiden tersebut "beralasan". Wakil Duma Negara Leonid Kalshnikov, yang juga merupakan kepala dewan komite Duma untuk urusan pasca-Soviet, mengatakan Belarus memiliki hak untuk mengambil "langkah-langkah yang dirasa layak dan perlu" untuk menangkal serangan terhadap keamanan negaranya.[72] Juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova membandingkan insiden tersebut dengan insiden pendaratan paksa pesawat yang dinaiki Presiden Bolivia Evo Morales di Austria pada tahun 2013.[73]
Pada 25 Mei, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian mengatakan, "Fakta tentang insiden tersebut belum jelas. Sebelum mengungkap fakta dan kebenaran, pihak terkait harus menahan diri dan mencegah eskalasi situasi."[74] Pada 27 Mei, Austrian Airlines membatalkan penerbangan kargo dari Wina menuju Nanjing dan sebaliknya karena otoritas Tiongkok menolak perubahan rute yang diajukan dimana rute tersebut menghindari Belarus.[75]
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memerintahkan jajaran pemerintahannya untuk menghentikan penerbangan langsung dari dan ke Belarus serta menutup teritori udara Belarus sebagai tempat transit bagi pesawat Ukraina. Perdana Menteri Denys Shymhal akan menggelar rapat kabinet luar biasa pada 25 Mei.[76]
Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis, negara dimana penerbangan Ryanair tersebut lepas landas, mengatakan insiden tersebut adalah "tindakan yang mengejutkan" dan tekanan politik terhadap Belarus harus ditingkatkan.[77] Menteri Luar Negeri Nikos Dendias mengatakan insiden tersebut adalah "pembajakan oleh negara".[2]
Pakar hukum
Pengacara hukum penerbangan Ukraina Andriy Guk berpendapat tindakan pencegatan dan pengalihan pesawat ke bandara yang lebih jauh oleh militer dapat mengancam keselamatan para penumpang dan awak. Ia juga mencatat Lampiran 2 dari Konvensi Chicago mempertimbangkan pencegatan pesawat sipil oleh pesawat militer sebagai tindakan terakhir, namun pesawat jet militer Belarus melakukannya lebih cepat.[78] Lektor Higher School of Economics Rusia Dr. Gleb Bogush menduga dramatisasi ancaman bom dan pencegatan pesawat oleh otoritas Belarus dapat mengancam para penumpang dan awak, dan baik Konvensi Chicago maupun Konvensi Montreal 1971 harus digunakan untuk memberikan penilaian hukum terhadap insiden tersebut. Ia juga menyebut situasi tersebut sebagai "preseden yang sangat berbahaya".[79]
Dunia penerbangan
Pejabat eksekutif tertinggi Ryanair Michael O'Leary mengatakan insiden tersebut adalah "pembajakan yang disponsori oleh negara" dan Ryanair percaya beberapa anggota intelijen KGB diturunkan di Belarus.[15][46] IFALPA dan Asosiasi Pilot Eropa mengeluarkan pernyataan bersama yang menyebut insiden tersebut sebagai "tindakan campur tangan melanggar hukum yang belum pernah terjadi sebelumnya" dan "pembajakan yang disponsori negara" serta menyerukan penyelidikan independen terhadap insiden tersebut.[2] Maskapai airBaltic dan Lufthansa mengatakan rute penerbangan mereka tidak akan melintasi Belarus untuk sementara waktu,[80][81] sedangkan perusahaan Avia Solutions Group dari Siprus mengatakan maskapainya tidak akan lagi melintasi Belarus.[57] Maskapai Scandinavian Airlines, Singapore Airlines, dan Wizz Air mengalihkan rute penerbangan mereka agar tidak melintasi Belarus.[80][82][83] Maskapai KLM menghentikan sementara penerbangan menuju Belarus.[84]
Lain-lain
Walikota Sektor 1BukaresClotilde Armand, setelah menghubungi sejarawan Andrei Oișteanu, bersiap untuk mengubah nama jalan dimana kedutaan besar Belarus berkedudukan di Rumania menjadi Jalan Roman Protasevich, menyebut dampak dari sikap dukungan untuk wartawan yang ditahan akan menyiratkan bahwa "seluruh korespondensi dari dan ke kedutaan Belarus akan menyandang nama wartawan tersebut dan seluruh diplomat Belarus akan memiliki 'Roman Protasevich' yang tercetak di kartu nama mereka".[85] Inisiatif tersebut mengarah ke usulan dari delapan anggota Parlemen Eropa yang menyarankan agar seluruh anggota Uni Eropa mengubah nama jalan dimana kedutaan besar Belarus berkedudukan di negara masing-masing sebagai bentuk dukungan kepada Protasevich untuk mengirim "pesan yang kuat kepada Belarus".[86]
Pada 28 Mei, Uni Penyiaran Eropa mengumumkan penghentian sementara keanggotaan Belarus yang diwakili oleh Belteleradio karena pihaknya "khawatir dengan siaran wawancara yang tampaknya diambil di bawah tekanan." Belteleradio diberikan waktu selama dua minggu untuk membalas pengumuman tersebut sebelum penghentian keanggotaannya berlaku. Hal tersebut berdampak pada partisipasi Belteleradio sebagai perwakilan Belarus dalam acara yang disiarkan di bawah naungan konfederasi Uni Penyiaran Eropa seperti Kontes Lagu Eurovision.[87][88]
Pesawat
Pesawat yang terlibat dalam insiden adalah sebuah Boeing 737-800 berusia empat tahun yang terdaftar di Polandia dengan registrasi SP-RSM.[54] Pesawat mulai beroperasi dengan Ryanair pada bulan Mei 2017 dengan registrasi Irlandia EI-FZX. Pada bulan November 2019, pesawat didaftarkan ulang dengan registrasi Polandia SP-RSM untuk beroperasi dengan Ryanair Sun, unit perusahaan Ryanair yang berbasis di Polandia.[89]
^ abNektaria Stamouli; David M. Herszenhorn (24 Mei 2021). "Aboard the 'hijacked' plane to Minsk". POLITICO (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 25 Mei 2021.
^"Alin Mituta on Twitter". Twitter (dalam bahasa Inggris). 26 Mei 2021. Diakses tanggal 27 Mei 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)