Rafflesia termasuk genus tumbuhan yang mengalami kelangkaan karena kehidupannya secara biologis bergantung kepada tumbuhan inang dari jenis Tetrastigma tertentu.[3] Kondisi pertumbuhan Rafflesia ditentukan oleh kondisi tumbuhan inang. Faktor utama yang memengaruhi pertumbuhannya ialah iklim dan lingkungan tumbuhan inangnya. Hampir semua spesies Rafflesia hanya dapat tumbuh di habitat alaminya.[2]
Rafflesia dijadikan sebagai lambang kelangkaan berbagai jenis flora di dunia. Status konservasi Rafflesia di tingkat internasional adalah flora malesiana. Status ini menandakan bahwa Rafflesia merupakan tumbuhan langka di kawasan Malesia. Sementara itu, di Indonesia sebagai habitat alami terbesar bagi Rafflesia, spesiesRafflesia arnoldii memperoleh status sebagai Puspa Langka. Status ini menandakan bahwa Rafflesia merupakan spesies langka yang mewakili flora langka di Indonesia.[5]
Taksonomi
Deskripsi mengenai Rafflesia dibuat pertama kali dibuat oleh seorang dokter dan penjelajah Prancis yang bernama Louis Auguste Deschamp. Ketika mengadakan pelayaran menuju ke Pulau Jawa, Deschamp ditangkap oleh pasukan Hindia Belanda. Ia kemudian diberi perintah dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang bernama Pieter Gerardus van Overstraten untuk mengadakan ekspedisi tumbuhan di Pulau Jawa. Ekspedisi ini berlangsung selama tiga tahun, dari tahun 1791 hingga tahun 1794.[4] Dr. Joseph Arnold tahun 1818 melanjutkannya berdasarkan spesimen yang diberikan pemandunya, seorang penduduk asli Sumatra, dan dinamai berdasarkan nama Thomas Stamford Raffles, pemberi dana ekspedisinya.
Anatomi
Tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun, ataupun akar yang sesungguhnya. Rafflesia adalah endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (famili Vitaceae) yang menyebarkan haustoriumnya yang mirip serabut di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima. Pada beberapa spesies, seperti Rafflesia arnoldii, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan beratnya hingga 10 kg. Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 cm. Bunganya tampak dan berbau seperti daging yang membusuk, karena itulah ia disebut "bunga bangkai" atau "bunga daging". Bau bunganya yang tidak enak menarik serangga seperti lalat dan kumbang kotoran, yang membawa serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina. Sedikit yang diketahui mengenai penyebaran bijinya. Namun, tupai dan mamalia hutan lainnya ternyata memakan buahnya dan menyebarkan biji-bijinya. Rafflesia adalah bunga resmi negara, begitu pula provinsi Surat Thani, Thailand.
Nama "bunga bangkai" yang dipakai untuk Rafflesia juga digunakan untuk menyebut Amorphophallus titanum (suweg raksasa/batang krebuit) dari suku talas-talasan (Araceae) yang juga memiliki rekor ukuran perbungaan tak bercabang terbesar di dunia. Baik Rafflesia maupun Amorphophallus adalah tumbuhan berbunga tetapi hubungan kekerabatan mereka jauh. Rafflesia arnoldii mempunyai bunga tunggal terbesar di dunia dari seluruh tumbuhan berbunga, setidaknya bila orang menilai dari beratnya. Amorphophallus titanum mempunyai perbungaan tak bercabang terbesar.
Penyebaran
Anggota-anggotanya sebagian besar tumbuh alami di hutan-hutan tropis sampai subtropisAsia Tenggara (termasuk maritim). Keseluruhan terdapat kira-kira 27 spesies (termasuk empat yang belum sepenuhnya diketahui cirinya seperti yang dikenali oleh Meijer pada tahun 1997.[butuh rujukan].
Spesies
Rafflesia arnoldii
Rafflesia arnoldii adalah spesies Rafflesia yang dapat tumbuh hingga setinggi 110 cm ketika mekar. Penamaannya diperoleh dari nama seorang dokter dan penjelajah pada abad ke-19 Masehi, Joseph Arnold. Ia melihat Rafflesia arnoldii pada tahun 1818 ketika melakukan penjelajah di sekitar sungai Manna dalam kawasan pedalaman Manna, Bengkulu Selatan.[6]Rafflesia arnoldii menyebar di wilayah Indonesia, khususnya pulau Sumatra dan Kalimantan serta pulau-pulau di sekitarnya.[7]
Perbandingan sekuensi DNA mitokondria (mtDNA) Rafflesia dengan mtDNA angiosperma lain menandakan bahwa parasit ini berevolusi dari tumbuhan fotosintetik dari ordo Malpighiales.[8] Studi lain pada tahun yang sama mengonfirmasikan hasil ini menggunakan sekuensi mtDNA dan DNA inti, dan menunjukkan bahwa tiga grup lain yang diklasifikasikan dalam Rafflesiaceae secara tradisional tidak berkerabat.[9] Studi terbaru menemukan Rafflesia dan kerabatnya terpaut dalam famili Euphorbiaceae, hal yang mengejutkan karena anggota famili itu umumnya mempunyai bunga yang sangat kecil.[10] Menurut analisis mereka, tingkat evolusi ukuran bunga lebih atau kurang konstan di seluruh famili itu kecuali pada asal mula Rafflesiaceae, di mana bunga dengan cepat berevolusi menjadi lebih besar sebelum berbalik pada tingkat perubahan yang lebih lambat.
Pertukaran gen horizontal
Penelitian mengenai pertukaran potongan genom maupun reduksi genom pada Rafflesia telah diduga, mengingat banyak organisme parasit juga mengalami hal yang sama. Hasil penelitian Molina et al. pada tahun 2014 terhadap Rafflesia lagascae Blanco menunjukkan telah terjadi hilangnya sebagian besar genom plastid aslinya dan digantikan sebagian oleh genom plastid dari tumbuhan inangnya, Tetrastigma.[11] Petunjuk mengenai "hilang"nya sebagian genom pada tumbuhan parasit anggota Rafflesiaceae kembali muncul dari hasil penelitian Cai et al. (2021) yang menggunakan kerabat Rafflesia, yaitu Sapria. Diketahui bahwa genom Sapria himalayana hilang sampai 44% dari moyangnya.[12]
Spesies-spesies Filipina
Sejak tahun 2002 ada banyak aktivitas oleh ilmuwan Filipina yang telah menemukan dan memberi nama beberapa spesies baru Rafflesia. Sebelum waktu ini ada dua spesies yang diketahui: R. manillana dan R. schadenbergiana, spesies yang belakangan terlihat terakhir kali pada tahun 1882 di gunung Apo di provinsi Davao di pulau Mindanao, namum ia dianggap punah. yang berikut ini adalah rentetan aktivitas ini:
2002. Satu Rafflesia ditemukan di pegunungan di provinsi Antique yang berbeda dari Rafflesia yang sudah dideskripsikan sebelumnya. Ia dinamai Rafflesia speciosa oleh Barcelona dan Fernando (Kew Bulletin, 57: 647–651, 2002).
2005. Rafflesia lain ditemukan di Filipina oleh Drs. Fernando dan Ong di gunung Candalaga yang terpencil, Maragusan, provinsi Compostela Valley di Mindanao. Ia dinamai Rafflesia mira oleh Fernando dan Ong (2005. Asia Life Sciences 14: 263–270). Grup lain (Madulid et al. 2005 Acta Manilana 53: 1–6) memublikasikan nama lain (R. magnifica) kemudian, maka R. mira menjadi nama nomenklatur yang valid. R. mira (berdiameter 45–60 cm), kira-kira seukuran dengan R. speciosa (45–56 cm) dari provinsi Antique, tetapi lebih besar daripada R. manillana dari Luzon (berdiameter 14–20 cm).[13]
2005. Selama ekspedisinya ke gunung Igtuog dan gunung Sakpaw di jajaran pengunungan Panay Tengah pada bulan April 2005, Renee Galang menemukan Rafflesia yang belum terdeskripsikan. Ini dinamai R. lobata oleh Galang dan Madulid (2006, Folia Malaysiana 7: 1-8).
2006. Danny Balete mengumpulkan Rafflesia yang belum terdeskripsi tahun 1991 di Bicol Region Luzon selatan. Kumpulan ini tidak dikenali sebagai spesies baru hingga kerja lapangan lebih jauh mengonfirmasikan bahwa ini adalah takson yang berbeda dari R. manillana. Beberapa populasi juga terlihat di provinsi Camarines Sur (gunung Isarog dan gunung Iriga)] di dekat Buhi dan Iriga City. Ini dinamai R. baletei oleh Barcelona, Cajano, dan Hadsall (2006. Kew Bulletin 61: 231–237). Nama R. irigaense atau R. irigaensestidak valid dan merujuk pada takson yang sama.
2007. Tahun 1994 Pascal Lays menemukan kembali kuncup-kuncup R. schadenbergiana di Cotabato Selatan. Papernya yang melaporkan hasil ini baru-baru ini saja diterbitkan. Lebih dari itu, Dr. Julie Barcelona melaporkan penemuan populasi lain dari spesies langka ini di Bukidnon (Flora Malesiana Bulletin, submitted; see also Parasitic Plant Connection).[14]
2007. Gunung Banahaw di pulau Luzon, Tujuan grup pendaki gunung dan religius tampaknya, hingga masa-masa baru saja, suatu tempat yang tidak mungkin untuk menemukan spesies baru Rafflesia. Namun begitulah adanya. Ironisnya, dua paper telah dipublikasikan menamai Rafflesia ini sebagai spesies baru. Ternyata yang pertama oleh Madulid et al. (2006, Philippine Scientist 43: 43–51 - but only available July 2007) dan yang kedua oleh Barcelona et al. (2007, Blumea 52: 345–350). Maka, nama yang benar adalah R. banahawensis, bukan R. banahaw.
2007. Kerja lapangan dan herbarium lain tentang Rafflesia yang mulanya dikenal sebagai R. manillana dari gunung Makiling mendapatkan deskripsi satu spesies baru, R. panchoana oleh D. A. Madulid dan kawan-kawan (2007, Acta Manilana 55: 43–47 - but available only in 2008).
2008. Di situs Kinapawan yang terpencil di kota pantai Lal-lo di Cagayan Valley, satu Rafflesia mulai dikenal botanis Filipina. Bekerja dengan staf CAVAPPED, CI, dan DENR, Julie Barcelona mengunjungi situs itu dan mengumpulkan tipe dari Rafflesia ini. R. leonardi mirip dengan R. manillana (dari Samar dan Luzon) dan R. lobata dari Panay dari lebar diafragma aperturenya dan bunganya yang tumbuh pada akar dan bagian di udara dari sulur. Namun, ia berbeda karena ia lebih besar (hingga 34 cm), piringan tengah yang hampir lembut atau proses penyusutan yang bertanda, dan tidak adanya bercak putih di dalam tabung bunga. Ditentukan bahwa ini adalah spesies baru dan dinamai untuk menghormati Leonardo Co yang merupakan pakar flora Cagayan (2008. Blumea 53: 223–228). Ia merupakan Rafflesia ke-5 yang ditemukan di pulau Luzon dan yang ke-9 dari Filipina. Artikel populer yang mendeskripsikan penemuan ini dapat ditemukan pada referensi berikut ini.[15][16]
^"Rafflesia". International Plant Names Index. The Royal Botanic Gardens, Kew, Harvard University Herbaria & Libraries and Australian National Botanic Gardens. Diakses tanggal 29 October 2020.
^Cai, Liming; et al. (2021). "Deeply Altered Genome Architecture in the Endoparasitic Flowering Plant Sapria himalayana Griff. (Rafflesiaceae)". Current Biology. 31 (5): 1002–1011. doi:10.1016/j.cub.2020.12.045.Pemeliharaan CS1: Penggunaan et al. yang eksplisit (link)