Amorphophallus adalah nama genus tumbuhan dari famili talas-talasan (Araceae). Bunga dan tumbuhan vegetatifnya (daun) tumbuh bergantian. Bunganya pada waktu-waktu tertentu mengeluarkan bau bangkai yang keras, sehingga umum dinamai sebagai bunga bangkai. Beranggotakan sekitar 200 spesies, herba berumbi ini menyebar di wilayah tropika dan ugahari. Nama ilmiahnya berasal dari bentuk bunganya yang menyerupai penis rusak (Gr.: amorphos, bentuk yang rusak; phallos, alat kelamin lelaki).[2]
Umbi dan bagian-bagian lain dari tanaman mengeluarkan getah yang gatal. Namun umbi dari beberapa jenisnya dapat dimakan setelah diproses dengan cara tertentu, atau diolah lebih lanjut menjadi tepung bahan kue-kue dan makanan lain.[3]
Pemerian
Tumbuhan berupa terna atau herba, dengan umbi di bawah tanah. Fase vegetatif (daun) tumbuh bergantian dengan fase generatif (bunga dan buah). Beberapa jenis berukuran kecil, tetapi beberapa yang lain tumbuh meraksasa. Umbi bulat gepeng atau agak gepeng, ada pula yang agak silindris memanjang tak beraturan, hingga serupa wortel. Daun biasanya soliter pada tumbuhan dewasa, jarang-jarang 2-3, meskipun kadang-kadang 2-3 helai pada yang muda. Tangkai daun biasanya panjang, halus, jarang-jarang kasar berbintil, biasanya dengan pola-pola loreng dari pelbagai warna dan bentuk. Helaian daun kurang lebih membundar pada garis besarnya, majemuk, terbagi dalam 3 poros utama yang kurang lebih sama besarnya, masing-masing terbagi-bagi lagi dalam anak-anak daun bentuk jorong-lonjong hingga bentuk garis, dengan ujung meruncing atau berekor, anak daun yang ujung paling besar.[4]
Perbungaan dalam tongkol soliter, jarang-jarang tumbuh bersama daun; ketika muda terlindungi oleh seludang bentuk perahu; tongkol duduk, lebih pendek atau jauh lebih panjang dari seludang. Tongkol kurang lebih terbagi atas bagian betina, di mana bunga-bunga betina duduk berjejal-jejal; bagian jantan; dan bagian steril yang disebut apendiks, di bagian paling atas. Buah berupa buah buni berbiji-1 hingga banyak; jingga-merah jika masak, jarang biru atau putih; biji bentuk elipsoid.[4]
Agihan dan ekologi
Bunga bangkai merupakan tumbuhan dataran rendah dari wilayah tropika dan ugahari, menyebar dari Afrika barat ke timur hingga kepulauan di Samudra Pasifik. Jenis-jenisnya tidak ditemukan di Amerika, walaupun ada sejenis kerabatnya yang tumbuh di sana, yakni Dracontium.
Terna ini kebanyakan didapati tumbuh di hutan-hutan hujan dataran rendah, hutan musim, termasuk pula di hutan-hutan yang terganggu, hutan sekunder dan lahan-lahan pertanian. Jarang didapati di tanah kapur, bunga bangkai kadang-kadang ditemukan tumbuh di lapangan-lapangan yang terbengkalai.
Banyak jenisnya yang bersifat endemik. Dari sekitar 25 spesies yang tumbuh di Indonesia, 18 di antaranya endemik: delapan spesies menyebar terbatas di Sumatra, lima di Jawa, tiga di Kalimantan, dan satu spesies endemik Sulawesi.[5]
Bunga bangkai raksasaAmorphophallus titanum terkenal karena memiliki bunga terbesar, yang ukurannya mencapai tinggi 2,5 meter dan lebar 1,5 m. Bunga Amorphophallus gigas tingginya dapat melebihi bunga A. titanum, tetapi dengan tangkai bunga yang panjang; ‘kuntum’ bunganya sendiri relatif lebih pendek. Keduanya tumbuhan endemik dari hutan-hutan Sumatra.
Nama marga "Amorphophallus" pertama kali dicetuskan oleh Carl Ludwig Blume, seorang ahli botani bangsa Belanda, dan diterbitkan oleh Decaisne dalam tulisannya mengenai herbarium dari Pulau Timor pada tahun 1834.[1] Spesies tipe adalah Amorphophallus campanulatus (=A. paeoniifolius), yang dipertelakan oleh Hendrik van Rheede tot Drakenstein hampir satu setengah abad sebelumnya sebagai bagian dari kekayaan tumbuhan dari Malabar, India.[7] Revisi menyeluruh terhadap marga ini dibuat pertama kali oleh Engler pada tahun 1911.[8]
^Sedayu, A., C. M. Eurlings, Gravendeel, B., & Hetterscheid, W. 2010. Morphological character evolution of Amorphophallus (Araceae) based on a combined phylogenetic analysis of trnL, rbcL and LEAFY second intron sequences. Botanical Studies, 51: 473-490.
^Hetterscheid, W. & S. Ittenbach. 1990. Everything you always wanted to know about Amorphophallus but were afraid to stick your nose into! Aroideana, 19: 17-20.
^Rheede. 1692. Hortus Indicus Malabaricus:continens regni Malabarici apud Indos cereberrimi onmis generis plantas rariores ...XI: 37, tab. 19. Amstelaedami:sumptibus Johannis van Someren, et Joannis van Dyck.
Amorphophallus in Brunken, U., Schmidt, M., Dressler, S., Janssen, T., Thiombiano, A. & Zizka, G. 2008. West African plants - A Photo Guide. Forschungsinstitut Senckenberg, Frankfurt/Main.