Abu Bakr al-Baghdadi (Pemimpin NIIS) Aziz Ali †[16] (Komandan senior) Aymam al-Mosuli †[17] (Komandan pasukan keamanan khusus) Abu Faruq †[18] (Komandan Bashiqa) Abu Yakoub †[19] (Operasi resmi) Abu Hamza al-Ansari †[20] (Pemimpin senior) Abu Maryam †[21] (Komandan Senior untuk Baghdad dan Wilayah Diyala) Mahmoud Shukri al-Nuaimi †[22] ("Syaikh Faris"; komandan senior)
Pertempuran Mosul (bahasa Arab: معركة الموصل; Kurdi Soran: شەڕی مووسڵ) adalah serangan ofensif bersama-sama oleh pasukan pemerintah Irak, milisi Kurdistan Irak dan didukung oleh pasukan internasional untuk merebut kembali kota Mosul dari Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).[52][53][54] Serangan militer dalam skala kekuatan bersenjata yang besar ini juga dijuluki sebagai Operasi "Ninawa, Kami Datang" (قادمون يا نينوى; Qadimun Ya Naynawa),[55][56]. Serangan militer ini dimulai pada 16 Oktober 2016 dengan pasukan penyerang mengepung daerah yang dikendalikan ISIS di ibu kota Kegubernuran Ninawa, Mosul.[57][58] Pertempuran Mosul dianggap sebagai operasi kunci dalam intervensi militer terhadap ISIS, yang merebut kota itu pada Juni 2014.[59] Ini adalah penyerangan militer yang mengerahkan pasukan dalam jumlah terbesar oleh pasukan Irak sejak Invasi Irak 2003 oleh AS dan pasukan koalisi.[60]
Sebelumnya telah dilakukan Operasi militer terhadap Mosul pada tahun 2015 dan serangan lain atas Mosul pada penghujung oktober 2016. Hingga saat ini diperkirakan 1,5 juta warga sipil hidup di kota terkepung tersebut terdapat kekhawatiran akan terjadinya krisis kemanusiaan yang dihadapi oleh warga sipil yang tertahan di Mosul serta kekhawatiran akan dijadikannya warga sipil sebagai perisai manusia oleh ISIS.[61]
Serangan dimulai dengan gerakan pasukan Irak dan gerilyawan Peshmerga yang terlibat dalam pertempuran melawan ISIS di luar Mosul, tepatnya dikawasan pedesaan yang awalnya dikendalikan oleh ISIS. Lebih dari dua puluhan desa direbut dari ISIS selama beberapa hari pertama pertempuran. Para pejabat militer Irak mengatakan operasi pengepungan dan penyerangan awal tersebut akan berlangsung selama dua minggu sebelum pasukan koalisi mencapai Mosul dan setidaknya dibutuhkan waktu dua bulan untuk merebut kembali keseluruhan kota Mosul.[62]
Pada 9 Juli 2017, Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menyatakan telah merebut kembali kota Mosul yang sebelumnya dikuasai ISIS, dan pengumuman resminya diumumkan pada keesokan harinya.[63][64][65]
Latar Belakang
Mosul adalah kota kedua yang paling padat penduduknya di Irak. Pada bulan Juni 2014 kota tersebut jatuh ketangan ISIS. Dengan sebagian besar penduduk Mosul adalah Muslim Sunni, Mosul jatuh dengan mudah hanya dengan kekalahan yang cukup memalukan pemerintah Irak. Sekitar 800 militan ISIS merebut Mosul dibawah sikap apatis yang mendalam penduduk terhadap pemerintah Irak yang didominasi oleh Syiah dan angkatan bersenjata yang cenderung korup.[66] Tidak lama setelah keberhasilan ISIS tersebut di Masjid Agung Mosul pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi menyatakan kelahiran kekhalifahan yang mencakup wilayah Irak dan Suriah.[66] Populasi awalnya 2,5 juta penduduk telah berkurang hingga menajadi lebih kurang sekitar 1,5 juta penduduk dalam masa dua tahun pemerintahan ISIS. Kota ini pada masa-masa damai pernah sangat beragam, dengan berbagai etnis minoritas termasuk Armenia, Yazidi, Assyria, Turkmen, dan orang-orang Shabak mengalami pengungsian besar-besaran penduduk aslinya ketika di bawah kekuasaan ISIS.[67] Sejak bulan Juni 2014 hingga Oktober 2016 Mosul dipertahankan sebagai benteng terkuat ISIS di Irak.
Saat Mosul adalah benteng utama terakhir kelompok ISIS di Irak. Para pejabat tinggi Irak mengatakan, jatuhnya kota Mosul akan menandai kekalahan telak ISIS di Irak.[68]
Pada minggu-minggu menjelang serangan, Mosul menjadi sasaran pengeboman udara oleh pasukan koalisi menentang ISIS yang dipimpin AS. Sementara di darat tentara Irak membuat kemajuan bertahap di sekitar kota.[60]Reaper Drone, Typhoon dan Tornado milik RAF menyerang berbagai sasaran ISIS di kota dalam 72 jam selama persiapan serangan darat dilakukan terhadap Mosul dimulai.[69] Selebaran disebarkan di kota oleh tentara Irak yang menyarankan agar para warga laki-laki muda untuk "bangkit" melawan ISIS ketika pertempuran dimulai.[70]
Untuk mempertahankan diri dari serangan koalisi, ISIS telah menggali parit-parit diseluruh kota yang dialiri dengan minyak dan membakarnya guna mengurangi jarak pandang[60] dan memperlambat gerakan maju pasukan penyerang[30]
Kekuatan Tempur
Departemen Pertahanan Amerika Serikat memperkirakan sekitar 3.000-5.000 pejuang ISIS berada di Mosul.[71] perkiraan lain menyebutkan sedikitnya 2.000 hingga paling banyak 9.000 pejuang ISIS yang bertahan di Mosul.[33]Mosul Eye, sebuah blog yang melaporkan perkembangan terbaru dari Mosul menyebutkan angka 8.000-9.000 petempur yang bersumpah setia kepada ISIS yang kini mempertahankan Mosul dengan tambahan keterangan bahwa separuh dari petempur ISIS ini adalah personil yang sangat terlatih dan separuh lainnya adalah terdiri dari remaja belasan tahun yang tidak terlatih. Lebih lanjut disebutkan bahwa sebanyak 10 persen di antara petempur ISIS merupakan petempur asing (Arab dan Non-Arab) dan sisanya adalah warga asli Irak yang berasal dari hampir seluruh Governorat Ninawa.[72]
Di pihak penyerang, CNN memperkirakan setidaknya terdapat 94.000 orang kekuatan Koalisi yang dipimpin oleh pasukan pemerintah Irak.[73] tetapi jumlah ini kemudian direvisi naik menjadi 108.500 orang,[74] terdiri dari 54,000 hingga 60,000 pasukan angkatan bersenjata Irak, 16.000 pejuang paramiliter dan 40.000 Peshmerga dikerahkan dalam pertempuran.[29][30] Paramiliter Kristen Niniwe yang terdiri dari orang-orang Asyur dan Katolik Kaldea ikut mengisi kekuatan koalisi Irak.[75] Turut pula mengambil bagian dalam koalisi Irak adalah pasukan paramiliter Syiah yang didukung Iran terdiri dari milisi Hashd Al-Sha'abi, Tentara Mahdi, Asa'ib Ahl al-Haq dan Organisasi Badar.[76]
Koalisi internasional yang terdiri dari 60 negara, dipimpin oleh Amerika Serikat mendukung perang Irak melawan ISIS dengan menyediakan logistik dan dukungan udara, intelejen dan penasehat militer.[77] Dalam operasi tempur merebut kembali Mosul Pasukan koalisi internasional bermarkas 60 kilometer (37 mil) selatan dari Mosul di Pangkalan Udara Qayyarah Barat yang sebelumnya direbut dari kekuasan ISIS pada bulan Juni.[78] Sekitar 560 tentara AS dari Divisi Lintas Udara 101 dikerahkan di markas Qayyarah Barat selama pertempuran, termasuk unsur komando dan pengendali, satu detasemen keamanan, tim operasi lapangan udara, dan logistik dan spesialis komunikasi.[79] AS mengerahkan peluncur roket HIMARS dan howitzer M777 yang diawaki oleh Tim Tempur Brigade 2 Divisi 101 dan Golf Company, Batalyon Pendukung Brigade 526. Tentara Prancis mengerahkan empat howitzer CAESAR dan 150 sampai 200 tentara di Qayyarah, Prancis mengumumkan 600 lebih tentara yang akan terlibat dalam koalisi pada akhir September.[80] Tambahan 150 tentara Prancis berkedudukan di Erbil, timur Mosul dalam misi melatih milisi Peshmerga.[76] Kapal induk Charles de Gaulle, dengan kekuatan satu skuadron 24 jet tempur Dassault Rafale secara khusus diberangkatkan dari pangakalannya di Toulon ke pantai Suriah untuk mendukung operasi terhadap ISIS melalui serangan udara dan misi pengintaian. 12 jet Rafale lainnya beroperasi dari pangkalan Angkatan Udara Prancis di Yordania dan UEA.[81][82] 80 tentara pasukan khusus Australia dan 210 tentara pasukan khusus Kanada juga dikerahkan untuk membantu Peshmerga. Selain itu, Pasukan Kanada dari Resimen Perang Elektronik 21 dilaporkan turut serta dalam koalisi internasional bertugas mencegat dan mengirimkan hasil penyadapan komunikasi ISIS, sementara 2 rumah sakit lapangan dengan 60 personil tentara Kanada telah didirikan untuk mengobati korban dari pihak Kurdi.[83][84]
Sementara itu Naqshabandi sebuah kelompok loyalis Ba'ath dipimpin oleh mantan wakil presiden era rezim Saddam Hussein, Izzat Ibrahim al-Douri mengeluarkan pernyataan sebelum dimulainya operasi menyerukan orang-orang kota untuk melakukan pemberontakan terhadap ISIS dan mengumumkan bahwa mereka akan berjuang melawan "organisasi teroris".[85][86]
Kehadiran beberapa milisi yang memiliki riwayat pelanggaran HAM telah menuai kritik Human Rights Watch yang menyerukan milisi Syiah dari Angkatan Mobilisasi Populer (PMF) atau dikenal pula dengan sebutan Hashd Al-Sha'abi untuk tidak masuk Mosul, menyusul tuduhan pelecehan parah yang dilakukkan mereka terhadap Muslim Sunni dalam operasi anti-ISIS sebelumnya di Fallujah, Tikrit dan Pengepungan Amerli.[87][88][89]
Dalam sebuah pernyataan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan bahwa hanya militer Irak dan polisi nasional Irak akan memasuki kota itu sendiri.[90]
Keterlibatan Turki
Dilain pihak keterlibatan Turki dalam operasi telah menjadikan ketegangan baru hubungan antara Ankara dan Baghdad.[6] Turki setidaknya memiliki 1.500 sampai 2.000 tentara di Irak.[32] Termasuk 500 tentara Turki yang dikerahkan ke pangkalan dekat Bashiqa, di mana mereka bertugas melatih 1.500 relawan Sunni Irak terutama Turkmen dan Arab untuk merebut kembali Mosul.[91][92] Kikutsertaan Turki sebenarnya bertentangan dengan keinginan pemerintah Irak, yang menganggap bahwa Turki telah melanggar kedaulatan Irak. Namun Turki tidak bergeming oleh anggapan tersebut serta bersikeras menolak untuk menarik pasukannya[6] dari wilayah Irak. Melalui sebuah pernyataan dihadapan parlemen negaranya pada tanggal pada tanggal 1 Oktober, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan: "Kami akan memainkan peran dalam operasi pembebasan Mosul dan tidak ada yang dapat mencegah kita dari berpartisipasi".[93] Erdogan menegaskan bahwa kehadiran pasukannya dalam serangan ke Mosul adalah untuk mencegah jatuhnya Mosul kedalam kekusaan Kurdi atau Syiah yang akan mengancam keamanan negara Turki.[94] Kehadiran Turki dikritik oleh Kurdi di Irak utara[95] dan ribuan demonstran Kurdi menggelar unjuk rasa di Kedutaan Besar Turki di Baghdad pada 18 Oktober, menuntut pasukan Turki mundur dari Irak.[96]
Sekutu Turki, Amerika Serikat dilaporkan telah berusaha untuk membujuk Irak untuk bekerja sama dengan Turki pada serangan terhadap Mosul.[97] Sekretaris Departemen Pertahanan AS Ash Carter mengunjungi Turki pada 21 Oktober, di mana dicapai kesepakatan memungkinkan partisipasi terbatas Turki sambil menunggu mendapatkan persetujuan Irak. Carter membahas keterlibatan Turki secara rinci dengan Perdana Menteri Haider al-Abadi di Baghdad pada 22 Oktober dan dengan Masoud Barzani, Presiden Kurdistan Irak, di Erbil pada hari berikutnya.[98]
Al-Abadi menolak tawaran segala sesuatu bantuan Turki, dengan mengatakan "Kami tahu bahwa Turki ingin berpartisipasi. Kami memberitahu mereka terima kasih, ini adalah yang akan ditangani oleh orang Irak dan Irak akan membebaskan Mosul dan seluruh wilayah lainnya"[99]
Pada perkembangan situasi di Mosul selanjutnya pada tanggal 23 Oktober, Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengumumkan telah menembak posisi ISIS dekat Mosul setelah permintaan bantuan dari Peshmerga.[6] Dengan bantuan dari pasukan Amerika, Inggris dan Turki, yang Peshmerga menempatkan pasukan mereka di sekeliling Bashiqa[31]
^Peter Cook, various reporters (17 October 2016). Defense Department Briefing. Arlington, Virginia, United States: C-SPAN. Berlangsung pada 23:02. Diakses tanggal 17 October 2016. The estimate [of ISL fighters in Mosul] I've seen was… 3,000 to 5,000… We've seen other numbers that are higher.
^"الهجوم ينجز أهدافه في سهل نينوى". Azzaman (dalam bahasa Arabic). 17 October 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-18. Diakses tanggal 20 October 2016.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)