Mikha 2 |
---|
Ilustrasi Mikha 1:13: "Pasanglah kuda teji pada kereta, hai penduduk Lakhis!" (www.ordination.org). |
Kitab | Kitab Mikha |
---|
Kategori | Nevi'im |
---|
Bagian Alkitab Kristen | Perjanjian Lama |
---|
Urutan dalam Kitab Kristen | 33 |
---|
|
Mikha 2 (disingkat Mik 2) adalah bagian dari Kitab Mikha dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.[1] Berisi Firman Allah yang disampaikan oleh nabi Mikha orang Moresyet, yakni berkenaan dengan yang dilihatnya tentang Samaria (ibu kota Kerajaan Israel Utara) dan Yerusalem (ibu kota Kerajaan Israel Selatan atau Yehuda).[2] Nabi ini hidup pada zaman raja Yotam, Ahas dan Hizkia dari Kerajaan Yehuda sekitar abad ke-8 SM.[3][4]
Teks
- Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani.
- Pasal ini dibagi atas 13 ayat.
- Merupakan kesatuan dengan pasal 1 menjadi bagian pertama dari Kitab Mikha yang terdiri dari tiga bagian.
- Memuat nubuat tentang malapetaka atas orang tertentu yang cukup berkuasa untuk memeras orang lain supaya mencapai tujuan mereka yang mementingkan diri sendiri.[5]
Naskah sumber utama
- Bahasa Ibrani:
- Bahasa Yunani:
Struktur
Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):
Ayat 6
- "Janganlah ucapkan nubuat," kata mereka itu, "orang tidak mengucapkan nubuat seperti itu! Noda tidak akan menimpa kita."[9]
Para nabi palsu Yehuda sedang mempersalahkan Mikha karena membawa berita hukuman (bandingkan Yesaya 30:10).
- Mereka menolak nubuatnya tentang kesuraman dan kehancuran, serta bersikeras bahwa malu dan aib tidak akan menimpa umat itu karena Allah adalah Allah yang penuh kasih dan pengampunan, bukan murka.
- Berita optimis mereka membiarkan umat itu melanjutkan cara hidup yang berdosa dengan mengabaikan tuntutan-tuntutan kebenaran Allah.
- Kadang-kadang gereja juga menyatakan desakan yang sama ini atas berita positif dari kasih, pengampunan, dan kemurahan Allah, sambil mengabaikan standar-standar kebenaran-Nya dan panggilan-Nya untuk hidup kudus. Gereja yang membiarkan bentuk dosa apapun di antara jemaatnya seharusnya mendengarkan lagi berita yang jelas dari para nabi pada masa Perjanjian Lama dan para rasul dalam masa Perjanjian Baru (bandingkan 1 Korintus 5:1–6:20).[5]
Referensi
Lihat pula
Pranala luar