Manteri merupakan salah satu golongan pembesar diraja Brunei. Ia berkedudukan di bawah Cheteria dan yang berada di bawah sekali dalam hierarki pembesar. Terdapat dua kelompok utama dalam golongan Manteri, yaitu Manteri Berchiri dan Manteri Bertauliah. Setiap orang yang diberikan kedudukan dalam golongan Manteri juga diberikan gelar tertentu, biasanya dengan pangkal gelar "Pehin", "Orang Kaya", "Datu", "Pengarah", "Mudim" dan sebagainya. Mereka juga dirujuk dalam pertuturan dan persuratan resmi dengan rujukan kehormatan tertentu, pada dasarnya "Yang Dimuliakan Lagi Dihormati" atau "Yang Dimuliakan" untuk Manteri Berchiri dan "Yang Mulia" untuk Manteri Bertauliah.[1] Gelar Manteri diberikan kepada orang biasa dan diadakan dalam suatu upacara, yang mana untuk penganugerahan gelar Pehin Manteri, ini dikenal dengan istilah "menyampiri gelaran".[2]
Hierarki
Golongan Manteri dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu Manteri Berchiri dan Manteri Bertauliah.
Manteri Berchiri
Manteri Berchiri merupakan Manteri yang dibacakan Chiri ketika upacara menyampiri gelaran. Ia juga dikenali sebagai Pehin Manteri karena Manteri-Manteri dalam kelompok ini membawa gelar "Pehin". Kedudukan dalam Manteri Berchiri berdasarkan sistem Empat Lipatan yang mencapai lipatan tiga puluh dua. Walau bagaimanapun terdapat kedudukan-tambahan baik di atas maupun di bawah tingkatan-tingkatan tertentu. Kedudukan-kedudukan dalam Manteri Berchiri adalah sebagai berikut:[3]
Kepala Manteri
Kepala Manteri Ugama
Kepala Manteri 4
Manteri Tambahan di Atas Manteri 4
Manteri 4
Manteri Dagang di Bawah Manteri 4
Manteri 8 atau Manteri Pengalasan Besar
Manteri Ugama di Bawah Manteri 8
Manteri Ugama Tambahan di Bawah Manteri Ugama (di bawah Manteri 8)
Manteri 16 atau Manteri Pengalasan Biasa
Manteri 32 atau Manteri Pengalasan Damit
Manteri Tambahan di Bawah Manteri 32
Manteri (Dalam) Istana
Manteri Dagang di Bawah Manteri Istana
Manteri Ugama (Pehin Khatib)
Manteri Bertauliah
Berbeda dengan Manteri Berchiri, upacara penganugerahan gelar untuk Manteri Bertauliah tidak menggunakan istilah "menyampiri" serta tidak dibacakan Chiri tetapi hanya dibacakan 'Tauliah'.[4] Kedudukan-kedudukan dalam Manteri Bertauliah adalah sebagai berikut:[5]
Perbedaan antara gelar untuk Manteri Berchiri dan Manteri Bertauliah adalah Manteri Berchiri hanya mempunyai pangkal gelar "Pehin". Walau bagaimanapun, terdapat dua kedudukan dalam Manteri Berchiri yang tidak membawa gelar "Pehin" yaitu kedudukan dalam Manteri Istana yang membawa gelar "Seri Lela Pengiring Diraja" dan "Dayang-Dayang Diraja". Gelar lengkap untuk Manteri Berchiri ialah "Pehin" diikuti dengan frasa tambahan, yang mana frasa ini juga mungkin menggunakan gelar-gelar Manteri Bertauliah "Orang Kaya" dan "Datu" contohnya "Pehin Orang Kaya Pekerma Dewa" dan "Pehin Datu Lailaraja".
Bagi Menteri Bertauliah, pangkal gelarnya seperti nama kedudukan, contohnya "Pengarah" bagi Pengarah, "Mudim" bagi Mudim dan "Hulubalang Diraja" dan "Hulubalang Asgar" bagi Hulubalang. Walau bagaimanapun, pangkal gelar bagi Manteri Pendalaman atau Manteri Darat ialah "Orang Kaya" dan "Datu" serta suatu kedudukan membawa gelar "Bendahari".
Untuk kedudukan Pehin Khatib dan Mudim, penyandangnya adalah karena jabatan dan ketika ia telah pensiun gelar ditambah dengan pangkal "Begawan".[6][5] Oleh sebab itu, "Pehin Khatib" menjadi "Begawan Pehin Khatib" dan "Mudim" menjadi "Begawan Mudim".
Rujukan kehormatan
Rujukan-rujukan kehormatan bagi Manteri-Manteri adalah sebagai berikut:[1]
"Yang Dimuliakan Lagi Dihormati" — Kepala Manteri, Kepala Manteri Ugama dan Kepala Manteri Empat
"Yang Dimuliakan" — Manteri Berchiri selainnya
"Yang Mulia" — Manteri Bertauliah
Walau bagaimanapun, jika seseorang Manteri adalah anggota Majelis Permusyawaratan Menteri-Menteri Kabinet, Majelis Permusyawaratan Negara atau Majelis Permusyawaratan Diraja, rujukan kehormatan baginya digantikan dengan "Yang Berhormat".[6]