Kálmán yang Terpelajar,[1][2] juga Pecinta Buku[3] atau si Kutu Buku[4] (bahasa Hungaria: Könyves Kálmán; bahasa Kroasia: Koloman; bahasa Slowakia: Koloman Učený; skt.1070 – 3Februari 1116) merupakan Raja Hungaria dari tahun 1095 dan Raja Kroasia dari tahun 1097 sampai kematiannya. Karena Kálmán dan adiknya Álmos masih bocah ketika ayahanda mereka, Raja Géza I dari Hungaria meninggal, pamanda mereka László I naik takhta pad tahun 1077. László menyiapkan Kálmán — yang "setengah buta dan bungkuk", menurut kronik Hungaria akhir abad pertengahan — untuk karier gerejawi, dan Kálmán akhirnya diangkat menjadi uskup Eger atau Várad (Oradea, Rumania) pada awal tahun 1090-an. Raja László yang sekarat itu lebih menyukai Álmos daripada Kálmán saat mencalonkan ahli warisnya pada awal tahun 1095. Kálmán melarikan diri dari Hungaria namun kembali pada sekitar tanggal 19 Juli 1095 saat pamandanya meninggal. Ia dimahkotai pada awal tahun 1096; keadaan aksesinya ke takhta tidak diketahui. Ia memberikan kadipaten Hungaria — sepertiga Kerajaan Hungaria — kepada Álmos.
Pada tahun penobatan Kálmán, setidaknya lima kelompok besar tentara salib tiba di Hungaria dalam perjalanan mereka menuju Tanah Suci. Ia memusnahkan kelompok-kelompok yang memasuki kerajaannya tanpa izin atau menjarah wilayah pedesaan, tetapi tentara perang salib utama melintasi Hungaria tanpa insiden. Ia menyerang Kroasia pada tahun 1097 dan mengalahkan raja pribumi terakhirnya, Petar Snačić. Akibatnya, ia dinobatkan sebagai raja Kroasia pada tahun 1102. Menurut Pacta conventa abad ke-14 (yang keasliannya tidak diterima seluruhnya oleh para ilmuwan), ia baru saja dinobatkan setelah meratifikasi sebuah perjanjian dengan para pemimpin bangsawan Kroasia. Selama berabad-abad sesudahnya, raja-raja Hungaria juga merupakan raja-raja Kroasia.
Kálmán harus menghadapi upaya saudaranya untuk menyingkirkannya sepanjang hidupnya; Álmos merencanakan plot untuk memecatnya setidaknya dalam lima kesempatan. Sebagai pembalasan, ia merebut kadipaten saudaranya pada tahun 1107 atau 1108 dan membutakan Álmos dan putranya, Béla pada sekitar tahun 1114. Kronik Hungaria, yang disusun pada masa pemerintahan raja-raja keturunan saudaranya dan keponakannya yang dimutilasi, menggambarkan Kálmán sebagai orang yang haus darah dan raja yang malang. Di sisi lain, ia digambarkan sebagai "orang yang paling ahli dalam ilmu huruf di antara semua raja di zamannya"[5] oleh kronikus kontemporer Gallus Anonymus. dekrit-dekrit Kálmán, yang mengatur banyak aspek kehidupan — termasuk perpajakan, perdagangan dan hubungan antara subyek-subyek Kristen dan non-Kristen — tetap tidak dimodifikasi selama lebih dari satu abad. Ia adalah raja Hungaria pertama yang melepaskan kendali atas pengangkatan para uskup di wilayahnya.
Kehidupan awal (skt. 1070–1095)
Kálmán adalah putra yang lebih tua dari kedua putra Raja Géza I yang selamat dari masa kanak-kanak.[6][7]Istri kedua Géza yang berasal dari Bizantium — yang nama baptisnya tidak diketahui — meninggalkan Hungaria setelah kematian suaminya, menyiratkan bahwa ia bukan ibunda anak-anaknya.[6] Akibatnya, ibunda Kálmán dan adik laki-lakinya, Álmos, pasti istri pertama Géza, Zsófia, yang keluarganya tidak dikenal.[6] Menurut sejarahwan-sejarahwan Gyula Kristó dan Márta Font, bersaudara tersebut lahir pada sekitar tahun 1070, karena mereka cukup dewasa untuk memegang jabatan pada awal tahun 1090-an.[6][8] Nama baptis Kálmán yang tidak biasa dicatat sebagai Kolomanus atau Kolombanus dalam dokumen-dokumen abad pertengahan yang ditulis dalam Bahasa Latin.[8] Kristó menulis bahwa ia kemungkinan besar dinamai seperti Santo Colmán dari Stockerau, seorang misionaris yang menjadi martir di Austria pada awal abad ke-11.[6][8] Kemungkinan lain adalah namanya berasal dari Turki (yang berarti "istirahat"), karena saudaranya memiliki nama Turki.[8]
Ayahanda Kálmán naik takhta pada tahun 1074.[9] Karena Kálmán dan Álmos berusia di bawah umur saat ia meninggal pada tanggal 25April 1077, saudara Géza László I menggantikannya.[9][10] Raja baru tersebut memutuskan bahwa Kálmán harus dipersiapkan untuk berkarier di Gereja.[8] Keputusan raja tidak biasa karena Kálmán lebih tua daripada Álmos dan kakak laki-laki jarang ditahbiskan menjadi imam-imam.[11]Kronik Piktum abad ke-14 menyatakan bahwa Kálmán "berperawakan sedang, tetapi cerdik dan penakut", menambahkan bahwa ia "berbulu dan berambut pirang, setengah buta dan bungkuk, dan ia pincang jalannya dan gagap dalam pidatonya".[12] Jika kroniknya mempertahankan tradisi asli penampilannya, cacat fisiknya mungkin telah mempengaruhi keputusan pamandanya.[13] Namun para ilmuwan modern cenderung menolak pandangan ini, menekankan bahwa kronik tersebut selesai pada masa pemerintahan raja-raja keturunan Álmos.[3][14]
Dalam persiapan untuk kehidupan klerusnya, Kálmán belajar membaca dan menulis dan memperoleh pengetahuan bahasa Latin yang baik.[15] Kemahirannya dalam Hukum kanonik dipuji dalam sepucuk surat yang oleh Paus Urbanus II ditujukan kepadanya pada tahun 1096.[15][16] Menurut Kristó, setelah menyelesaikan studinya, ia ditahbiskan sebagai imam dan pada awal tahun 1090-an diangkat menjadi uskup.[15] Kronik Hungaria yang selesai pada abad ke-14 dan 15 mengatakan bahwa Kálmán adalah uskup baik di Eger atau Várad.[15][17] Misalnya, Kronik Piktum menyatakan, ia adalah "uskup Warad" (atau Várad),[18] dan LászlóI ingin menunjuknya sebagai "uskup Agria" (atau Eger).[17][19][20]
Menurut Kronik Piktum, baik Kálmán dan Álmos menyertai pamanda mereka dalam sebuah kampanye militer melawan Bohemia pada awal tahun 1095.[21][22] Sebelum mencapai batas kerajaannya, LászlóI "diatasi oleh kelemahan yang parah"[23] dan memutuskan untuk menunjuk Álmos sebagai ahli warisnya.[22][24] Daripada mematuhi pamandanya, Kálmán melarikan diri ke Polandia.[25][26] Ia kembali ke Hungaria pada sekitar tanggal 29Juli 1095 ketika pamandanya meninggal.[26] Keadaan persis kenaikannya ke atas takhta tidak pasti.[27]Kronik Piktum menyatakan bahwa László telah mengundangnya kembali ke Polandia.[27] Sumber yang sama menambahkan bahwa Álmos, "dalam kesederhanaan sejati hatinya menghormati saudaranya, Kálmán, dan menyerahkan kepadanya mahkota kerajaan",[23] yang menunjukkan bahwa ia naik takhta tanpa pertumpahan darah.[25] Di sisi lain, Kálmán dinobatkan sebagai raja pada awal tahun 1096, penundaan tersebut menyiratkan bahwa kedua bersaudara tersebut telah memperjuangkan mahkota sebelum mereka mencapai sebuah kesepakatan.[26][28] Hal ini juga dimungkinkan, seperti yang diusulkan oleh Font, bahwa ia hanya dapat dimahkotai setelah Paus UrbanusII membebaskannya dari sumpahnya sebagai klerus.[25]
Bertakhta
Menghadapi tentara salib (1095–1096)
Kálmán dimahkotai di Székesfehérvár oleh Uskup Agung Seraphin dari Esztergom.[25] Menurut Kronik Piktum, pada saat yang sama ia "memberi hak penuh kepada wilayah kadipaten" untuk Álmos.[16][29] Laporan ini menunjukkan bahwa Álmos hanya mengakui pemerintahan saudaranya dengan imbalan menerima kadipaten yang pernah dipegang oleh ayahanda dan kakek mereka, wilayah yang terdiri dari sepertiga wilayah kerajaan.[16][30]
Tak lama setelah penobatannya, Kálmán harus menghadapi masalah yang disebabkan tentara Perang Salib Pertama ketika melewati Hungaria.[2][31] Selama beberapa dekade, Hungaria mampu memasok sejumlah besar peziarah Erop Barat dengan makanan selama perjalanan mereka ke Tanah Suci, tetapi pergerakan puluhan ribu tentara salib di seluruh negeri membahayakan subsisten pribumi.[32] Kelompok pejuang salib pertama, yang dipimpin Gautier Sans-Avoir, mencapai perbatasan pada awal Mei 1096.[32][33] Kálmán menerima mereka dengan ramah dan membiarkan mereka masuk ke dalam kerajaan.[32] Ia juga mengizinkan mereka untuk membeli makanan di pasar-pasar, meskipun panen belum dimulai.[34] Mereka melewati Hungaria tanpa konflik besar.[31][32] Satu-satunya insiden yang terjadi di dekat perbatasan Hungaria-Bizantium Zimony (Zemun, Serbia). Di sini, "orang-orang Hungaria tertentu dengan pikiran jahat"[35] menyerang enam belas tentara salib yang mencoba untuk membeli senjata di dekat kota, merebut pakaian tentara salib, baju besi serta uang.[31][36]
Kedatangan berikutnya, dipimpin oleh Pierre l'Ermite, tiba pada akhir Mei atau awal Juni.[32][33] Kálmán mengizinkan mereka memasuki Hungaria hanya setelah Pierre berjanji bahwa ia akan mencegah mereka merampok pedesaan.[32] Menurut catatan-catatan Guibert dari Nogent, Pierre tidak dapat menepati janjinya: para tentara salib "membakar lumbung umum ..., memperkosa perawan-perawan, menodai banyak wanita bersuami", meskipun "bangsa Hungaria, sebagai umat Kristen terhadap sesamanya, dengan murah hati menawarkan segalanya untuk dijual" kepada mereka.[37][38] Piere sendiri menyatakan bahwa ia dan rekan-rekannya telah melewati negara tersebut tanpa insiden sampai mereka tiba di Zimony, di mana mereka mengetahui kisah enam belas tentara salib yang dirampok oleh orang-orang Hungaria.[39] Tentara salib mengepung dan merebut kota tersebut, di mana mereka membantai "[s]ekitar empat ribu orang Hungaria",[40] according to the contemporaneous Albert d'Aix's estimation.[38][41] Mereka hanya mundur saat pasukan Kálmán mendekat.[39]
Kelompok ketiga tentara salib mencapai Nyitra (Nitra, Slowakia) dan mulai menjarah wilayah tersebut.[2][42] Ini segera disalurkan oleh penduduk setempat.[42][43] Pasukan keempat datang ke Moson pada pertengahan Juni.[33][43] Kálmán tidak mengizinkan mereka meninggalkan daerah ini, entar karena ia telah mengetahui perilaku mereka yang merepotkan selama perjalanan mereka, atau ia menyadari gerakan mereka di Hungaria dapat membahayakan stabilitas ekonomi lokal.[43][44] Untuk merebut makanan dan anggur, tentara salib sering merampok pemukiman terdekat.[43] Kálmán memutuskan untuk menyerang mereka, tetapi komandan tentara meyakinkannya untuk membujuk tentara salib untuk menyerahkan senjata dan uang mereka, berjanji bahwa mereka akan diberi pasokan makanan selama perjalanan mereka.[45] Setelah tentara salib dilucuti senjatanya, pasukan Kálmán menyerang dan membantai mereka di dekat Pannonhalma pada awal bulan Juli.[33][43][46]
[Tentara salib] bahkan diberi lisensi untuk membeli dan menjual persediaan yang diperlukan, dan perdamaian diproklamirkan di kedua sisi sesuai petunjuk [Kálmán], agar tidak terjadi perselisihan dari tentara yang begitu besar. Tapi ketika mereka tertunda di sana selama beberapa hari, mereka mulai mengembara, dan orang-orang Bayern dan Schwaben, suku yang berani, dan tentara lainnya dengan bodohnya minum terlalu banyak; mereka melanggar kedamaian yang diproklamirkan, sedikit demi sedikit mencuri anggur, jelai, dan kebutuhan lainnya dari orang-orang Hungaria, yang akhirnya menangkap domba dan ternak di ladang dan membunuh mereka; mereka menghancurkan orang-orang yang tidak menyukai mereka dan ingin mengusir mereka. Yang lain melakukan beberapa kejahatan, yang kesemuanya tidak dapat kami laporkan, seperti orang bodoh dalam kebiasaan buruk mereka, tidak dapat diatur dan liar. Sebab, seperti yang dikatakan saksi-saksi, mereka menikam seorang pemuda Hungaria tertentu di pasar dengan tonggak pada bagian-bagian intimnya, karena perselisihan yang paling hina. ... [Kálmán] terganggu oleh skandal ini, ... sehingga ia memerintahkan ... bahwa isyarat itu harus diberikan kepada seluruh Hungaria untuk diperdebatkan dalam pembalasan atas kejahatan ini dan penghinaan lainnya, dan bukan salah satu dari para peziarah harus dibebaskan karena mereka telah melakukan perbuatan keji ini.
Karena khawatir dengan insiden ini, Kálmán melarang tentara salib yang tiba di bawah pimpinan Comte Emicho pada pertengahan Juli untuk memasuki Hungaria.[33][48][49] Mengabaikan perintah raja, mereka menerobos garis pertahanan dan mengepung Moson.[2][49] Ketapel mereka menghancurkan embok di dua tempat, memungkinkan mereka untuk menyerang ke benteng pada tanggal 15Agustus.[49] Kálmán membuat persiapan untuk melarikan diri ke Rus Kiev, karena takut tentara salib akan menduduki seluruh negeri.[49] Namun, tanpa alasan yang jelas, sebuah kepanikan terjadi di antara para penyerang yang memungkinkan garnisun menemukan jalan keluar dan mengusir mereka.[49][50] Para ilmuwan modern sepakat bahwa desas-desus tentang kedatangan tentara Kálmán yang tiba-tiba menakut-nakuti tentara salib dari benteng tersebut.[50][51] Menurut Albert d'Aix, umat Kristen kontemporer menganggap bahwa kekalahan Emicho adalah hukuman yang dijatuhkan Tuhan pada para peziarah karena mereka telah membantai banyak orang Yahudi "daripada karena keserakahan atas uang mereka daripada keadilan Ilahi".[50][52]
Tentara salib pertama yang diorganisir oleh Tahta Suci sampa di perbatasan Hungaria pada bulan September 1096.[53] Ini dipimpin oleh Godefroy de Bouillon, Adipati Lorraine Hilir.[53] Godefroy mengirim seorang ksatria yang sudah dikenal oleh Kálmán untuk memulai negosiasi tentang masuknya tentara salib ke Hungaria.[54] Delapan hari kemudian, Kálmán setuju untuk bertemu dengan Godefroy di Sopron.[53][54] Raja mengizinkan tentara salib untuk berbaris melalui kerajaannya namun menetapkan bahwa adik laki-laki Godefroy, Baudouin dan keluarganya harus tinggal bersamanya sebagai sandera.[54][55] Tentara salib melewati Hungaria dengan damai di tepi kanan Sungai Donau; Kálmán dan tentaranya mengikuti mereka di tepi kiri.[2][53] Ia hanya membebaskan sandera setelah semua tentara salib menyeberangi sungai Sava, yang menandai perbatasan selatan kerajaan tersebut.[56] Pawai tentara salib yang melelahkan di Hungaria membangun reputasi baik Kálmán di seluruh Eropa.[57]
Kontemporer Cosmas dari Praha menulis bahwa "beberapa orang Yahudi" yang telah dianiaya oleh tentara salib di Bohemia tiba di Hungaria dan "diam-diam membawa sekaligus kekayaan mereka".[58][59] Meskipun Cosmas tidak menentukan jumlah mereka, László Mezey dan sejarahwan lainnya mengatakan bahwa orang-orang Yahudi mewakili arus masuk yang besar.[59][60] Kálmán mengeluarkan sejumlah keputusan dan undang-undang yang terpisah — Capitula de Iudeis — yang mengatur posisi orang-orang Yahudi di Hungaria.[59] Misalnya, ia melarang mereka menahan budak-budak Kristen dan tinggal "di luar Tahta episkopal".[59][61][62] Sejarahwan Nora Berend menulis bahwa "pembelaan kemurnian orang-orang Kristen oleh larangan untuk tidak bergaul dengan orang Yahudi memainkan peran yang sangat kecil" dalam peraturan Kálmán dibandingkan dengan hukum kanonik pada akhir abad ke-12.[59] Sementara ia tidak mencoba untuk mengubah orang-orang Yahudi, ia mengeluarkan keputusan yang ditujukan untuk konversi umat islamnya.[63] Misalnya, ia meresepkan bahwa jika seorang Muslim "kedatangan tamu, atau siapa pun yang diundang untuk makan malam, baik ia dan sahabat seperjalanannya hanya akan makan daging babi"[64] untuk mencegah umat Islam mengamati hukum makanan mereka.[65]
Perluasan, konflik internal dan legislasi (1096–1105)
Setelah kemenangan Kálmán atas tentara salib, Heinrich IV, Kaisar Romawi Suci, yang didukung László I terhadap Paus UrbanusII pada tahun-tahun terakhirnya, menulis sepucuk surat kepada Adipati Álmos.[66] Kaisar menyatakan bahwa Kálmán telah mengabaikan kepentingan kekaisaran "karena kebutuhannya sendiri",[67] dan meminta sang Adipati untuk campur tangan atas namanya.[66] Namun Kálmán — mantan uskup — meninggalkan kebijakan luar negeri pendahulunya dan mendukung paus.[68][69] Sejarahwan Gyula Kristó menulis bahwa hubungan dekat Álmos dengan Kaisar Heinrich mungkin juga telah mempengaruhi keputusan Kálmán.[69] Kálmán menikahi Felicia, seorang putri Ruggeru I dari Sisilia — sekutu dekat Tahta Suci — pada tahun 1097.[70] Saudarinya Costanza menikah dengan Konrad, putra Kaisar HeinrichIV, setelah ia bersekutu dengan paus melawan ayahandanya.[71][72]
Kálmán menyerang Kroasia pada tahun 1097.[73][28] László I sudah menempati sebagian besar negara, tapi Petar Snačić, raja pribumi Kroasia yang terakhir menentangnya di Pegunungan Kapela.[74] Petar Snačić tewas dalam pertempuran melawan tentara Kálmán dalam Pertempuran Gunung Gvozd.[75][76] Pasukan Hungaria mencapai Laut Adriatik dan menduduki Biograd na Moru, sebuah pelabuhan penting.[73][75] Teracam oleh kemajuan tentara Kálmán, warga kota Trogir dan Split bersumpah setia kepada Doge Venesia, Vitale I Michiel, yang berlayar ke Dalmasia.[28][75] Karena tidak memiliki armada, Kálmán mengirim utusan dengan sepucuk surat kepada doge untuk "menghapus semua kesalahpahaman sebelumnya tentang apa yang disebabkan oleh salah satu dari kita atau yang lain oleh hak pendahulu kita".[75][70] Kesepakatan mereka tahun 1098 — yang disebut Conventio Amicitiae — menentukan bidang kepentingn masing-masing hak dengan mengalokasikan wilayah pesisir Kroasia ke Hungaria dan Dalmasia ke Republik Venesia.[77]
Dengan memanfaatkan ketidakhadiran Kálmán, Álmos mulai bersekongkol melawan raja dan mengumpulkan tentaranya.[78] Kálmán kembali dari Kroasia dan membawa tentaranya menuju kadipaten saudaranya pada tahun 1098.[78] Kedua pasukan tersebut bertemu di Tiszavárkony, dengan hanya sungai Tisza membatasi mereka.[79] Namun komandan kedua pasukan tersebut memulai negosiasi dan memutuskan untuk tidak berperang, meminta raja dan adipati unuk berdamai.[79][80]
[Kálmán] dan pasukannya bergerak ke [Tiszavárkony] melawan [Álmos], dan [Álmos] mendekati [Tiszavárkony] dari arah yang berlawanan, dan di antara keduanya adalah sungai [Tisza]. Namun orang-orang Hungaria yang setia berusaha mengadakan gencatan senjata, agar mereka bisa saling berbicara, dan mereka berkata: "Mengapa kita bertarung? Jika mereka mengalahkan kita dalam pertempuran, kita akan mati; dan jika mereka melarikan diri, mereka akan melakukannya: di masa lampau in times past nenek moyang kita bertengkar satu sama lain, dan mereka meninggal. Kita juga tidak melihat adanya tanah untuk berperang. Biarkan kedua orang berkelahi jika berperang menyenangkan mereka, dan siapa pun yang akan menang, marilah kita ambil sebagai lord." Setelah mengambil keputusan ini, para kepala suku bubar. Ketika Grak memberi tahu [Kálmán] tentang keputusan mereka dan Ilia memberi tahu [Álmos], mereka menyimpan kedamaian, meskipun bukan karena kehendak mereka sendiri.
Pangeran Agung Sviatopolk II Iziaslavich mengirim putranya Iaroslav — yang merupakan suami dari salah satu keponakan Kálmán — ke Hungaria untuk mencari bantuan melawan para pangeran di wilayah paling barat Rus pada tahun 1099.[82][83] Iaroslav membujuk Kálmán untuk campur tangan dalam konflik tersebut.[83] Kálmán dan tentaranya melintasi Pegunungan Carpathia dan mengepung Peremyshl (Przemyśl, Polandia) — kursi Volodar Rostyslavych, salah satu pangeran yang memberontak.[83] David Igorevich, salah satu sekutu Volodar Rostislavich, membujuk Cuman untuk menyerang bangsa Hungaria.[82] Dalam pertemuran berikutnya, tentara Hungaria dikalahkan habis-habisan.[84]Kronik Piktum mengatakan bahwa "[J]arang bangsa Hungaria menderita pembantaian seperti dalam pertempuran ini".[85][86] Menurut Kronik Utama, banyak orang Hungaria "yang tenggelam, beberapa di Vyagro dan lainnya di Sungai San",[87] setelah pertempuran.[84] Kálmán sendiri nyaris lolos dari medan perang melalui lembah San.[84] Tak lama setelah kembali dari Rus, Kálmán bergegas menuju perbatasan Bohemia untuk membantu adipati-adipati Moravia — Svatopluk dan Otto — melawan Adipati Bretislav II dari Bohemia.[82][88] Ia mengadakan pertemuan dengan Bretislav di sungai perbatasan Olšava "di lapangan Lučsko" di mana "mereka memperbarui ikatan persahabatan dan perdamaian mereka yang telah usang dan membenarkannya dengan sumpah",[89] menurut Cosmas dari Praha.[82]
Kálmán memutuskan untuk meninjau kembali keputusan pendahulunya pada sekitar tahun 1100.[90] Karena ia menganggap István I dari Hungaria, yang telah dikanonisasikan pada tahun 1083,[91] sebagai tokoh idealnya, ia "mengumpulkan tokoh terkemuka kerajaan dan menelaah dengan nasihat dari seluruh dewan teks hukum"[92] of Stephen I.[42][93] Majelis juga mengeluarkan dekrit, yang mengatur beberapa aspek ekonomi dan memperparah kekerasan legislasi LászlóI.[94][42] Salah satu dekrit melarang penganiayaan terhadap strigae — Vampir atau mares — karena mereka "tidak nyata".[95][96][97] Hukum yang sama juga berhubungan dengan malefici atau "guna-guna",[98] menghukum kesalahan mereka.[97] Pajak atas perdagangan meningkat di bawah Kálmán, menyiratkan bahwa perdagangan berkembang di masa pemerintahannya.[94] Namun, undang-undangnya melarang ekspor budak dan kuda Hungaria.[99] Koin yang dicetak selama masa pemerintahannya lebih kecil daripada yang dikeluarkan dalam pemerintahan pendahulunya untuk mencegah pemotongan dari tepi halus mereka.[100]
Kálmán dinobatkan sebagai raja Kroasia di Biograd na Moru pada tahun 1102.[76] Pada abad ke-13,Thomas Archidiaconus menulis bahwa persatuan Kroasia dan Hungaria adalah konsekuensi penaklukan.[73] Namun Pacta conventa abad ke-14 menceritakan bahwa ia baru dinobatkan setelah ia mencapai kesepakatan dengan dua belas bangsawan Kroasia, karena bangsa Kroasia bersiap untuk mempertahankan kerajaan mereka melawannya secara paksa.[73] Apabila dokumen ini adalah pemalsuan[101] atau sumber otentik[102] adalah subyek perdebatan ilmiah. Menurut sejarahwan Pál Engel, bahkan jika dokumen itu adalah pemalsuan, isinya "sesuai dengan kenyataan dalam lebih dari satu penghargaan" mengenai status khusus Kroasia sepanjang Abad Pertengahan.[2] Misalnya, jika terjadi invasi asing, para bangsawan Kroasia diwajibkan untuk berperang dengan biaya sendiri hanya sampai ke sungai Drava, yang dianggap sebagai perbatasan antara wilayah Kroasia dan Hungaria.[73][101]
Kálmán adalah orang yang memiliki semangat perang, dan memutuskan untuk menaklukkan kepemilikan lordnya ke seluruh Laut Adriatik. Ia datang dengan kekuatan senjata dan menguasai sisa bagian Slavonia, yang telah dilewati László.
Dalam upaya untuk mencegah aliansi antara Kálmán dan Bohemond I dari Antiokhia, Kaisar Romawi TimurAlexius I Komnenus mengatur pernikahan antara putra dan ahli warisnya, Ioannes, dan sepupu Kálmán, Piroska, pada tahun 1104 atau 1105.[104][105] Aliansi dengan Kekaisaran Bizantium juga memungkinkan[105] Kálmán untuk menyerang Dalmasia pada tahun 1105.[76] Menurut Life of the blessed John of Trogir, ia secara pribadi memerintahkan pasukannya untuk mengepung Zadar, yang paling berpengaruh di antara kota-kota Dalmasia.[105] Pengepungan tersebut berlangsung sampai Uskup John dari Trogir menegosiasikan sebuah perjanjian antara Kálmán dan wrga yang menerima suzerenitas raja tersebut.[106] Kota Split juga menyerah setelah pengepungan singkat, tetapi dua kota Dalmasia lainnya — Trogir dan Šibenik — menyerh tanpa perlawanan.[106][107]Life of St Christopher the Martyr juga mengatakan bahwa armada Hungaria menaklukkan pulau-pulau di Teluk Kvarner, termasuk Brač, Cres, Krk, dan Pulau Rab.[105][107] Thomas Archdiaconus menceritakan bahwa Kálmán memberi setiap kota Dalmasia "piagam kebebasan" sendiri untuk menjamin kesetiaan mereka.[105][108] kebebasan ini termasuk hak wara negara untuk secara bebas memilih uskup kota mereka dan pembebasan mereka dari penghormatan apapun yang dibayarkan kepada raja.[76][109] Setelah menaklukkan Dalmasia, Kálmán mengambil sebuah gelar baru — "Raja Hungaria, Kroasia dn Dalmasia" — yang pertama kali tercatat pada tahun 1108.[104][110]
Urusan keluarga (1105–1113)
Kálmán memahkotai putranya István yang berusia empat tahun pada tahun 1105, yang menyebabkan Álmos secara terbuka memberontak melawan raja.[111][112] Adipati meninggalkan Hungaria dan meminta bantuan Kaisar HeinrichIV.[104] Setelah menyadari bahwa kaisar, yang menghadapi pemberontakan putranya sendiri, tidak dapat membantunya,[104] Álmos kembalike Hungaria pada tahun 1106, tetapi kemudian melarikan diri ke saudara iparnya, Bolesław III.[79][111] Dengan bantuan Polandia ia menangkap benteng Abaújvár di Hungaria.[113] Kálmán mengadakan pertemuan dengan BolesławIII, dan kedua raja tersebut "bersumpah untuk persahabatan dan persaudaraan abadi".[5][113][114] Tanpa dukungan raja Polandia, Álmos terpaksa menyerah pada Kálmán.[113]
Kálmán mengirim utusan ke Konsili Guastalla, yang telah dipadu oleh Paus Paskalis II.[104] Pada bulan Oktober 1106 utusan tersebut dengan sungguh-sungguh memberi tahu paus tentang penolakan raja mereka terhadap hak prerogatif kerajaannya untuk menunjuk para uskup di wilayahnya.[104][115] Menurut sejarahwan Ferenc Makk dan Márta Font, tanpa deklarasi ini Tahta Suci tidak akan mengakui penaklukan Kálmán di Dalmasia.[104][115] Selama perang saudara antara BolesławIII dan saudaranya Zbigniew, Kálmán campur tangan atas nama mantan dan membantunya mengatasi tentara terakhir di Mazovia pada tahun 1107.[116] Kálmán juga mengirim bala bantuan Hungaria kepada Kaisar Bizantium AlexiosI Komnenos melawan Bohemond I dari Antiokhia, yang menyerang wilayah Bizantium pada bulan Oktober 1107.[113] Setelah mengalami kekalahan, Bohemond menarik pasukannya dan mengakui suzerenitas kaisar atas Kepangeranan Antiokhia di dalam Traktat Devol pada tahun 1108.[113][117]
Pada tahun 1107 atau 1108 Álmos berziarah ke Tanah Suci.[113] Kálmán memutuskan untuk memanfaatkan ketidakhadirannya dan merebut kadipatennya.[113] Meskipun Álmos diizinkan untuk menyimpan properti pribadinya, aneksasi kadipatennya mengamankan otoritas Kálmán di seluruh kerajaan.[114] Setelah kembali dari Tanah Suci, Álmos mendirikan sebuah biara di Dömös.[114] Pada upacara konsekrasinya, di mana Kálmán juga hadir, Álmos dituduh — , menurut Kronik Piktum — mencoba membunuh raja tersebut.[114] Kálmán menangkap saudaranya, tetapi "kebanyakan dari uskup dan pejabat tinggi lainnya" turun tangan atas nama Álmos dan "sehingga rekonsiliasi dengan bersumpah di buat"[118] di antara raja dan saudaranya.[114]
Álmos berangkat ke Passau untuk menemui Heinrich V dari Jerman.[113] Atas permintaan Álmos, HeinrichV menyerang Hungaria dan mengepung Pressburg (Bratislava, Slowakia) pada bulan September 1108.[42][113] Di saat yang sama, Adipati Svatopluk dari Bohemia, yang juga mendukung Álmos, menyerang daerah-daerah di utara Donau.[42] Sekutu Kálmán, BolesławIII menyerang Bohemia, memaksa adipati Ceko menyerah.[113][119] Upaya kaisar untuk menekan Pressburg sia-sia, tetapi ia meyakinkan Kálmán untuk mengampuni Álmos, yang diizinkan kembali ke Hungaria.[120]
Pada tahun yang sama, Kálmán mengunjungi Dalmasia dan mengkonfirmasikan hak istimewa Split, Trogir, dan Zadar.[113] Ia kembali ke Zadar pada sekitar tahun 1111 dan menegaskan kembali kebebasan kota-kota Dalmasia.[113]Biara Zobor menerima dua piagam hibah dari Kálmán pada tahun 1111 dan 1113.[121] Diploma pertama menyebutkan sebuah provost di Nyitra (Nitra, Slowakia), tetapi piagam kedua merujuk pada uskup kota yang sama.[121] Menurut sebuah teori ilmiah, kedua dokumen tersbut menunjukkan bahwa Kálmán mendirikan keuskupan di Nyitra di antara tahun 1111 dan 1113.[121] Dua piagam kerajaan ini juga menyebutkan Merkúr sebagai "princeps Ultrasilvanus", yang menyiratkan bahwa ia adalah Voivode Transilvania pertama, tapi ia mungkin hanya pemlik tanah penting di provinsi ini tanpa memegang jabatan tertentu.[122] Pada tahun 1112 Kálmán menyerang Austria.[123] Ia juga ingin membalas dendam atas partisipasi Luitpold III dari Austria dalam kampanye Jerman tahun 1108 melawan Hungaria, atau hanya untuk merebut barang rampasan.[123]
Pada tahun 1112 Kálmán — yang telah menduda — menikahi Evfimija Vladimirovna, putri Vladimir II Monomakh, Pangeran Pereyaslavl, pada tahun 1112.[123] Namun, seperti yang diceritakan Kronik Piktum, sang ratu "dituduh telah berzinah"[124] pada tahun 1113 atau 1114.[125] Kálmán segera tidak mengakui istrinya dan mengirimnya kembali ke ayahandanya.[123]
Tahun-tahun terakhir (1113–1116)
Pada tahun 1113 Adipati Bolesław III dari Polandia, yang telah membutakan saudaranya yang memberontak, Zbigniew, yang menyebabkan kematiannya, "berziarah ke St.Gilles dan St.István sang Raja",[126] ke Biara Somogyvár, dan ke tempat pemujaan raja di Székesfehérvár, Hungaria.[8][120] Kálmán menerima raja Polandia dengan hormat di Somogyvár.[8] Sesaat kemudian — di antara tahun 1113 dan 1115 — Kálmán memergoki bahwa Álmos kembali bersekongkol untuk merebut takhta.[2][127] Kesabarannya hilang, raja membuat Álmos dan putranya Béla dibutakan untuk mendapatkan suksesi yang damai bagi putranya sendiri.[2] Pada kesempatan yang sama, banyak partisan partainya juga dimutilasi.[128] Menurut salah satu dari dua versi dari peristiwa-peristiwa ini yang dicatat dalam Kronik Piktum, raja bahkan memerintahkan agar Béla dikebiri namun prajurit yang diserahkan tugas ini menolak untuk melaksanakan perintah tersebut.[129] Kronik tersebut juga menyatakan bahwa anak itu diyakini meninggal setelah ia dibutakan, tapi ia sesungguhnya disimpan di sebuah biara selama lebih dari satu dekade.[130]
[Sang] Raja menangkap Adipati dan putranya Bela dan membutakan mereka. Ia juga memberi perintah agar si bocah Bela harus dikebiri. Namun orang yang diperintahkan untuk membutakan mereka takut akan Tuhan dan sterilitas dari garis kerajaan, dan karena itu ia mengebiri seekor anjing dan membawa buah pelirnya ke hadapan sang Raja.
Armada Venesia yang dipimpin oleh Doge Ordelafo Faliero, menyerang Dalmasia pada bulan Agustus 1115.[132][133] Bangsa Venesia menduduki kepulauan Dalmasia dan beberapa kota pesisir namun tidak dapat mengambil Zadar dan Biograd na Moru.[132] Pada saat itu, Kálmán sakit parah.[134] Gejala yang tercatat dalam Kronik Piktum menunjukkan adanya otitis serius, yang menyebabkan peradangan otak.[127] Sebelum kematiannya, ia "menginstruksikan putranya dan orang-orang kepercayaannya bahwa setelah kematiannya mereka harus membalas dendam kepada Rusia atas cedera yang dideritanya"[135] selama kampanyenya tahun 1099.[134] Atas saran dewan penasihatnya, ia juga membuat Álmos, yang berlindung di biara Dömös, dipenjarakan.[136]
Sang Raja mulai sakit parah, dan ia memiliki seorang dokter Latin bernama Draco, yang dengannya ia menaruh terlalu banyak kepercayaan. Dokter ini mengoleskan tapal ke telinga Raja, yang menderita sakit kepala dan kekuatan tapal ditarik keluar melalui rongga telinganya tidak ada bagian kecil dari otaknya. Ketika tapal dilepas karena ia tidak tahan lagi, ia menunjukkannya pada Comte Othmar. Ketika ia memeriksanya dan melihat di atasnya benda yang ditarik keluar dari otak, ia berkata kepada Raja: "Lord, anda harus mempersiapkan diri untuk diurapi". Ketika Raja mendengar ini, ia mengerang ketakutan.
Kálmán meninggal pada tanggal 3 Februari 1116.[136] Menurut Kronik Piktum, "pembalasan Ilahi membuatnya minum kepahitan kematian dini" karena ia "menumpahkan darah yang tidak berdosa"[137] saat memerintahkan hukuman atas Álmos, Béla, dan partisan mereka.[134] Ia adalah raja pertama yang dimakamkan di dekat tempat pemujaan IstvánI di Basilika Székesfehérvár.[134]
Istri pertama Kálmán, Felicia — yang naanya dikelirukan sebagai Busilla dalam historiografi sebelumnya — adalah putri Comte RuggeruI dari Sisilia.[78] Terdapat ketidakpastian ilmiah apakah ibundanya adalah istri pertama comte, Judith d'Évreux atau istri keduanya, Eremburga dari Mortain.[140] Pernikahan Kálmán dan Felicia dilangsungkan pada musim semi tahun 1097.[141] Ia melahirkan sedikitnya tiga orang anak.[70] Menurut Font, anak yang sulung, Zsófia lahir pada atau sebelum tahun 1100.[70] Pada tahun 1101 Zsófia diikuti oleh saudara kembarnya, István dan László.[70][142] Kematian Felicia lebih awal dari László, yang meninggal pada tahun 1112.[70][142]
Kálmán menikahi istri keduanya, Evfimija pada musim panas tahun 1112.[112][123] Lahir pada tahun 1096 atau 1097, ia setidaknya 25 lebih muda dari Kálmán.[112] Evfimija adalah putri Vladimir Monomakh, Pangeran Pereyaslavl pada saat pernikahannya.[112] Setelah Kálmán mengabaikannya atas tuduhan berzinah, Evfimija melarikan diri ke Kiev, di mana ia melahirkan seorang putra, Boris, yang tidak pernah dianggap sebagai putra Kálmán oleh para kerabat Hungarianya.[143]
Pohon keluarga berikut menyajikan leluhur Kálmán dan beberapa kerabatnya yang disebutkan dalam artikel tersebut.[142]
*Entah istri pertama atau kedua Géza adalah ibunda anak-anaknya tidak pasti.
Peninggalan
Kronik Hungaria akhir abad pertengahan yang ditulis di bawah raja-raja keturunan Álmos, mempertahankan citra Kálmán yang tidak menguntungkan dan pemerintahannya.[1] Menurut Kronk Piktum, banyak "kejahatan yang dilakukan" di masa pemerintahan Kálmán.[1][29] Dinyatakan bahwa LászlóI yang suci meramalkan bahwa Kálmán "akan menumpahkan darah".[23][1] Para sejarahwan modern — termasuk Font,[1] László Kontler,[3] dan Kristó,[134] — setuju bahwa pandangan negatif ini adalah bentuk "balas dendam" oleh keturunan saudaranya, yang membujuk kronikus mereka untuk menekankan kegagalan Kálmán dan untuk menyembunyikan keberhasilannya. Namun sumber sebelumnya menunjukkan bahwa ia tidak selalu dianggap sebagai raja yang jahat dan tidak beruntung.[57] Pada tahun 1105 kepala biarawati di Zadar menyatakan bahwa Kálmán telah memulihkan "kedamaian tanah dan lautan".[144]Rogerius mester dari abad ke-13 menulis bahwa ia "ditulis dalam katalog para santo"[145] bersama dengan anggota-anggota Wangsa Árpád yang sebenarnya dikanonisasi.[1][134] Dekrit Kálmán yang memoderatori tingkat keparahan undang-undang LászlóI, juga bertentangan dengan laporan para penulis sejarah tentang sifat haus darahnya.[146] Pembukaan dekritnya menggambarkannya sebagai "Raja Columban yang sangat Kristen", yang "dianugerahi dengan seekor merpati yang tak berdaya dan dengan segala ketajaman kebajikan".[92][57]
Kepemimpinan Kálmán sebagai seorang negarawan dihargai dalam historiografi modern. Menurut Kontler, "itu ... di bawah pemerintahan Kálmán bahwa negara Hungaria abad pertengahan menjadi sempurna dan memperoleh struktur terakhirnya".[147] Font dan Kristó menulis bahwa hukum Kálmán mengatur kerajaannya tanpa modifikasi selama lebih dari satu abad, bahkan di bawah raja-raja yang memusuhi ingatannya.[148][149] Demikian juga, pencetakan uang di Hungaria mengikuti pola yang ditetapkan oleh sekutu kecil Kálmán sepanjang abad ke-12.[150]
tokoh-tokoh sezamannya, Paus Urbanus II dan Gallus Anonymus menyadari "pengetahuan umum" Kálmán.[3][151] Menurut kronik, bangsa Hungaria menyebutnya Cunues[18] atau Qunwes — yang Terpelajar atau si Kutu Buku — "karena buku-buku yang dimilikinya".[150][152]Kronik Piktum mengatakan bahwa Kálmán "membaca ibadat harian seperti seorang uskup"[18] di dalam buku-bukunya.[150] Menurut Kristó, istana Kálmán adalah pusat belajar dan literatur.[153] Uskup Hartvik mengumpulkan Kehidupan Raja István dari Hungaria di bawah Kálmán.[153][154] Kristó menulis bahwa sangat mungkin bahwa Legenda Kecil Santo Gellért dari Csanád (Cenad, Rumania) juga ditulis selama pemerintahan Kálmán.[153] Para sejarahwab juga menghubungkan kompilasi pertama catatan sejarah Hungaria dengan upaya-upayanya.[153][155]
Albert of Aachen: Historia Ierosolimitana — History of the Journey to Jerusalem (Edited and translated by Susan B. Edgington) (2007). Oxford University Press. ISBN978-0-19-920486-1.
Anna Comnena: The Alexiad (Translated by E. R. A. Sewter) (1969). Penguin Books. ISBN978-0-14-044958-7.
Archdeacon Thomas of Split: History of the Bishops of Salona and Split (Latin text by Olga Perić; edited, translated and annotated by Damir Karbić, Mirjana Matijević Sokol, and James Ross Sweeney) (2006). CEU Press. ISBN963-7326-59-6.
Cosmas of Prague: The Chronicle of the Czechs (Translated with an introduction and notes by Lisa Wolverton) (2009). The Catholic University of America Press. ISBN978-0-8132-1570-9.
Master Roger's Epistle to the Sorrowful Lament upon the Destruction of the Kingdom of Hungary by the Tatars (Translated and Annotated by János M. Bak and Martyn Rady) (2010). In: Rady, Martyn; Veszprémy, László; Bak, János M. (2010); Anonymus and Master Roger; CEU Press; ISBN978-963-9776-95-1.
Simon of Kéza: The Deeds of the Hungarians (Edited and translated by László Veszprémy and Frank Schaer with a study by Jenő Szűcs) (1999). CEU Press. ISBN963-9116-31-9.
The Deeds of God through the Franks — Gesta Dei per Francos, Guibert de Nogent (Translated by Robert Levine) (1997). The Boydell Press. ISBN978-0-85115-693-4.
The Deeds of the Princes of the Poles (Translated and annotated by Paul W. Knoll and Frank Schaer with a preface by Thomas N. Bisson) (2003). CEU Press. ISBN963-9241-40-7.
The Hungarian Illuminated Chronicle: Chronica de Gestis Hungarorum (Edited by Dezső Dercsényi) (1970). Corvina, Taplinger Publishing. ISBN0-8008-4015-1.
"The Laws of King Coloman (1095–1116)". In The Laws of the Medieval Kingdom of Hungary, 1000–1301 (Translated and Edited by János M. Bak, György Bónis, James Ross Sweeney with an essay on previous editions by Andor Czizmadia, Second revised edition, In collaboration with Leslie S. Domonkos) (1999). Charles Schlacks, Jr. Publishers. pp. 23–31. ISBN1-884445-29-2. OCLC495379882. OCLC248424393. LCCN89-10492. OL12153527M. (ISBN may be misprinted in the book as 88445-29-2).
"The letters of Henry IV: Henry thanks Duke Almus for his support and promises him a reward" (2000). In Imperial Lives & Letters of the Eleventh Century (Translated by Theodor E. Mommsen and Karl F. Morrison, with a historical introduction and new suggested readings by Karl F. Morrison, edited by Robert L. Benson). Columbia University Press. pp. 52–100. ISBN978-0-231-12121-7.
The Russian Primary Chronicle: Laurentian Text (Translated and edited by Samuel Hazzard Cross and Olgerd P. Sherbowitz-Wetzor) (1953). Medieval Academy of America. ISBN978-0-915651-32-0.
Berend, Nora (2001). At the Gate of Christendom: Jews, Muslims and 'Pagans' in Medieval Hungary, c. 1000–c. 1300. Cambridge University Press. ISBN978-0-521-02720-5.
Engel, Pál (1994). "Přemysl [The Přemyslids]". Dalam Kristó, Gyula; Engel, Pál; Makk, Ferenc. Korai magyar történeti lexikon (9–14. század) [Encyclopedia of the Early Hungarian History (9th–14th centuries)] (dalam bahasa Hungaria). Akadémiai Kiadó. hlm. 559–561. ISBN963-05-6722-9.
Engel, Pál (2001). The Realm of St Stephen: A History of Medieval Hungary, 895–1526. I.B. Tauris Publishers. ISBN1-86064-061-3.
Érszegi, Géza; Solymosi, László (1981). "Az Árpádok királysága, 1000–1301 [The Monarchy of the Árpáds, 1000–1301]". Dalam Solymosi, László. Magyarország történeti kronológiája, I: a kezdetektől 1526-ig [Historical Chronology of Hungary, Volume I: From the Beginning to 1526] (dalam bahasa Hungaria). Akadémiai Kiadó. hlm. 79–187. ISBN963-05-2661-1.
Fine, John V. A. (1991). The Early Medieval Balkans: A Critical Survey from the Sixth to the Late Twelfth century. The University of Michigan Press. ISBN0-472-08149-7.
Font, Márta (2001). Koloman the Learned, King of Hungary (Supervised by Gyula Kristó, Translated by Monika Miklán). Márta Font (supported by the Publication Commission of the Faculty of Humanities of the University of Pécs). ISBN963-482-521-4.
Klaniczay, Gábor (2002). Holy Rulers and Blessed Princes: Dynastic Cults in Medieval Central Europe. Cambridge University Press. ISBN0-521-42018-0.
Makk, Ferenc (1989). The Árpáds and the Comneni: Political Relations between Hungary and Byzantium in the 12th century (Translated by György Novák). Akadémiai Kiadó. ISBN963-05-5268-X.
Runciman, Steven (1951). A History of the Crusades, Volume I: The First Crusade and the Foundations of the Kingdom of Jerusalem. Cambridge University Press. ISBN0-521-06161-X.
Stephenson, Paul (2000). Byzantium's Balkan Frontier: A Political Study of the Northern Balkans, 900–1204. Cambridge University Press. ISBN978-0-521-02756-4.
Wiszewski, Przemysław (2010). Domus Bolezlai: Values and Social Identity in Dynastic Traditions of Medieval Poland (c. 966–1138). Brill. ISBN978-90-04-18142-7.