Kubis merah atau kubis ungu (Brassica oleracea L) adalah salah satu jenis kubis yang bagian-bagian tubuhnya berwarna merahkeunguan. Di Indonesia, kubis merah dijadikan sebagai tanaman pertanian. Kubis merah termasuk dalam genus brasika dari famili Brassicaceae. Warna merah pada kubis merah berasal dari pigmenantosianin yang melimpah.
Kubis merah bagus dibudidayakan di dataran tinggi dengan sistem pertanian organik. Namun, budidayanya lebih sedikit dibandingkan dengan budidaya kubis putih. Kandungan senyawa kimia di dalam kubis merah bermanfaat sebagai bahan makanan yang menjaga kesehatantubuh manusia dan mencegahnya dari berbagai penyakit. Konsumsi kubis merah dapat menghambat pertumbuhan beragam jenis kanker. Kubis merah juga dijadikan sebagai pewarna makanan alami untuk warna merah, hijau dan biru dengan campuran telur. Pada titrasi asam-basa, kubis merah dijadikan sebagai salah satu indikator alami.
Kubis merah merupakan salah satu tanaman lokal di Indonesia. Masyarakat di Indonesia mengenalnya sebagai salah satu tanaman pertanian. Nama lainnya adalah kubis ungu.[6]
Bentuk
Kubis merah mengandung pigmenantosianin yang menghasilkan warna merah.[7] Tingkatan warna pada kubis merah hampir mencapai warna ungu. Secara umum, bentuk kubis merah adalah bulat. Kubis merah tertutupi lapisan lilin pada permukaan daunnya.[8]
Komposisi kimia
Tiap 100 gram kubis merah yang segar mengandung senyawa antosianin sebanyak 104–188 mg.[9] Rata-rata jumlah antosianin pada tiap 100 gram kubis merah adalah 113 mg.[10] Jumlah antosianin pada kubis merah termasuk melimpah.[11] Kandungan antosianin tidak hanya terdapat pada bagian buahnya, tetapi juga pada bagian lainnya.[12] Warna merah atau kemerahan akan diperoleh dari daun kubis merah yang diambil protoplasnya.[13]
Kubis merah juga mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E, dan vitamin K.[14] Kandungan vitamin A, vitamin B, dan vitamin C pada kubis merah termasuk salah satu yang melimpah dari 4 varietas kubis.[15] Kandungan vitamin A di dalam kubis merah sebanyak 2.170 IU tiap 100 gram.[16] Vitamin B pada kubis merah meliputi vitamin B2 dan vitamin B3.[15] Pada setiap setengah mangkuk kubis merah terkandung 80 gram vitamin A dan 50 gram vitamin C.[17]
Kandungan serat di dalam kubis merah juga tinggi dan mengandung gula alami.[14] Pada tiap setengah cangkir kubis merah seberat 49 gram, mengandung glukosinolat seberat 29 mg.[18] Glukosinolat di dalam kubis merah termasuk dalam senyawa fenolik.[19] Di dalam kubis merah juga terdapat asam folat. Sebanyak 18 mg asam folat terkandung pada tiap 100 gram kubis merah.[20] Kubis merah juga termasuk jenis sayur yang banyak mengandung sulfur.[21]
Pada jenis sayuran berwarna merah, kubis merah termasuk salah satu yang mengandung likopen.[22] Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, kandungan likopen pada tiap 100 gram kubis merah yang mentah mengandung 20 mikrogram likopen.[23]
Pembudidayaan
Kubis merah memiliki varietas yang berbeda-beda.[24] Kubis merah merupakan salah satu jenis tanaman budidaya.[25] Budidaya kubis merah dapat ditemukan di Indonesia meski dalam jumlah yang tidak sebanyak kubis putih.[26] Ketinggian permukaan tanah untuk penanaman kubis merah adalah 800 meter di atas permukaan laut.[27] Kubis merah merupakan salah satu jenis sayuran hortikultura.[28] Budidayanya dapat dilakukan dengan sistem pertanian organik.[29]
Manfaat
Bahan makanan
Di Indonesia, kubis merah dijadikan sebagai bahan makanan.[30] Kubis merah dapat dimakan secara mentah.[31] Rasa yang dihasilkannya agak pedas dengan sedikit rasa pahit.[32] Kubis merah dijadikan salah satu bahan pengisi salad.[33] Pembuatan lumpia berbahan isi sayuran juga dapat menggunakan kubis merah.[34] Kubis merah juga digunakan sebagai bahan campuran pembuatan sauerkraut.[35]
Menjaga kesehatan tubuh manusia
Kandungan senyawa di dalam kubis merah memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.[14] Vitamin A, vitamin B, dan vitamin C di dalam kubis merah berguna sebagai antioksidan.[36] Kubis merah merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran lainnya.[37] Kandungan antioksidan pada setengah mangkuk kubis merah lebih banyak dibandingkan dengan semangkuk teh hijau.[38] Kandungan vitamin K di dalam kubis merah mampu memenuhi kebutuhan vitamin K harian bagi manusia sebesar 61%.[14] Kandungan vitamin C di dalam kubis merah sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh bila dikonsumsi.[39]
Selain itu, di dalam kubis merah terdapat senyawa yang mampu mencegah radang.[39] Senyawa fenol di dalam kubis merah dapat menguatkan fungsi hati dan jaringannya.[40]
Mencegah dan mengobati berbagai penyakit
Antosianin di dalam kubis merah dapat mencegah terjadinya kanker. Konsumsi kubis merah mampu mencegah pertumbuhan sel kanker pada kanker usus besar hingga 60%.[41] Kubis merah juga dapat menghambat pertumbuhan sel kanker pada kanker otak sebesar 90% dan pada kanker paru-paru sebesar 30%.[42] Jenis kanker lain yang dapat dihambat pertumbuhan selnya selama konsumsi kubis merah adalah kanker prostat dan kanker payudara dengan kemampuan hambatan yang sama, yaitu 80%.[43]
Antosianin di dalam kubis merah juga mampu menurunkan kadar kolesterol dan menurunkan berat badan. Fungsi lainnya untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan meningkatkan fungsi kognitif.[44] Kandungan polifenol di dalam kubis merah juga sangat tinggi.[45] Polifenol berperan aktif dalam pencegahan dan pengobatan penyakit alzheimer melalui pengurangan kerusakan sel.[46]
Pewarna makanan
Kubis merah juga dapat digunakan untuk membuat pewarna makanan dengan dicampur dengan telur. Pada telur dengan cangkang berwarna putih, warna yang dihasilkan adalah biru. Sementara pada telur dengan cangkang berwarna cokelat akan menghasilkan warna hijau.[47] Antosianin pada kubis merah juga digunakan sebagai salah satu pemberi warna merah pada produk bahan pangan.[48] Warna produk dapat berubah sebagai hasil ekstrusi.[49]
Indikator alami
Kubis merah merupakan salah satu indikator alami bagi titrasi asam-basa.[50] Kemampuan yang dimiliki oleh kubis merah adalah mengikat asam dengan nilai +2,20.[51] Pengujian titrasi asam-basa dilakukan dengan memasukkan irisan kubis merah ke dalam air.[52] Zat kimia yang menjadi indikator alami di dalam kubis merah adalah antosianin.[53] Antosianin merupakan pigmen yang mudah larut di dalam air.[54] Perubahan asam ke basa pada kubis merah berada pada rentang warna merah muda hingga ke warna hijau.[55]
Kubis merah ditumbuk terlebih dahulu kemudian diberi air suling untuk pengujian. Setelah itu, kubis merah ini disaring. Warna awal dari kubis merah adalah merah keunguan. Warnanya akan berubah menjadi merah ketika larutan yang menetes padanya adalah larutan asam. Sementara itu, warnanya akan berubah menjadi hijau jika ditetesi oleh larutan basa.[56]
Pada kondisi asam, antosianin akan berwarna merah. Pada kondisi basa lemah, warnanya berubah menjadi hijau. Sementara pada kondisi basa kuat, warnanya berubah menjadi kuning.[53] Pada bahan yang tidak mengandung asam dan basa, warnanya tetap akan ungu.[57] Pada kondisi basa yang tinggi di dalam air, kubis merah berubah warna menjadi hijau. Salah satunyang dengan pencampuran air dengan natrium bikarbonat.[58]
Kubis merah juga menjadi indikator asam basa pada tanah. Pada tanah yang mengandung asam, bunganya akan berwarna merah muda. Sedangkan pada tanah dengan kondisi basa, bunganya akan mengandung alkalis biru.[59]
^Astawan, M., dan Kasih, A. L. (2008). Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 144. ISBN978-979-22-3607-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Sunarjono, H., dan Nurrohmah, F. A. (2018). Bertanam Sayuran Daun dan Umbi. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 39. ISBN978-979-002-846-3.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Widyanto, R. M., dkk. (2021). Gizi Molekuler. Malang: UB Press. hlm. 142. ISBN978-623-296-312-2.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Lestario, Lydia Ninan (2017). Antosianin. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 116. ISBN978-602-386-277-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Ehret, Arnold (2011). Puasa Rasional. Diterjemahkan oleh Eta, Agustina Reni. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 84. ISBN978-979-22-7699-2.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Suryani, MAirizki, F., dan Putra, A. Y. (2020). Kimia Dasar Pertanian. Pekanbaru: UIR Press. hlm. 88. ISBN978-979-3793-98-6.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)