Krisis bahan bakar Sri Lanka 2017

Krisis bahan bakar Sri Lanka berlangsung dari 3 November 2017 hingga 11 November 2017, diakibatkan kekurangan bahan bakar karena ada penolakan. Sehingga terjadi penipisan cadangan bahan bakar, sehingga terjadi kekhawatiran jika terjadi berkepanjangan. Krisis ini terjadi hanya pada kekurangan bensin, namun tidak berdampak pada solar atau minyak tanah.

Kejadian

Krisis bahan bakar Sri Lanka dimulai pada 3 November 2017 ketika desas-desus mulai menyebar bahwa pengiriman bahan bakar milik Indian Oil Corporation atau (IOC - Perusahaan Minyak India) Lanka ditolak. Belakangan rumor itu terbukti dan alasan yang diberikan adalah bahan bakar dalam pengapalan yang ditolak itu tidak memenuhi standar.[1] Arjuna Ranatunga Menteri Pengembangan Sumber Daya Perminyakan pada hari berikutnya dia menyampaikan situasi tersebut kepada media. Namun Kementerian Pengembangan Sumber Daya Perminyakan mengumumkan bahwa ada 10.000 metrik ton bahan bakar dalam cadangan hingga 9 November 2017 tetapi pemimpin Ceylon Petroleum Union, Asanka Ranawala mengatakan sebaliknya.[1] Karena perkembangan situasi yang mencekam, masyarakat umum mulai pembelian panik menyebabkan cadangan habis lebih cepat dari yang diperkirakan.[2] Namun krisis tersebut terhenti setelah kapal Nevaska Lady pada 11 November 2017 dengan 40.000 metrik ton bahan bakar dilaporkan cukup untuk dua puluh hari.[3]

Referensi

lihat juga