Dampak Brexit terhadap ekonomiDampak Brexit terhadap ekonomi telah menjadi bahan perdebatan selama referendum keanggotaan Britania Raya di Uni Eropa 2016, dan perdebatan ini masih berlanjut setelah rakyat Britania memutuskan untuk keluar. Para ekonom dan literatur-literatur ekonomi sepakat bahwa Brexit akan menurunkan pendapatan per kapita riil Britania Raya.[1][2][3][4] Selain itu, menurut analisis Perbendaharaan Britania Raya, keanggotaan Uni Eropa sangat berdampak positif terhadap perdagangan, sehingga Britania Raya akan mengalami kerugian jika keluar dari Uni Eropa.[5] Dampak jangka panjangHampir semua ekonom ternama sepakat bahwa jika Britania Raya keluar dari Uni Eropa, ekonomi negara tersebut akan terkena dampak buruk dalam jangka menengah maupun panjang.[6] Hasil survei terhadap kajian-kajian akademik pada tahun 2019 dan 2017 menunjukkan bahwa produk domestik bruto Britania Raya bisa berkurang 1,2–4,5%,[6] sementara pendapatan per kapita negara tersebut juga akan turun 1–10%.[7] Besarnya kerugian tergantung pada jenis Brexit yang akan diwujudkan.[7] Pada Januari 2018, hasil kajian pemerintah Britania Raya terhadap Brexit yang bocor ke umum menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Britania Ray akan terhambat 2–8% dalam kurun waktu 15 tahun setelah Brexit, tergantung pada jenis Brexitnya.[8][9] Menurut kajian yang dilakukan oleh ekonom dari Universitas Cambridge, jika Brexit yang terwujud adalah "hard Brexit" (yaitu jika Britania Raya hanya menggunakan aturan WTO saja), sepertiga ekspor Britania Raya ke Uni Eropa akan bebas tarif, seperempat akan terganjal tarif yang tinggi, sementara sisanya berisiko terkena tarif yang berkisar antara 1–10%.[10] Larinya perusahaan-perusahaanSeusai referendum Brexit, banyak perusahaan yang memindahkan aset, kantor, atau usaha mereka ke Eropa daratan.[11] Pada permulaan April 2019, bank-bank telah memindahkan lebih dari 1 triliun USD dari Britania Raya, sementara perusahaan manajemen investasi dan asuransi telah memindahkan 130 miliar USD dari Britania.[11] Referensi
|