Kopi mandailingKopi mandailing (Inggris: Mandheling coffee) adalah kopi arabika yang berasal dari daerah Mandailing, Pegunungan Bukit Barisan, Sumatra utara. Kopi ini mempunyai citarasa kekentalan yang bagus, keasaman medium, rasa floral dengan akhir rasa yang manis.[1] Dalam buku William H. Ukers (New York, 1922), kopi mandailing dideskripsikan sebagai kopi paling bagus dan termahal di pasar internasional.[2] Pada tahun 1875, Kopi Mandailing berada di harga 79 Florin per Pikul.[3] SejarahTahun 1833 Kolonial Belanda memasuki daerah Mandailing melalui Pelabuhan Natal, Natal, Mandailing Natal, ekonomi kopi mulai sejak tahun 1835 Kolonial Belanda mendatangkan bibit kopi dari Jawa oleh perusahaan NHM milik Raja Willem 1 dan Melakukan pembibitan di Tano Bato, Panyabungan Selatan, Mandailing Natal tahun 1840. Melalui sistem Tanam Paksa, bibit itu kemudian disebar ke daerah Mandailing seperti ke Pakantan, Mandailing Natal dan daerah Angkola. Tahun 1848 tercatat ada 2.800.000 batang kopi dengan produksi biji kopi sebanyak 9,3 ton. Hasil kopi dikumpulkan di gudang Belanda di Tano bato, kemudian dibawa ke pelabuhan Natal melalui jalan darat via Tapus, Lingga Bayu, Mandailing Natal. Dalam pengangkutan, Kolonial Belanda memamfaatkan warga pribumi dengan cara dipikul dari Tanobato ke Pelabuhan Natal yang memakan waktu 15 hari perjalanan pulang-pergi. Tahun 1886, jalur pengangkutan kopi dialihkan dari Pelabuhan Natal ke Pelabuhan Sibolga.[2] Pasar internasionalKopi mandailing diekspor ke Amerika Serikat[1] Jepang,[4] Korea Selatan[5] dan lainnya. Referensi
|