Menurut cerita rakyat, pada abad ke-15 terjadi musim kemarau yang panjang yang mengakibatkan kekurangan air. Rakyat pada waktu itu takut untuk mengambil air dari Danau Tondano karena adanya binatang buas. Mereka kemudian mendengar seekor ayam jantan berkokok dan mencakar di bukit Rinerejan. Hasil cakaran ayam tersebut adalah sebuah lubang yang mengeluarkan air. Kakas adalah singkatan dari kata Ka'kasen atau Ki'na'kas ni ko'ko yang artinya yang dicakar oleh ayam. Untuk mempermudah dalam penyebutan maka disingkatlah Kakas atau dalam penyebutannya Ka'kas.[3]
Demografi
Etnis
Pada Umumnya Mayoritas Penduduk Kecamatan Kakas Berasal Dari Suku Minahasa sebagai penduduk asli daerah tersebut , terdapat Juga Sebagian Kecil Suku Sangir, Gorontalo dan Jawa.
Agama
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2022, penduduk kecamatan Kakas sangat beragam dalam agama yang dianut. Adapun persentasi penduduk Kecamatan Kakas berdasarkan agama yang dianut ialah, yang memeluk agama Kristen sebanyak 99,34% dimana Protestan 94,78% dan Katolik 4,56%, kemudian sebagian lainnya beragama Islam yakni 0,66% .Sementara untuk rumah ibadah terdapat 28 bangunan Gereja.