Seperti wilayah Minahasa lainnya, Kecamatan Kawangkoan memiliki dua musim, yaitu musim kering dan musim hujan. Pada musim hujan (November-April) hujan turun rata-rata sebanyak 23 hari setiap tahunnya, dengan rata-rata curah hujan 244,53 mm per bulan. Pada musim kering curah hujan kurang dari 13 hari, dengan rata-rata curah hujan 177,53 cm per bulan.
Rata-rata kelembapan udara absolut maksimum per bulan 93,93% dan rata-rata kelembapan minimum per bulan 80,50%.
Topografi
Kecamatan Kawangkoan terletak pada ketinggian 400-800 dpl dengan keadaan topografi datar sampai dengan miring. Jenis tanah yang dominan adalah reyosol dan andosol dengan pH 4,5-7,5.
Pemerintahan
Saat ini, kecamatan Kawangkoan terdiri atas 4 desa dan 6 kelurahan pasca dimekarkannya kecamatan Kawangkoan menjadi 3, yakni Kawangkoan Induk, Kawangkoan Barat dan Kawangkoan Utara.
Demografi
Jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah 26,335 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 4,81% per tahun dan kepadatan penduduk adalah 613 jiwa/km persegi. Jumlah angkatan kerjanya diperkirakan 16.811.
Pendidikan
Kecamatan Kawangkoan mempunyai sejumlah fasilitas pendidikan berupa Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar yang terdapat di semua desa dan kelurahan. Di kecamatan ini juga terdapat 6 SMP, 2 SMA, dan 1 Sekolah Menengah Kejuruan dan berbagai fasilitas ibadah.
Kecamatan Kawangkoan terkenal karena objek-objek wisatanya yaitu Bukit Kasih Kanonang, Gua Jepang yang terletak di Kiawa dan Sendangan, pemandian air panas Kinali, air terjun di Kiawa dan Kayuuwi, Bukit Kasih yang memiliki 5 rumah ibadah di puncak bukit dan kl 1000 anak tangga untuk menuju ke sana yang terletak di Kanonang dan pemandangan argowisata yang tersebar di beberapa desa. Sewaktu memasuki daerah pusat kecamatan Kawangkoan terdapat Patung Kacang. Hal ini tidak mengherankan karena daerah ini adalah penghasil kacang se-Sulawesi Utara, kacang yang dihasilkan pun unik karena sebuah kacang dapat berisi antara 4-7 kacang.
Perekonomian
Kecamatan Kawangkoan terkenal dengan produksi kacang sangrai dan bakpau, yang biasa disebut "biapong" di sejumlah tempat lainnya di Indonesia.
Kini hanya ada 3 Rumah Kopi tua yang membuat Biapong Kawangkoan Asli yaitu Rumah Kopi Gembira (berdiri tahun 1946), Rumah Kopi Toronata yang berdiri tahun 1950 dan Rumah Kopi Sarina yang berdiri belakangan. Ketiganya mempunyai kontribusi besar mempopulerkan Bakpao Kawangkoan. Ketiganya mengusung merk yang sama selama puluhan tahun. Seiring waktu muncul bakpao-bakpao lain yang memakai label Bakpao Kawangkoan dan tersebar di kota lain di Indonesia.
kecamatan Kawangkoan sendiri merupakan tempat transit dan persinggahan dari semua daerah yang terdapat di kecamatan ini.
Kecamatan Kawangkoan didukung oleh pusat pertokoan, pasar tradisional, pasar hewan, terminal bus dan angkutan. Pasar hewan di Kawangkoan merupakan barometer pasar hewan yang ada di Provinsi Sulawesi Utara karena pasar di Kawangkoan ini menjadi ajang pertemuan para pedagang hewan khususnya pedagang sapi dan kuda dari seluruh provinsi.