Harimau jawa

Harimau jawa
Periode Late Pleistocene–Holocene
Panthera tigris sondaica Edit nilai pada Wikidata

Harimau Jawa yang difoto oleh Andries Hoogerwerf di Taman Nasional Ujung Kulon, 1938[1]
Status konservasi
Punah
IUCN41681[2]
Taksonomi
KelasMammalia
OrdoCarnivora
SuperfamiliFeloidea
FamiliFelidae
GenusPanthera
SpesiesPanthera tigris
SubspesiesPanthera tigris sondaica Edit nilai pada Wikidata
Temminck, 1844
Tata nama
ProtonimFelis tigris sondaicus Edit nilai pada Wikidata
Distribusi

Edit nilai pada Wikidata
EndemikJawa Edit nilai pada Wikidata

Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) adalah subspesies harimau yang hidup terbatas (endemik) di Pulau Jawa.[3] Harimau ini telah dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis.[4]

Pengenalan

Dibandingkan dengan jenis-jenis harimau di Benua Asia, harimau jawa terhitung bertubuh kecil. Namun harimau ini mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar daripada harimau bali dan kurang lebih sama besar dengan harimau sumatera. Harimau jawa jantan mempunyai berat 100-140 kg, sementara yang betina berbobot lebih ringan, antara 75–115 kg.[5] Panjang kepala dan tubuh hewan jantan sekitar 200-245 cm; hewan betina sedikit lebih kecil.[6]

Habitat dan sebaran

Harimau jawa tercatat menghuni hutan-hutan dataran rendah, hutan belukar, dan mungkin pula berkeliaran hingga ke kebun-kebun wanatani di sekitar perdesaan, karena pernah pada masanya hewan ini dianggap sebagai hama sehingga banyak diburu atau diracun orang.[6][7][8] Wilayah jelajahnya tidak melebihi ketinggian 1.200 m dpl.[9]

Macan ini biasa memangsa babi hutan, rusa jawa, banteng, dan kadang-kadang juga reptil serta burung air.[6]

Harimau jawa diketahui hanya didapati di Pulau Jawa.[10]

Kepunahan

Seekor harimau jawa di Kebun Binatang London, sebelum tahun 1942.

Pada awal abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa. Pada tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Pada tahun 1950-an, ketika populasi harimau jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Pada tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri.

Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau jawa ialah pada tahun 1972. Pada tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di Pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Pada tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverifikasi.[11][12]

Meskipun demikian banyak laporan penampakan harimau jawa di hutan Jateng dan Jatim.[13][14]

Pada akhir tahun 1998 telah diadakan Seminar Nasional harimau jawa di UC UGM yang berhasil menyepakati untuk dilakukan "peninjauan kembali" atas klaim punahnya satwa ini. Hal tersebut karena bukti-bukti temuan terbaru berupa jejak, guratan di pohon, dan rambut, yang diindikasikan sebagai milik harimau jawa. Secara mikroskopis, struktur morfologi rambut harimau jawa dapat dibedakan dengan rambut macan tutul. Oleh karena itu hingga sekarang masih dilakukan usaha pembuktian eksistensi satwa penyandang status punah ini.

Di samping harimau jawa, ada dua jenis harimau yang punah pada abad ke-20, yaitu harimau bali dan harimau kaspia.

Catatan taksonomis dan etimologis

Secara tradisional, harimau jawa ditempatkan sebagai salah satu dari sembilan anak jenis Panthera tigris, yakni P.t. sondaica. Akan tetapi kajian baru-baru ini terhadap beberapa ciri pada tengkorak harimau jawa, dibandingkan dengan beberapa kerabat terdekatnya, menyimpulkan bahwa ia merupakan spesies yang tersendiri; dengan nama ilmiah Panthera sondaica. Di samping itu, kajian juga berpendapat bahwa harimau sumatera pun merupakan spesies penuh, P. sumatrae; sementara harimau bali adalah anak jenis harimau jawa dengan nama trinomial P. sondaica balica.[10]

Yang menarik, walaupun dalam binomial nomenklatur penamaan harimau ini tertera sebagai P.t. sondaica yang bermakna Harimau sunda, namun dalam istilah sehari-hari lebih dikenal sebagai harimau jawa terutama dalam surat kabar dan pemberitaan di media, meskipun pada awalnya memang sempat digunakan istilah Harimau sunda untuk merujuk pada jenis harimau ini, belum diketahui alasan perubahan istilah ini bisa terjadi.[15]

Epitet spesifik sondaica merujuk pada pulau-pulau Sunda Besar, yaitu Sumatra, Jawa, dan Bali di mana ditemukan harimau. Ketika nama itu ditelurkan (1844), belum diketahui bahwa taksa dari Sumatra dan Bali berbeda dengan yang dari Jawa.[16]

Pada tahun 2017, Satuan Tugas Klasifikasi Kucing dari Cat Specialist Group merevisi taksonomi kucing sehingga populasi harimau yang hidup dan punah di Indonesia (harimau sumatera, jawa, dan bali) digolongkan sebagai P. t. sondaica[17]

Penelitian terakhir

Sensus terakhir tentang keberadaan harimau jawa dilakukan selama 1 tahun, yaitu sejak tahun 1999-2000. Survei selama 12 bulan ini berlangsung di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, atas permintaan langsung kepala taman nasional, Indra Arinal, dan didukung oleh Direktur Konservasi Flora dan Fauna, Ir. Koes Saparjadi, karena adanya laporan dari beberapa orang staf taman nasional serta warga setempat yang menduga bahwa harimau jawa masih ada.

Sebanyak 12 staf taman nasional dilatih dengan dibekali 20 unit kamera, selain itu juga mendapat bantuan dari yayasan "The Tiger Foundation" berupa 15 unit kamera inframerah dalam rangka memfasilitasi upaya sensus. Hasil sensus mengatakan bahwa tiidak ada harimau jawa, hanya sedikit mangsa, banyak pemburu liar.[18]

Dugaan penampakan

Sesekali, laporan tidak resmi dari harimau jawa masih muncul dari penggemar yang percaya harimau masih ada di Jawa.[19]

Pada November 2008, sebuah jasad wanita tak dikenal dari pendaki gunung ditemukan di Taman Nasional Gunung Merbabu, Jawa Tengah, yang diduga meninggal karena serangan harimau. Penduduk desa yang menemukan tubuhnya juga mengklaim beberapa penampakan harimau di sekitarnya.[20]

Dugaan penampakan lain terjadi di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, pada bulan Januari 2009. Beberapa warga mengaku telah melihat harimau betina dengan dua anaknya berkeliaran di dekat sebuah desa yang berdekatan dengan Gunung Lawu. Berita ini memicu kepanikan massal. Pemerintah setempat menemukan beberapa jejak segar di lokasi. Namun, pada saat itu, hewan-hewan yang dimaksud sudah lenyap.[21]

Setelah letusan Gunung Merapi pada Oktober 2010, dua warga Indonesia telah mengklaim penampakan dari bekas cakar kucing besar di abu sisa, yang memicu rumor bahwa harimau atau macan tutul berkeliaran di peternakan yang ditinggalkan untuk mencari makanan. Personil dari taman nasional di dekatnya tidak berpikir bahwa itu bekas cetakan kaki dari harimau.[22]

Pada akhir November–Desember 2020, beberapa warga mengaku melihat penampakan satwa liar yang diduga harimau dan berkulit loreng sebanyak dua ekor di sekitar lereng Gunung Wilis, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.[23] Menurut informasi yang diterima Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), ada sekitar lima warga yang melihat penampakan tersebut. Selain itu, warga juga menemukan jejak kaki serta usus binatang yang diduga hasil buruan harimau.[24] Untuk menganggapi laporan dari warga, BKSDA memasang kamera pengintai di beberapa titik pada Januari 2021 untuk memastikan adanya keberadaan harimau jawa.[25]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama seidensticker1987
  2. ^ Goodrich, J.; Lynam, A.; Miquelle, D.; Wibisono, H.; Kawanishi, K.; Pattanavibool, A.; Htun, S.; Tempa, T.; Karki, J.; Jhala, Y.; Karanth, U. (2015). "Panthera tigris": e.T15955A50659951. 
  3. ^ "Javan Tiger". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-12. Diakses tanggal 2013-05-10. 
  4. ^ Seidensticker, J. (1986). "Large Carnivores and the Consequences of Habitat Insularization: ecology and conservation of Tigers in Indonesia and Bangladesh" (PDF). Dalam Miller, S. D.; Everett, D. D. Cats of the world: biology, conservation and management. Washington DC: National Wildlife Federation. hlm. 1−41. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-03-07. Diakses tanggal 2021-11-30. 
  5. ^ Tiger Home: The Javan Tiger - Panthera tigris sondaica
  6. ^ a b c Tiger Tribe: Javan Tiger
  7. ^ The Sixth Extinction: Panthera tigris sondaica
  8. ^ Seidensticker, J. 1987. "Bearing Witness: Observations on the Extinction of Panthera tigris balica and Panthera tigris sondaica". Pages 1–8 in: Tilson, R. L., Seal, U. S. (eds.) Tigers of the World: the biology, biopolitics, management, and conservation of an endangered species. New Jersey:Noyes Publications.
  9. ^ Temminck, C. J. (1844). "Aperçu général et spécifique sur les mammifères qui habitent le Japon et les iles qui en dépendent". Dalam von Siebold, F.; Temminck, C. J.; Schlegel, H; de Haan, W.; Kiichi Nakazawa; Shigeho Tanaka; Nagamichi Kuroda; Yaichirō Okada. Fauna Japonica sive Descriptio animalium, quae in itinere per Japoniam, jussu et auspiciis superiorum, qui summum in India Batava imperium tenent, suscepto, annis 1825 - 1830 collegit, notis, observationibus et adumbrationibus illustravit Ph. Fr. de Siebold. Mammalia. Lugduni Batavorum: Arnz et Socius. hlm. 1–59. 
  10. ^ a b Mazák, J. H.; Groves, C. P. (2006). "A taxonomic revision of the tigers (Panthera tigris)" (PDF). Mammalian Biology. 71 (5): 268–287. doi:10.1016/j.mambio.2006.02.007. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-05-31. Diakses tanggal 2021-09-08. 
  11. ^ "Bambang M. 2002. In search of 'extinct' Javan tiger. The Jakarta Post (October 30)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal 2008-11-17. 
  12. ^ "Harimau jawa belum punah! (Indonesian Javan Tiger website)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-28. Diakses tanggal 2021-02-21. 
  13. ^ "Populasi harimau jawa dikabarkan masih tersisa di hutan Trenggalek". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-25. Diakses tanggal 2013-05-10. 
  14. ^ "Misteri keberadaan harimau jawa". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-26. Diakses tanggal 2013-05-10. 
  15. ^ Rosidi, Ajip (2011). BADAK SUNDA DAN HARIMAU SUNDA Kegagalan Pelajaran Bahasa. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm. 21. ISBN 978-979-419-377-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-16. Diakses tanggal 2021-09-22. 
  16. ^ "Harimau Jawa Panthera Tigris Sondaica". PEDULI KARNIVOR JAWA. 2024-02-20. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-03-21. Diakses tanggal 2024-03-21. 
  17. ^ Kitchener, A.C.; Breitenmoser-Würsten, C.; Eizirik, E.; Gentry, A.; Werdelin, L.; Wilting, A. & Yamaguchi, N. (2017). "A revised taxonomy of the Felidae: The final report of the Cat Classification Task Force of the IUCN Cat Specialist Group" (PDF). Cat News. Special Issue 11.
  18. ^ "Javan Tigers". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-26. Diakses tanggal 2012-07-18. 
  19. ^ Bambang M. (2002). In search of 'extinct' Javan tiger. The Jakarta Post, October 30, 2002.
  20. ^ "DetikNews Nov 17, 2008: Pendaki Wanita Tewas di Gunung Merbabu, Diduga Diterkam Harimau". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-01. Diakses tanggal 2016-04-17. 
  21. ^ "JawaPos 24 Januari 2009: Harimau Teror Warga Ringin Agung". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-18. Diakses tanggal 2016-04-17. 
  22. ^ The Sydney Morning Herald (2010) Tiger rumours swirl below Indon volcano The Sydney Morning Herald, 2 November 2010.
  23. ^ Jejak Harimau Jawa di Gunung Wilis Tulungagung Bikin Warga Resah Liputan 6, 12 Januari 2021
  24. ^ Harimau Jawa Dilaporkan Terlihat di Hutan Wilayah Tulungagung IDN Times, 11 Januari 2021
  25. ^ BKSDA Tambah 4 Kamera Pengintai Harimau Jawa di Tulungagung Factualnews.co, 19 Januari 2021