Rampokan macan, juga ditulis rampok macan atau rampog macan adalah pertarungan kucing besar tradisional Jawa. Macan kumbang atau harimau dilepaskan dari kotak kayu dan dikelilingi oleh para prajurit dengan tombak untuk mencegah mereka keluar dari lingkaran. Rampokan akan berlangsung menjelang akhir Ramadan. Rampokan ini melambangkan pemurnian dan penumpasan kejahatan.[1] Jika harimau dan macan kumbang berhasil menerobos lingkaran tersebut, maka hal itu dianggap sebagai pertanda bencana kelaparan. Ritual ini punah pada awal abad ke-20.[2] Pertarungan antara harimau dan kerbau merupakan bagian pertama dari acara ini pada inkarnasi sebelumnya, namun pada tahun-tahun berikutnya hal ini dihilangkan.[3]
Mengambil tempat di lokasi yang sangat simbolis, di alun-alun, dan menggunakan hewan yang sangat simbolis dalam Budaya Asia Tenggara (harimau dan kerbau), di mana rampokan macan adalah upacara dengan interpretasi budaya yang kaya. Dilihat sebagai penghapusan kejahatan oleh para pengamat Eropa, rampokan macan paling mungkin melambangkan perjuangan kemenangan yang berdaulat terhadap kekacauan yang digambarkan sebagai harimau, dan pemurnian seluruh kerajaan.
Selama abad kedelapan belas dan abad kesembilan belas, simbolisme ritual rampokan macan melemah dan upacara secara bertahap menjadi acara atau festival. Atribut royalti Jawa, itu digunakan oleh kaum bangsawan, priyayi untuk menunjukkan kekayaan dan kekuasaan kaum pangeran bangsawan. Rampokan macan juga dipandang sebagai perjuangan politik simbolis antara VOC dan Pemerintah Jawa.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda melarang rampokan macan pada tahun 1905.
Sumber
R. Kartawibawa, Bakda Mawi Rampog, Balai Pustaka, 1928
Wessing, R., "A tiger in the heart: the Javanese rampok macan", Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 148 (1992), no: 2, Leiden, 287-308
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Rampokan macan.
Artikel bertopik budaya ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.