Gangguan mood

Gangguan mood
Informasi umum
Nama lainGangguan jiwa
SpesialisasiPsikiatri
PenyebabRiwayat keluarga, riwayat diagnosis gangguan mood, trauma, stres atau perubahan besar dalam hidup untuk kasus depresi, penyakit fisik atau penggunaan obat tertentu. Depresi berhubungan dengan penyakit mayor seperti kanker, diabetes, penyakit Parkinson, dan penyakit jantung. Struktur dan fungsi otak untuk kasus gangguan bipolar.[1]
PengobatanAntidepresan, penstabil mood, antipsikotik[1]

Gangguan mood, juga disebut gangguan afektif atau gangguan suasana hati, ialah kelompok kondisi gangguan mental dan perilaku mana saja [2] yang berciri utama gangguan pada suasana hati seseorang. [3] Klasifikasi kelompok ini termuat pada Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, DSM) dan Klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of Diseases, ICD).

Gangguan mood terbagi menjadi tujuh kelompok,[2] yaitu suasana hati yang sangat tinggi, seperti mania atau hipomania; suasana hati tertekan, dengan gangguan yang paling terkenal dan banyak diteliti adalah gangguan depresi mayor (major depressive disorder, MDD) (atau dikenal juga sebagai depresi klinis, depresi unipolar, atau depresi mayor); dan suasana hati yang berganti bergiliran antara mania dan depresi, dikenal sebagai gangguan bipolar (bipolar disorder, BD) (sebelumnya dikenal sebagai depresi manik). Terdapat sejumlah subtipe gangguan depresi atau sindrom kejiwaan yang memiliki gejala yang tidak begitu parah seperti gangguan distimik (mirip dengan MDD tetapi berlangsung lebih lama dan lebih persisten walau seringkali lebih ringan) dan gangguan siklotimik (mirip dengan BD tetapi lebih ringan). [4]

Pada sejumlah kasus, seseorang dapat mengalami lebih dari satu gangguan mood, misalnya gangguan bipolar dan gangguan depresi.[butuh rujukan] Gangguan mood juga dapat disebabkan oleh suatu zat/obat atau suatu kondisi medis yang memicu respons psikiatri.

Awalnya, sebuah kategori yang merangkap seluruh gangguan tersebut dinamai affective disorder (gangguan afektif) dalam usulan Psikiater Inggris Henry Maudsley. [5] Kemudian, istilah ini digantikan mood disorder (gangguan suasana hati) karena istilah baru ini mengacu pada keadaan emosional longitudinal yang mendasari gangguan [6] sedangkan yang lama mengacu pada ekspresi eksternal yang diamati oleh orang lain. [3]

Klasifikasi

Gangguan depresi

  • Gangguan depresi mayor (major depressive disorder, MDD), biasa disebut depresi mayor, depresi unipolar, atau depresi klinis, terjadi ketika seseorang mengalami satu atau lebih episode depresi mayor. Setelah satu episode, penegakan diagnosis gangguan depresi mayor (satu episode) berlaku. Setelah lebih dari satu episode, diagnosis yang ditegakkan adalah gangguan depresi mayor (kambuh/rekuren). Depresi tanpa periode mania kadang disebut depresi unipolar karena mood menetap di "pole" (kutub) bawah, tidak naik menjadi lebih tinggi ke "pole" mania seperti pada gangguan bipolar. Pengidap episode depresi mayor atau gangguan depresi mayor berisiko tinggi bunuh diri. Mencari bantuan dan penanganan dari tenaga kesehatan dapat sangat menurunkan risiko bunuh diri. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa menanyakan kepada teman atau anggota keluarga yang depresi apakah ia pernah memiliki pemikiran bunuh diri ialah cara yang efektif dalam mengidentifikasi mereka yang berisiko dan bukan merupakan hal yang menanamkan ide bunuh diri atau meningkatkan risiko bunuh diri. Studi epidemiologi di Eropa pada akhir abad ke-20 menunjukkan bahwa sekitar 8,5% populasi dunia mengalami gangguan depresi. Semua kelompok umur dapat terkena depresi, bahkan bayi berumur enam bulan yang terpisah dari ibunya mengalami hal ini. Namun demikian, terdapat perbedaan prevalensi MDD karena pengaruh budaya yang "menantang definisi dan diagnosis gangguan psikiatri" seperti pada studi oleh Parker dkk. yang meneliti MDD pada bangsa Tionghoa. Gangguan depresi (juga dikenal sebagai depresi) adalah gangguan jiwa yang umum. Depresi berbeda dari perubahan suasana hati dan perasaan yang umum pada kehidupan sehari-hari. Depresi dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, dapat terjadi pada siapa saja. Mereka yang pernah hidup mengalami pelecehan/kekerasan, kehilangan besar, atau kejadian menekan lain memiliki kemungkinan lebih besar mengalami depresi.
  • Gangguan depresi sering muncul pada tingkat layanan kesehatan primer dan rumah sakit tetapi sering tidak terdeteksi. Gangguan depresi yang tidak disadari dapat memperlambat pemulihan dan memperburuk prognosis penyakit fisik sehingga semua dokter harus dapat mengenali kondisi ini, menangani kasus yang tidak begitu parah, dan mengidentifikasi kasus yang membutuhkan penanganan dari spesialis. Dokter yang mendiagnosis mengenali sejumlah subtipe atau penentu/spesifikasi kondisi:
    • Depresi atipikal (atypical depression, AD) bercirikan positivitas dan reaktivitas mood (anhedonia paradoks), peningkatan berat badan atau nafsu makan yang signifikan, tidur berlebihan atau somnolens (hipersomnia), sensasi berat pada alat gerak yang disebut leaden paralysis, dan kerusakan fungsi sosial sebagai akibat hipersensitivitas terhadap penolakan interpersonal. Kesulitan pengukuran subtipe ini membuat validitas dan prevalensinya dipertanyakan.
    • Depresi melankolis bercirikan kehilangan rasa senang (anhedonia) dalam sebagian besar atau semua kegiatan, kegagalan reaksi terhadap stimulus penyebab rasa senang, kualitas mood depresi yang lebih menonjol daripada rasa sedih atau kehilangan, memburuknya gejala pada pagi hari, terbangun pada dini hari, retardasi psikomotor, kehilangan berat badan berlebihan (bukan anoreksia nervosa), atau rasa bersalah berlebihan.
    • Depresi mayor psikotik (psychotic major depression, PMD), atau depresi psikotik, merupakan istilah untuk episode depresi mayor dengan keadaan melankolis yang mana pasien mengalami gejala psikosis seperti delusi atau, terkadang, halusinasi. Kondisi ini kebanyakan sesuai dengan mood, isi psikosis bertepatan dengan tema depresi.
    • Depresi katatonik ialah bentuk depresi mayor yang parah dan jarang, gejalanya menyangkut gangguan pada perilaku gerak dan lainnya. Pada kondisi ini, seseorang tidak dapat berbicara dan hampir tidak sadar. Di samping itu penderita tidak dapat bergerak atau tampak bergerak tak menentu atau dengan pola yang aneh. Gejala katatonik juga dapat muncul pada skizofrenia, episode mania, atau karena sindrom neuroleptik maligna.
    • Depresi pasca persalinan (postpartum depression, PPD) terdaftar sebagai salah satu spesifikasi depresi pada DSM-IV-TR; mengacu pada depresi hebat, lama, dan terkadang pembuat penderita tidak berdaya melakukan apa-apa, penderita yang dimaksud adalah perempuan yang telah melahirkan. PPD diidap oleh 10–15% perempuan, biasanya bermula dalam tiga bulan setelah persalinan dan berlangsung selama tiga bulan. Secara umum, perempuan mengalami rasa lelah dan sedih jangka pendek pada beberapa pekan setelah persalinan tetapi PPD berbeda karena dapat menyebabkan kesukaran dan gangguan fungsi individu di rumah, tempat kerja, atau pendidikan di samping mungkin masalah pada hubungan dengan anggota keluarga, pasangan, atau teman, atau bahkan ikatan dengan anak yang baru dilahirkan. Penanganan farmakologi gangguan depresi mayor pasca persalinan dan depresi unipolar lain yang dianjurkan pada perempuan yang sedang menyusui mencakup nortriptilin, paroksetin, atau sertralin. Perempuan dengan gangguan mood pada riwayat pribadi atau keluarga memiliki risiko tinggi mengalami PPD.
    • Gangguan disforik prahaid (premenstrual dysphoric disorder, PMDD) ialah bentuk sindrom prahaid yang parah dan membuat penderita tidak berdaya, gangguan ini mengenai 3–8% perempuan yang sedang menstruasi. Kelompok gejala afektif, perilaku, dan somatik PMDD muncul tiap bulan selama fase luteal siklus menstruasi. Gangguan ini dimasukkan ke DSM pada tahun 2013. Patogenesis pastinya belum jelas dan masih menjadi topik penelitian aktif. Penanganan PMDD bergantung besar pada antidepresan yang memodulasi kadar serotonin otak melalui inhibitor pengambilan kembali serotonin dan pencegahan ovulasi melalui kontrasepsi.
    • Gangguan afektif musiman (seasonal affective disorder, SAD), juga dikenal sebagai "winter depression" atau "winter blues", ialah salah satu spesifikasi depresi. Sebagian orang mengalami pola yang mengikuti musim, episode depresi muncul pada musim gugur atau dingin dan berakhir pada musim semi. Diagnosis gangguan ini ditegakkan jika sekurang-kurangnya dua episode terjadi pada musim dengan suhu dingin dan tak satupun episode pada waktu lain selama dua tahun atau lebih. Hipotesis yang biasa digunakan yaitu mereka yang tinggal di daerah dengan lokasi lintang tinggi cenderung mendapatkan paparan cahaya matahari yang lebih sedikit sehingga mengalami SAD lebih tinggi. Namun demikian, bukti epidemiologi untuk ide tersebut tidak kuat, faktor penentu mata mendapatkan cahaya matahari pada musim dingin bukan hanya lokasi lintang. Gangguan ini dianggap dapat ditangani dengan terapi cahaya. SAD juga lebih banyak muncul pada mereka dengan usia yang lebih muda dan biasanya mengenai perempuan daripada laki-laki.
    • Gangguan distimik adalah kondisi yang berhubungan dengan depresi unipolar, masalah kognitif dan fisik yang sama muncul secara nyata tetapi tidak sama parahnya dan cenderung berlangsung lebih lama, biasanya sekurang-kurangnya dua tahun. Penanganan distimia ini secara garis besar sama dengan depresi mayor, meliputi penggunaan antidepresan dan psikoterapi.
    • Depresi ganda (double depression) ialah kondisi dengan mood yang dapat dianggap depresi (distimia) yang berlangsung sekurang-kurangnya dua tahun dan diisi dengan sejumlah periode depresi mayor.
    • Gangguan depresi tanpa spesifikasi (unspecified depressive disorder) terdaftar dengan kode 311 untuk gangguan depresi. Pada DSM-V, gangguan ini meliputi gejala yang merupakan ciri gangguan depresi dan menyebabkan pemburukan fungsi individu yang signifikan tetapi tidak memenuhi kriteria spesifikasi gangguan depresi manapun. Pada DSM-VI, gangguan ini disebut depressive disorder not otherwise specified.
    • Gangguan kepribadian depresi (depressive personality disorder, DPD) ialah diagnosis psikiatri kontroversial seputar gangguan kepribadian dengan ciri depresi. Awalnya, gangguan ini termuat pada DSM-II tetapi dikeluarkan dari DSM-III dan DSM-III-R. Di kemudian hari, DPD dipertimbangkan untuk dimasukkan kembali untuk penegakan diagnosis: gangguan ini dibahas dalam Appendix B pada DSM-IV-TR sebagai topik yang penting untuk diteliti lebih lanjut.
    • Depresi singkat rekuren (recurrent brief depression, RBD) dipisahkan dari gangguan depresi mayor karena perbedaan durasi gangguan. Mereka yang mengidap RBD mengalami episode depresi sekali dalam satu bulan yang masing-masing episodenya berlangsung kurang dari dua pekan dan biasanya kurang dari 2–3 hari. Penegakan diagnosis RBD harus memenuhi syarat: episode-episode tersebut berlangsung sepanjang sekurang-kurangnya satu tahun dan, pada pasien perempuan, tidak bergantung pada siklus menstruasi. Mereka yang menderita depresi klinis dapat mengalami RBD dan begitu pula sebaliknya, kedua penyakit tersebut memiliki risiko yang sama.
    • Gangguan depresi minor, atau depresi minor, mengacu pada depresi yang tidak sepenuhnya memenuhi kriteria diagnosis depresi mayor. Pada gangguan ini, sekurang-kurangnya dua gejala muncul selama dua pekan.

Gangguan bipolar

  • Gangguan bipolar (bipolar disorder, BD) (juga disebut depresi manik atau manic-depressive disorder) ialah kondisi emosional yang tidak stabil dengan ciri siklus abnormal dari fase mood tinggi (mania) dan mood rendah (depresi). Subtipe gangguan ini mencakup:
    • Bipolar tipe I ialah kondisi yang diagnosisnya ditegakkan berdasarkan keberadaan atau riwayat satu atau lebih episode mania atau campuran dengan atau tanpa episode depresi mayor. Episode depresi tidak menjadi persyaratan diagnosis gangguan bipolar ini tetapi biasanya merupakan fase yang dialami di kemudian hari.
    • Bipolar tipe II ialah gangguan dengan kekambuhan (rekurensi) bergantian episode hipomania dan depresi atau episode campuran.
    • Siklotimia ialah bentuk BD dengan rekurensi episode hipomania dan distimia tanpa episode mania ataupun episode depresi mayor.
    • Gangguan bipolar tanpa spesifikasi (bipolar disorder not otherwise specified, BD-NOS) biasa juga disebut sub-threshold bipolar (bipolar di bawah ambang). Gangguan ini berlaku jika pasien mengidap sejumlah gejala pada spektrum bipolar (contohnya gejala mania dan depresi) tetapi tidak sepenuhnya memenuhi syarat spesifikasi formal tiga jenis bipolar sesuai diagnosis DSM-IV yang telah diterangkan.

Sebuah laporan yang diterbitkan pada awal abad ke-21 memperkirakan bahwa 1% populasi dewasa menderita bipolar tipe I, 1% lainnya mengalami bipolar tipe II atau siklotimia, dan sekitar 2–5% mengalami BD-NOS. Selain itu, kemungkinan mengalami BD jika salah satu orang tua didiagnosis demikian ialah 15–30%; jika kedua orang tua mengidap BD maka risikonya menjadi 50–75%; jika saudara mengidap maka 15–25%; dan jika saudara kembar identik maka 70%.

Gangguan akibat zat

Suatu gangguan mood dapat digolongkan terjadi akibat penggunaan suatu zat jika penyebabnya dapat terlacak sebagai efek faal langsung dari obat psikoaktif (atau senyawa kimia lain) atau jika berkembangnya gangguan mood itu beriringan dengan intoksikasi atau putus obat/suatu zat. Selain itu, seseorang dapat mengalami gangguan mood bersamaan dengan gangguan penyalahgunaan suatu zat. Gangguan mood akibat zat memiliki ciri episode mania, hipomania, campuran, atau depresi. Sebagian besar zat dapat menyebabkan gangguan mood yang beragam. Misalnya, zat stimulan seperti amfetamin, metamfitamin, dan kokain dapat menyebabkan episode mania, hipomania, campuran, dan depresi.

Akibat alkohol

Gangguan depresi mayor banyak terjadi pada peminum minuman keras kelas berat dan mereka yang mengidap alkoholisme. Kontroversi pernah muncul tentang kemungkinan mereka yang menyalahgunakan minuman keras dan kemudian mengidap depresi sebenarnya melakukan swamedikasi depresi yang sebelumnya telah ada. Penelitian di awal abad ke-21 berkesimpulan bahwa hal tersebut mungkin benar pada sejumlah kasus tetapi penyalahgunaan alkohol secara langsung menyebabkan depresi pada banyak peminum berat. Partisipan dalam penelitian itu juga diteliti pada waktu kejadian-kejadian penyebab stres dalam kehidupan dan dinilai dengan skala perasaan buruk (Feeling Bad Scale). Partisipan itu juga diteliti pada hal keterikatan mereka dengan teman yang menyimpang, menganggurnya partisipan, serta penggunaan obat/zat dan tindak kriminal oleh pasangan partisipan. Depresi yang disebabkan alkohol dan depresi yang tidak terkait penggunaan alkohol biasanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan riwayat pasien. Depresi dan masalah kesehatan mental lain yang berkaitan dengan penyalahgunaan alkohol dapat disebabkan oleh perubahan kimiawi otak karena kondisi tersebut dapat membaik dengan sendirinya setelah pengidap menahan diri menggunakan minuman keras.

Akibat benzodiazepin

Obat golongan benzodiazepin seperti alprazolam, klonazepam, lorazepam, dan diazepam dapat menyebabkan depresi dan mania. Golongan obat tersebut biasanya digunakan untuk menangani kecemasan, serangan panik, dan insomnia, golongan ini pun biasa disalahgunakan. Mereka yang mengalami kecemasan, gangguan tidur, dan panik biasanya mengalami emosi dan pikiran negatif, depresi, pemikiran bunuh diri, dan seringkali gangguan depresi komorbid. Dalam proses pengobatan dengan benzodiazepin, efek hipnotik dan anksiolisisnya dapat menghilang karena toleransi terhadap obat muncul sedangkan depresi dan sikap impulsif dengan risiko bunuh diri tinggi biasanya masih berlangsung. Gejala tersebut "sering diartikan sebagai eksaserbasi (bertambah parahnya penyakit) atau perkembangan alami gangguan-gangguan yang sudah ada sementara penggunaan zat penenang jangka panjang diabaikan." Obat golongan benzodiazepin tidak mencegah perkembangan depresi, dapat memperparah depresi yang telah ada, dapat menyebabkan depresi pada mereka yang tidak memiliki riwayat penyakit itu, dan dapat berakibat percobaan bunuh diri. Faktor risiko bunuh diri dan percobaan bunuh diri selama penggunaan benzodiazepin mencakup peresepan obat ini dalam dosis tinggi (bahkan tanpa kesalahan penggunaan), intoksikasi (keracunan) obat ini, dan depresi yang dialami pengguna obat ini.

Referensi

  1. ^ a b "Mood Disorders". Cleveland Clinic. Diakses tanggal 2022-06-09. 
  2. ^ a b Sartorius 1993, hlm. 91–93.
  3. ^ a b Sadock & Sadock 2002, hlm. 534.
  4. ^ Carlson & Heth 2007, hlm. [halaman dibutuhkan].
  5. ^ Lewis, AJ (1934). "Melancholia: A Historical Review". Journal of Mental Science. 80 (328): 1–42. doi:10.1192/bjp.80.328.1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 December 2008. 
  6. ^ Berrios, GE (1985). "The Psychopathology of Affectivity: Conceptual and Historical Aspects". Psychological Medicine. 15 (4): 745–758. doi:10.1017/S0033291700004980. PMID 3909185. 

 

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia