Gangguan siklotimik adalah gangguan perubahan suasana hati yang memiliki sedikit kemiripan dengan gangguan bipolar, hanya saja kondisi yang dialami penderitanya lebih ringan. Penyandangnya memiliki fase depresi ringan dan hipomania yang terjadi bergantian dan fase stabil bisa muncul di antara dua fase ini.[1] Gangguan ini tergolong langka dan biasanya dialami oleh remaja.[2]
Penyebab
Gagguan siklotimik bisa disebabkan oleh genetika, perbedaan cara kerja otak dan masalah lingkungan hidup. Persoalan genetika berkaitan dengan kondisi siklotimik dalam lingkup keluarga. Perbedaan cara kerja otak misalnya terjadi perubahan neurobiologi otak. Sedangkan masalah lingkungan berkaitan dengan pengalaman traumatis atau stres berkepanjangan.[3]
Diagnosa
Menurut DSM-5, kriteria diagnosa gangguan ini adalah:[4]
- Terjadi setidaknya 2 tahun (atau 1 tahun pada anak-anak), dengan bebrapa periode yang memiliki gejala hipomania namun tidak bisa langsung masuk ke kriteria fase hipomania dan beberapa periode dengan gejala depresif namun juga tidak masuk ke kriteria fase depresif mayor.
- Dalam jangka 2 tahun tersebut (atau 1 tahun pada anak-anak), ada episode hipomania dan depresif yang hadir paling tidak setengah dari waktu yang ada dan 2 bulan tanpa episode tersebut.
- Kriteria depresif mayor, mania, atau hipomania, tidak pernah terpenuhi
- Kriteria paling awal juga tidak bisa dijelaskan dengan gangguan skizoafektif, skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional, atau spektrum skizofrenia dan psikotik lainnya
- Gejala-gejala yang muncul tidak terkait efek sampung penggunaan substansi tertentu (misalnya penggunaan narkoba, pengobatan) atau kondisi medis lain (misalnya hipertiroidisme
- Gejala-gejala tersebut menyebabkan tekanan atau gangguan secara klinis dalam fungsi sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.
Pengobatan
Kondisi siklotimia membutuhkan pengobatan seumur hidup karena bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan hubungan dengan orang lain. Penyandangnya memerlukan terapi kesehatan dan terapi kognitif. Pada kondisi tertentu, psikiater dapat memberikan obat tertentu. Suasana hati pengidap gangguan siklotimik dapat dikendalikan dengan memberikan obat lithium. Dapat pula diberi obat antikejang seperti lemotrigin, asam valproat, dan natrium divalproex. Pengidap gangguan siklotimik juga dapat diberikan obat antikecemasan, seperti benzodiazepin. Obat lain yang dapat diberikan ialah antipsikotik atopikal, seperti olanzapine, quetiapine, dan risperidone. Selain itu, pengidap gangguan siklotimik juga dapat diberikan obat antidepresan.[5]
Risiko lebih lanjut
Jika tidak ditangani, gangguan siklotimik dapat berkembang menjadi permasalahan emosi yang mengganggu fungsi hidup. Gangguan siklotimik dapat mengakibatkan terjadinya gangguan bipolar atau i gangguan kecemasan yang berujung kepada penyalahgunaan narkoba atau pemikiran bunuh diri atau tindakan percobaan bunuh diri.[3]
Referensi