Ia masuk kolese Fransiskan pada 1938 sampai 1948 saat rezim KomunisEnver Hoxha menutup kolese tersebut dalam arus sentimen dan penganiayaan anti-agama. Ia diangkat menjadi pendeta pada 7 April 1956.
Pada 24 Desember 1963, ia ditahan oleh otoritas Komunis karena ia mengadakan Misa dalam mengenang pembunuhan Presiden John Fitzgerald Kennedy. Ia dihukum mati, tetapi hukumannya dialihkan menjadi penjara dan buruh paksa selama 25 tahun. Ia dibebaskan setelah 18 tahun. Pada akhir 1990an, ia menjalani pelayanannya di beberapa desa Albania.
Pada 21 September 2014, ia bertemu Paus Fransiskus pada kunjungan apostoliknya ke Albania dan menyambut Paus dengan testimoninya sendiri saat pengalamannya di bawah rezim Komunis.[2]
Pada 9 Oktober 2016,[3] Paus Fransiskus mengumumkan bahwa ia akan mengangkat Simoni menjadi Kardinal dalam sebuah konsistori yang diadakan pada 19 November tahun yang sama. Berusia lebih dari 80 tahun, Simoni tak akan ikut dalam konklaf apapun pada masa mendatang.[4] Ia diberi dispensasi istimewa tidak ditahbiskan menjadi uskup sebelum konsistori tersebut.