Eksplorasi Tiongkok

Eksplorasi Tiongkok meliputi perjalanan mengeksplorasi, menyelidiki, dan/atau menjelajah yang dilakukan oleh Tiongkok ke luar negeri, melalui darat dan laut, dari perjalanan Zhang Qian (diplomat Dinasti Han) ke Asia Tengah pada abad ke-2 SM hingga pelayaran harta karun Dinasti Ming pada abad ke-15 yang melintasi Samudra Hindia dan mencapai Afrika Timur.

Eksplorasi darat

Pegunungan Pamir dan sekitarnya

Negara-negara yang digambarkan dalam laporan Zhang Qian (negara-negara yang dikunjungi disorot dengan warna biru).

Pada abad ke-2 SM, utusan Han Barat, Zhang Qian, melakukan perjalanan ke sekitar Cekungan Tarim memperkenalkan Tiongkok pada kerajaaan-kerajaan di Asia Tengah, Persia Helenistik, India, dan Timur Tengah dalam rangka mencari sekutu untuk melawan Xiongnu.

Tahun 104 hingga 102 SM, Kaisar Wu dari Han memerangi "Yuezhi" yang mengendalikan "Dayuan", suatu kerajaan Helenisasi di Fergana yang didirikan oleh Raja Makedonia, Aleksander Agung pada tahun 329 SM. Kaisar Wu juga memperluas wilayah Han ke luar koridor Gansu hingga ke Kawasan Barat, yang sekarang bernama Xinjiang. Kendali militer Han atas wilayah itu ditetapkan dengan Protektorat Kawasan Barat, tapi negara-negara Cekungan Tarim hanya berada di bawah kendali Han sebagai negara pembayar upeti di perbatasan barat.

Tahun 97 M, Gan Ying diutus oleh Jenderal Ban Chao untuk suatu misi ke Kekaisaran Romawi. Tetapi, perjalanannya hanya mencapai Teluk Persia wilayah Kekaisaran Partia. Ia menerima informasi yang salah bahwa perjalanan menuju Roma sangat berat di sekitar Semenanjung Arabia.[1] Meskipun demikian, ia kembali ke istana Han dengan laporan yang menggambarkan peradaban Mediterania Romawi Kuno (yang disebut "Daqin" dalam historiografi Tiongkok).[1] Setelah penemuan awal itu, fokus eksplorasi Tiongkok beralih melalui maritim, meskipun Jalur Sutra menuju Europa terus menjadi sumber perdagangan Tiongkok yang paling menguntungkan.

Penziarahan biksu Buddha, Xuanzang, dari Chang'an ke Nalanda di India tidak hanya meningkatkan pengetahuan tentang agama Buddha di Tiongkok, yang mengembalikan lebih dari 650 naskah, termasuk Sutra Hati dan Kesempurnaan Kebijaksanaan, serta menginspirasi novel yang sangat berpengaruh Perjalanan ke Barat, tapi juga mendorong penyebaran laporan Xuanzang berupa Catatan Tang Agung mengenai Kawasan Barat, suatu naskah yang menjadikan Tiongkok mengenal kota-kota India, seperti pelabuhan Kalikut, dan mencatat banyak detail mengenai Benggala abad ke-7.

Eksplorasi maritim

Laut Tiongkok Selatan

Sebelum kompas pelaut diciptakan oleh bangsa Tiongkok pada abad ke-11, navigasi mengandalkan angin muson musiman, yang bertiup dari zona ekuator ke utara pada musim panas dan ke selatan pada musim dingin.[2] Kemungkinan besar hal itu menjelaskan alasan para penjelajah Neolitikum dari Tiongkok daratan dengan mudah dapat berpindah ke pulau Taiwan pada zaman prasejarah.[2] Setelah mengalahkan negara terakhir dari Negara-Negara yang Berperang dan mengonsolidasikan satu kekaisaran Tiongkok sejati, angkatan laut Tiongkok dari periode Dinasti Qin (221–206 SM) membantu invasi darat ke Guangzhou dan utara Vietnam (pertama kali disebut Jiaozhi kemudian menjadi Annan,[2] separuh Vietnam bagian utara tidak sepenuhnya merdeka dari kekuasaan Tiongkok hingga tahun 938 M). Tahun 1975, hasil penggalian di Guangzhou menemukan satu galangan kapal kuno yang diperkirakan berasal dari awal Dinasti Han (202 SM - 220 M). Galangan itu memiliki tiga platform mampu membangun kapal-kapal berukuran panjang sekitar 30 m (98 ft), lebar 8 m (26 ft), dan dapat menahan beban 60 ton metrik.

Pada Zaman Tiga Negara, para penjelajah dari Wu Timur diketahui sering menjelajahi pantai. Penjelajah paling penting adalah Zhu Ying dan Kang Tai yang dikirim oleh Gubernur Guangzhou dan Jiaozhi Lü Dai pada awal abad ke-3. Keduanya menulis buku masing-masing, tapi hilang pada abad ke-11. Catatan tentang Keingintahuan mengenai Phnom (t 扶南異物誌, s 扶南异物志, Fúnán Yìwù Zhì) tulisan Zhu secara keseluruhan dan Kisah tentang Negara-Negara Asing Selama Periode Wu (t 吳時外國傳, s 吴时外国传, Wúshí Wàiguó Zhuàn) tulisan Kang hanya bertahan sebagai referensi yang tersebar pada tulisan-tulisan lain, termasuk Shuijing Zhu dan Yiwen Leiju.

Kemudian, pada masa Jin Timur, seorang pemberontak bernama Lu Xun berhasil menahan serangan tentara kekaisaran selama seratus hari pada tahun 403 sebelum berlayar ke Laut Tiongkok Selatan. Selama enam tahun, ia menguasai Panyu, pelabuhan terbesar di selatan saat itu.

Asia Tenggara

Antara abad ke-15 dan 18, sebagian besar Asia Tenggara dieksplorasi oleh pedagang-pedagang Tiongkok. Pada saat itu, beberapa bagian Malaysia ditempati oleh keluarga-keluarga Tiongkok dan dibentuk garnisun-garnisun Tiongkok.[3] Demikian pula di utara Jawa, beberapa pedagang Tiongkok mulai menetap pada tahun 1400-an dan setelah Tiongkok kembali melegitimasikan perdagangan luar negeri pada tahun 1567 (dengan memberikan lisensi 50 kapal dagang setiap tahun), ratusan koloni perdagangan Tiongkok berkembang di kawasan yang sekarang menjadi Malaysia, Indonesia, dan Filipina.[4]

Lihat pula

Referensi

Kutipan

  1. ^ a b Crespigny (2007), pp. 239–240.
  2. ^ a b c Fairbank, 191.
  3. ^ Wong Tze Ken, Danny (2016). "Early Chinese Presence in Malaysia as Reflected by three Cemeteries (17th-19th c.)". Archipel (92): 9–21. doi:10.4000/archipel.280. 
  4. ^ Reid, Anthony (1999), "Chinese and Southeast Asian interactions", in Pan, Lynn, The Encyclopedia of the Chinese Overseas, Cambridge, MA: Harvard University Press, pp. 51–53, ISBN 978-0-674-25210-3.

Sumber

  • Bowman, John S. (2000). Columbia Chronologies of Asian History and Culture. New York: Columbia University Press.
  • Chen, Yan (2002). Maritime Silk Route and Chinese-Foreign Cultural Exchanges. Beijing: Peking University Press. ISBN 7-301-03029-0.
  • de Crespigny, Rafe (2007). A Biographical Dictionary of Later Han to the Three Kingdoms (23–220 AD). Leiden: Koninklijke Brill. ISBN 978-90-04-15605-0.
  • Fairbank, John King and Merle Goldman (1992). China: A New History; Second Enlarged Edition (2006). Cambridge: MA; London: The Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 0-674-01828-1
  • Levathes (1994). When China Ruled the Seas. New York: Simon & Schuster. ISBN 0-671-70158-4.
  • Needham, Joseph (1986). Science and Civilization in China: Volume 4, Physics and Physical Technology, Part 2, Mechanical Engineering. Taipei: Caves Books Ltd.
  • Needham, Joseph (1986). Science and Civilization in China: Volume 4, Physics and Physical Technology, Part 3, Civil Engineering and Nautics. Taipei: Caves Books Ltd.
  • Sastri, Nilakanta, K.A. The CōĻas, University of Madras, Madras, 1935 (Reprinted 1984).
  • Shen, Fuwei (1996). Cultural flow between China and the outside world. Beijing: Foreign Languages Press. ISBN 7-119-00431-X.
  • Sivin, Nathan (1995). Science in Ancient China: Researches and Reflections. Brookfield, Vermont: VARIORUM, Ashgate Publishing.
  • Sun, Guangqi (1989). History of Navigation in Ancient China. Beijing: Ocean Press. ISBN 7-5027-0532-5.
  • Wang, Zhongshu. (1982). Han Civilization. Translated by K.C. Chang and Collaborators. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-02723-0.

 

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia