Ekspansi Timuriyah ialah serangkain peristiwa penaklukan dan invasi Kekaisaran Timuriyah dimulai pada 1363 M, setelah menaklukan Kekhanan Chagatai dan berakhir pada awal abad ke-15 dengan keruntuhan Kekaisaran Timuriyah. Timur Lenk pendiri Dinasti dan Kekaisaran Timuriyah adalah panglima dengan perang skala besar dan fakta bahwa dirinya nyaris tak terkalahkan dalam berbagai pertempuran, ia telah dianggap sebagai salah satu komandan militer paling sukses sepanjang masa. Ekspansi ini mengakibatkan supremasi Timuriyah atas Asia Tengah, Persia (Iran), Kaukasus, Levant, sebagian Asia Selatan dan Eropa Timur, dengan pembentukan Kekaisaran Timuriyah 1370 M.[1] Para ahli memperkirakan bahwa kampanye militernya menyebabkan kematian 17 juta jiwa, berjumlah sekitar 5% dari populasi dunia pada saat itu.[2]
Timur Lenk memperoleh kekuasaan dari sisa Kekhanan Chagatai Barat (Transoxiana) setelah mengalahkan Amir Husain, dalam Pertempuran Balkh tetapi aturan yang ditetapkan oleh Jenghis Khan mencegahnya menjadi Khagan karena dia keturunan langsung Jenghis Khan. Untuk mensiasatinya, Timur mengangkat Soyurgatmish, Khan boneka keturunan dari Ogedei. Setelah itu, ia meluncurkan kampanye militer besar-besaran ke segala arah dan mengukuhkan kekuasaannya atas sebagian besar Timur Tengah dan Asia Tengah. Timur tidak pernah mengadopsi gelar Kaisar atau Khalifah dan mempertahankan gelar Amir.[3]
Untuk melegitimasi kekuasaan dan kampanye militernya, Timur menikahi janda Husain, Saray Mulk Khanum yang masih keturunan Jenghis Khan. Dengan begitu dia menyebut dirinya Temur Gurkhan (menantu Khan Agung, Jenghis Khan). Kejayaan Kekaisaran Timuriyah di Transoxiana dan Asia Tengah serta pengaruh Timur atas Kesultanan Mamluk Kairo, Kesultanan Utsmaniyah, Kesultanan Delhi dan Gerombolan Emas, mulai melemah setelah kematiannya, karena perang suksesi antara putranya dan cucu Shahrukh Mirza dan Khalil Sultan. Namun, Kesultanan Mughal yang didirikan oleh cicitnya Babur di anak benua India mewarisi Dinasti Timuriyah dan bertahan sampai pertengahan abad ke-19.[3]
Asia Tengah
Timur menjadi kepala suku Barlas (suku Asia Tengah) dan memperoleh wilayah yang luas dengan membantu Amir Husain, seorang pangeran Qara'unas dan penguasa de facto Kekhanan Chagatai Barat. Ketika Tughlugh Timur mengangkat putranya Ilyas Khoja sebagai gubernur Mawarannahr, Timur dan Amir Husain memberontak melawan Ilyas Khoja tetapi dikalahkan oleh tentara Khoja di Tashkent. Ilyas Khoja bergerak menuju Samarkand tetapi dikalahkan oleh pasukan Timur dan dipaksa mundur kembali ke Chagatai Timur. Dengan begitu, Timur menjadi penguasa Samarkand.[4]
Pada 1370 Timur memutuskan untuk menyerang Amir Husain di Balkh. Setelah melintasi sungai Amu Darya di Termez, mulai mengepung kota. Tentara Husain keluar dari kota untuk menyerang pasukan Timur. Pada pada hari kedua pertempuran, pasukan Timur berhasil masuk ke kota. Husain mengurung diri di dalam benteng, membiarkan pasukan Timur untuk menjarah kota. Setelah merebut kota, Timur mengeksekusi Khabul Shah, Khan boneka Chagatai Barat dan mengangkat Suurgatmish di atas takhta Khan sebagai boneka Timur. Hal ini membuat Timur menjadi kekuatan utama di Mawarannahr dan Chagatai Barat dalam supremasi Asia Tengah.[4]
Asia Selatan
Pada tahun 1398, Timur memulai kampanyenya menuju anak benua India (Hindustan). Pada saat itu kekuatan dominan anak benua adalah dinasti Tughlaq dari Kesultanan Delhi. Timur memulai perjalanannya dari Samarkand dan menginvasi bagian utara India (sekarang Pakistan dan India Utara) dengan menyeberangi Sungai Indus pada tanggal 30 September 1398. Pasukan Timuriyah pertama-tama menjarah Tulamba dan kemudian Multan pada Oktober 1398. Sebelum invasi Timur ke Delhi, cucunya Pir Muhammad telah memulai ekspedisinya dengan merebut benteng Bhatner dan menghadapi perlawanan dari Gubernur Meerut. Dengan begini, Timur telah mengalahkan semua pusat administrasi penting Kesultanan Delhi sebelum kedatangannya ke Delhi.[5]
Pertempuran antara Sultan Nasir-ud-Din Tughlaq yang bersekutu dengan Mallu Iqbal dan Timur terjadi pada tanggal 17 Desember 1398. Pasukan India memiliki gajah perang dengan gading yang dipasangi tombak beracun, memberikan kesulitan bagi pasukan Timuriyah seperti yang dialami pasukan Tatar. Pada akhirnya pasukan Nasir-ud-Din Tughlaq dikalahkan dan melarikan diri dengan sisa-sisa pasukannya. Setelah pertempuran, Timur mengangkat Khizr Khan al Sayyid, Gubernur Multan sebagai Sultan baru Kesultanan Delhi sebagai mandala upeti Timuriyah. Penaklukan Delhi adalah salah satu kemenangan terbesar Timur, bisa dibilang melampaui Darius Agung, Alexander Agung dan Jenghis Khan karena kondisi perjalanan yang keras dan pencapaian mengalahkan kota terkaya di dunia pada saat itu. Delhi menderita kerugian besar karena ini dan membutuhkan waktu satu abad untuk pulih.[3]
Asia Barat
Setelah kematian Abu Sa'id, penguasa Ilkhanat pada tahun 1335, terjadi kekosongan kekuasaan di Persia. Pada akhirnya, Persia terpecah di antara Muzaffarid, Kart, Eretnid, Chobanid, Injuid, Jalayirid, dan Sarbadar. Pada tahun 1383, Timur memulai penaklukan militernya yang panjang atas Persia, meskipun ia telah menguasai sebagian besar Khorasan Persia pada tahun 1381, setelah Khwaja Mas'ud, dari dinasti Sarbadar menyerah. Timur memulai kampanye Persianya dengan Herat, ibu kota dinasti Kartid menghancurkan kota dan membantai sebagian besar warganya; kelak Shah Rukh memerintahkan merekonstruksi kota ini sekitar 1415. Timur kemudian mengirim seorang Jenderal untuk menangkap pemberontak Kandahar. Dengan dudukinya Herat, dinasti Kart menyerah dan menjadi bawahan Timuriyah, kemudian akan dianeksasi langsung pada tahun 1389 oleh Miran Shah.[6]
Timur awalnya mengirim seorang duta besar ke Damaskus, namun dieksekusi oleh Sudun, raja muda Mamluk. Pada tahun 1400, ia memulai perang dengan Nasir-ad-Din Faraj sultan Mamluk Mesir dan menyerbu Suriah. Pasukan Timur merebut Aleppo pada November 1400, dengan membantai banyak penduduk. Setelah merebut Aleppo, Timur melanjutkan serangannya merebut Hamat, Homs dan Baalbek, kemudian mengepung Damaskus.[7]
Setelah penaklukan Damaskus, Kesultanan Utsmaniyah.masuk dalam konflik dengan Timur. Bayezid menuntut upeti dari salah satu Beylik Anatolia yang telah berjanji setia kepada Timur dan mengancam akan menyerang. Timur menafsirkan tindakan itu sebagai penghinaan terhadap dirinya dan pada tahun 1400 menjarah kota Sebaste (Sivas modern), wilayah Utsmaniyah. Timur kemudian mengalahkan Sultan Bayezid dalam Pertempuran Ankara.[8]
Kaukasus
Kerajaan Georgia, sebuah kerajaan Kristen yang mendominasi sebagian besar Kaukasus, ditaklukkan berkali-kali oleh Timur antara 1386 dan 1403. Konflik-konflik ini terkait erat dengan perang antara Timur dan Tokhtamysh, Khan terakhir dari Gerombolan Emas. Dia secara resmi menyatakan invasinya sebagai jihad melawan non-Muslim. Meskipun Timur menginvasi Georgia berkali-kali namun ia tidak pernah menjadikan Georgia sebagai negara Muslim.[3]
Konflik pertama Timur di Kaukasus merupakan tanggapan terhadap serangan Tokhtamysh ke Iran Utara melalui tanah Kaukasia pada tahun 1385. Setelah menguasai Azerbaijan dan Kars, Timur bergerak ke Georgia. Pertama dia menyerang Samtskhe atabegate, kepangeranan di Kerajaan Georgia, kemudian mengepung Tbilisi dimana raja Georgia Bagrat V berada. Kota itu jatuh pada 21 November 1386 dan Raja Bagrat V ditangkap. Namun Bagrat V dibebaskan bersama 12.000 tentaranya untuk membangun kembali Georgia sebagai bawahan Timur. Pada tahun-tahun berikutnya Timur menginvasi Georgia berkali-kali dan selalu menang di sebagian besar pertempuran. Pada musim semi 1387, ia kembali ke Georgia untuk membalas serangan Raja Georgia. Pada 1394, ia merebut kembali provinsi timur Georgia selama perang Tokhtamysh–Timur.[9]
Pada tahun 1395 orang-orang Georgia yang putus asa bersekutu dengan Sidi Ali dari Shaki dan menangkap pangeran Tahir dari Jalayirid. Peristiwa ini mendorong Timur untuk menginvasi kembali Geogria pada tahun 1399. Dia menduduki Shaki dan menghancurkan wilayah tetangganya, Kakheti. Pada musim semi tahun 1400, Timur mundur dengan menghancurkan negara Georgia untuk selamanya. Ia menuntut agar George VII menyerahkan pangeran Tahir tetapi George VII menolak dan terjadi pertempuran di Sungai Sagim Kartli Hilir, namun Georgia mengalami kekalahan.[10]
Pada akhir 1401, Timur menginvasi Kaukasus sekali lagi. George VII memohon perdamaian dan mengirim saudaranya untuk bernegosiasi. Timur berdamai dengan George VII dengan syarat bahwa Raja Georgia memasok pasukan selama kampanyenya melawan Kesultanan Utsmaniyah dan memberikan hak istimewa khusus kepada umat Islam. Timur kembali ke Erzurum pada tahun 1402, untuk menghukum raja Georgia karena tidak datang untuk menyampaikan ucapan selamat atas kemenangannya melawan Utsmaniyah. George VII harus membayar upeti besar atas nama Timur. Akhirnya Timur berdamai dengan George VII dan meninggalkan Kaukasus secara permanen.[10]
Eropa Timur
Gerombolan Emas adalah pecahan dari Kekaisaran Mongol yang mendominasi Eropa Timur. Setelah kematian Jochi, pemimpin Gerombolan Emas sekaligus putra tertua Jenghis Khan, Gerombolan Emas terpecah menjadi sayap Putih dan Biru. Timur awalnya membantu Tokhtamysh melawan pamannya Urus Khan untuk mengambil alih kekuasaan tertinggi di sayap Putih dan kemudian menyatuan Golden Horde. Timur juga mendukungnya untuk menyerang Keharyapatihan Moskwa pada tahun 1382 dan mendapatkan upeti.[11] Namun, Tokhtamysh menginvasi Azerbaijan dan Iran Barat Laut pada tahun 1385 ketika Timur sibuk dalam penaklukan Persia. Tokhtamysh menjarah Tabriz. Timur marah besar dan mengakibatkan perang skala besar di antara mereka. Pertempuran awal terjadi di Sungai Volga pada tahun 1391 yang menjadi kemenangan bagi Timur dan memungkinkan Tokhtamysh dengan pasukannya yang tersisa untuk melarikan diri. Meskipun kalah, Tokhtamysh memulihkan posisinya dan pada musim semi 1395 menyerbu Shirvan, wilayah Timuriyah.[12]
Pada 1395, Timur mengalahkan Tokhtamysh dalam Pertempuran Sungai Terek dan mengakhiri konflik di antara mereka. Pada tahun yang sama, Timur juga menjarah Sarai, ibu kota Gerombolan Emas dan kota-kota penting lainnya termasuk Ukek, Majar, Azaq dan Astrakhan. Setelah pertempuran Sungai Terek, Tokhtamysh digulingkan dan melarikan diri ke stepa Ukraina untuk meminta bantuan dari Vytautas dari Lithuania tetapi mereka juga dikalahkan dalam pertempuran Sungai Vorskla. Timur menempatkan Edigu menggantikan Tokhtamysh, Gerombolan Emas menjadi mandala uperti Timur dan dengan begitu batas-batas Kekaisaran Timuriyah telah diamankan.[9]
Manz, Beatrice Forbes (1999). The Rise and Rule of Tamerlane (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN9780521633840. Diakses tanggal 21 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Hookham, Hilda (1962). Tamburlaine the Conqueror. Hodder and Stoughton. OCLC906138556. Diakses tanggal 22 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Minorsky, Vladimir (1993). E. J. Brill's First Encyclopaedia of Islam, 1913–1936. Tbilisi: Brill. ISBN90-04-08265-4.Parameter |translate= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
Dahmus, Joseph Henry (1983). "Angora". Seven Decisive Battles of the Middle Ages. Burnham Incorporated Pub.
Darwin, John (2008). After Tamerlane: the rise and fall of global empires, 1400–2000. Bloomsbury Press. hlm. 29, 92. ISBN978-1-59691-760-6.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
Kumāra, Mahendra; Śarmā, Parameśa; Siṃha, Rājapāla (1991). Jāṭa balavāna: Jāṭa itihāsa (dalam bahasa Hindi). Madhura-Prakāśana. Diakses tanggal 22 November 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Mallu, who later received the title of Iqbal Khan, was a noble in Siri and an ally of Muqarrab Khan, but later on betrayed him and Nusrat Khan, and allied with Nasir-ud-din Mahmud Shah. History Of Medieval India; V. D. Mahajan p.205
Rafis Abazov, Palgrave Concise Historical Atlas of Central Asia, (Palgrave Macmillan, 2008), 56.