Zāhir ud-Dīn Muḥammad (ﻇﻬﻴﺮ ﺍﻟﺪﻳﻦ محمد بابر, 14 Februari 1483 – 26 Desember 1530), atau lebih dikenal dengan julukannya Babur (bahasa Persia: بابر, harimau) ialah seorang penakluk Muslim dari Asia Tengah dan pendiri Kekaisaran Mughal di India. Dia merupakan keturunan langsung Timur Lenk melalui keluarga bapaknya dan keturunan Genghis Khan melalui keluarga ibunya.[2]
Latar belakang
Babur lahir pada tanggal 14 Februari 1483 di kota Andizhon, Lembah Fergana. Ayahnya adalah penguasa kawasan Fergana, Umar Syaikh Mirza II. Ibunya adalah Qutlugh Nigar Khanum.
Babur berasal dari suku Barlas, yang berasal dari Mongol dan menganut budaya Turki[3] dan Persia.[4] Mereka juga telah masuk Islam berabad-abad sebelumnya dan tinggal di Turkestan dan Khorasan Raya. Selain bahasa Chaghatai, Babur juga fasih berbahasa Persia, lingua franca petinggi wangsa Timur.[5]
Berkuasa di Asia Tengah
Penguasa Fergana
Babur mewarisi kawasan Fergana menggantikan ayahnya yang meninggal pada tahun 1494, saat dirinya masih berusia 11 tahun. Namun dua pamannya menginginkan agar Jahangir, adik Babur yang menjadi penguasa Fergana. Mereka berusaha untuk menyingkirkan Babur, dirinya mampu mengamankan tahtanya terutama karena bantuan nenek dari pihak ibu, Aisan Daulat Begum.
Pada tahun 1497, ia mengepung Samarkand selama tujuh bulan sebelum akhirnya menguasainya. Sementara itu, pemberontakan terjadi di kampung halamannya (Fergana), sekitar 350 kilometer (220 mil) jauhnya, yang dilakukan oleh para bangsawan yang menyukai saudaranya (Jahangir) untuk merampas Fergana darinya. Dan saat yang sama juga kehilangan Samarkand.
Selama tiga tahun, Babur berkonsentrasi membangun pasukan yang kuat, khususnya merekrut banyak orang Tajik di Badakhshan. Pada tahun 1500–1501, ia kembali mengepung Samarkand dan merebut kota itu untuk sementara waktu, namun ia kemudian dikepung oleh saingannya yang paling tangguh, Muhammad Shaybani, Khan dari Uzbek.
Situasi menjadi sedemikian rupa sehingga Babar terpaksa memberikan saudara perempuannya, Khanzada, kepada Shaybani untuk dinikahkan sebagai bagian dari penyelesaian damai. Baru setelah itu Babur dan pasukannya diizinkan meninggalkan kota dengan selamat. Samarkand, obsesi seumur hidupnya, hilang lagi. Dia kemudian mencoba merebut kembali Fergana, tetapi kalah dalam pertempuran di sana juga dan melarikan diri dengan sekelompok kecil pengikut, dia mengembara di pegunungan Asia Tengah dan berlindung di suku pegunungan. Pada tahun 1502, dia telah melepaskan semua harapan untuk memulihkan Fergana.
Keluarga
Ayah
Umar Sheikh Mirza II, Amir Lembah Ferghana putra Sultan Abu Sa'id Mirza, Kaisar Timurid dan Shah Sultan Begum.
Ibu
Qutlugh Nigar Khanum putri Yunus Khan, Kaisar Mongolistan atau Morghul Khanate dan Aisan Daulat Begum.
Permaisuri Padishah Begum
Maham Begum wanita pertama yang menggunakan gelar padshah begum. Dia merupakan istri ketiga Babur.
Ratu
Aisha Sultan Begum putri Sultan Ahmed Mirza dan Qutaq Begum. Istri pertama dan sepupu Babur dari pihak ayah. Meninggalkan Babur setelah kalah di Ferghana dan kembali ke rumah ayahnya.
Zainab Sultan Begum putri Sultan Mahmud Mirza dan Khanzada Begum, sepupu Babur dari pihak ayah. Ia adalah istri Babur yang latar belakangnya paling kuat.
Masuma Sultan Begum putri bungsu Sultan Ahmed Mirza dan Habiba Sultan Begum. Ia juga saudari tiri Aisha Sultan Begum.
Bibi Mubarika putri Malik Shah Mansur, Kepala Suku Pashtun Yusufzai. Ia juga disebut sebagai Afghani Aghacha dalam Humayun-nama.