Danau Tarusan Kamang terletak di Jorong Babukik dan Jorong Halalang, Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.[1] Danau ini terbilang unik karena hanya berisi air pada musim-musim tertentu. Suatu waktu terlihat begitu luas, tetapi dalam waktu yang tidak bisa diperkirakan, danau ini bisa berubah menjadi hamparan padang rumput hijau. Saat menjadi danau, di bagian tengahnya ada semacam tumpukan tanah yang tidak dibenami air, yang oleh masyarakat setempat disebut Padang Doto.[2]
Danau Tarusan Kamang selama ini dimanfaatkan warga untuk budi daya ikan, kubangan kerbau, memancing, dan mandi. Saat kering, ikan-ikan yang menghiasi danau banyak terperangkap dalam tambak-tambak yang dipasang sebagian warga. Ada beragam jenis ikan di sana seperti pantau, nila, rayo, panser, bada putih.
Proses menghilangnya air danau ke dalam perut Bumi dan muncul di celah padang rumput yang hijau, tanpa bisa menebak waktunya diperkirakan terjadi karena adanya sungai bawah tanah. Sebagai danau karst, ketika air tanah naik, maka lorong-lorong di bawah bukit batu gamping akan menyemburkan air dan menutupi padang rumput. Tampaklah danau yang luas. Sebaliknya, ketika air sungai bawah tanah turun, air tersedot hingga hanya tampak padang rumput. Tidak ada waktu pasti, kapan danau surut dan berapa lama danau kering. Terakhir, pada tahun lalu, Danau Tarusan Kamang kering selama satu tahun. Air baru muncul lagi lima bulan lalu. Saat ini kawasan itu masih menjadi danau, tempat anak-anak berenang dan warga mencari ikan.
“Kadang danau ini bisa kering dan menjadi padang rumput sampai lima bulan dan hingga dua tahun,” kata Sukri, tukang perahu dan ketua pemuda di Kamang Mudiak. ”Begitu juga saat terisi kadang waktunya lima bulan hingga dua tahun juga, tak pasti waktunya.” Menurut Sukri, saat air danau keluar, biasa terdengar letusan di kaki bukit. Terkadang suara terdengar dari beberapa tempat seperti suara ketel air panas, bunyi gluk-gluk suara air dan tiga hari kemudian air mengalir dari balik lubang-lubang batu kapur di kaki bukit sekitar danau dan mengubah padang rumput itu menjadi danau.
Penelitian
“Banyak danau karst di daerah lain, tetapi hanya Danau Tarusan Kamang yang punya hubungan langsung dengan sungai di bawah tanah sehingga muncul fenomena unik,” kata Andang Bachtiar, ahli geologi di Indonesia yang pernah meneliti Danau Tarusan Kamang pada 23 Februari lalu. Di sisi lain, Prof. Handang, yang pernah melakukan penelitian yang sama, menemukan bahwa Danau Tarusan Kamang terdapat di zona patahan Sumatra bagian timur, sehingga itu menjadi salah satu alasan air datang dan mengering. Menurutnya, terdapat fenomena alam yang harus digali di Danau Tarusan Kamang, seperti terdapatnya bongkahan batuan kapur (gamping) di tepi-tepi danau yang berusia sekitar ratusan abad. "Baru pertama kali saya menemukan batu kapur di danau, karena biasanya batu kapur terdapat di daerah pantai. Ini menunjukkan, bahwa ratusan abad yang lalu danau Tarusan Kamang ini dahulunya merupakan lautan," tukasnya.[4]
Danau ini berada di kaki Bukit Barisan, sekitar 14 kilometer dari Bukittinggi. Batu kapur yang ada di Danau Tarusan Kamang diprediksi berusia sekitar ratusan abad, dan memiliki kandungan mineral COCA 2. Danau ini diperkirakan sudah ada sejak 70 ribu tahun lalu sehingga tak ada satu pun warga yang membangun rumah di batas air yang akan berubah menjadi danau. Pebukitan karst di Danau Tarusan Kamang usianya jauh lebih tua daripada karst di Jawa. Karst di Kamang diperkirakan sudah berusia 400–300 juta tahun lalu, karenanya pepohonan di atasnya tumbuh subur.[5]
Selain Danau Tarusan Kamang, banyak gua aktif di bawah bukit karst atau batu gamping, sungai bawah tanah, dan danau bawah tanah. Namun, keberadaannya hingga kini belum pernah diteliti. Untuk penyuka wisata penelusuran gua, tempat ini amat menarik karena guanya masih aktif. Selain itu, belum ada pemetaan gua dan pemetaan sungai bawah tanah di Danau Tarusan Kamang.[5]