Danau Habema
Danau Habema adalah sebuah danau yang terletak di Kaki Gunung Trikora, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Danau ini merupakan salah satu danau tertinggi di Indonesia sehingga dapat dikatakan sebagai danau di atas awan. Terletak di ketinggian lebih dari 3.300 meter di atas permukaan laut, oleh Masyarakat Dani, penduduk Jayawijaya, danau itu dianggap sebagai tempat keramat yang jadi sumber kesuburan dan kehidupan.[1] Pemandangan yang begitu indah, megah dan sangat mempesona akan menyambut Anda saat tiba di Danau Habema. Hamparan padang rumput di sekitar danau dan tanaman-tanaman endemik Papua seperti rumah semut atau anggrek hitam akan membuat Anda terpana menikmati alam indah Papua. Bila beruntung, berbagai jenis burung khas Papua, seperti Cendrawasih pun dapat Anda temui atau paling tidak Anda dapat menikmati kicauannya. Suhu di sekitar Danau Habema tentulah dingin. Bisa mendekati nol derajat di kala malam hari. Siang hari berkisar di angka delapan derajat. Tak heran kalau embun senantiasi menyelimuti rerumputan sepanjang hari. Banyak pendaki Pegunungan Jayawijaya dan Cartenz mampir di danau ini sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak tujuan mereka.[2][3] SejarahNama asli Danau Habema sebenarnya adalah Yuginopa,[4] sedangkan nama Habema diambil dari nama seorang perwira Belanda, yaitu Letnan Habema yang ikut mengawal tim ekpedisi ke puncak Trikora pada tahun 1909. Luas danau ini kurang lebih sekitar 224,35 hektar dengan keliling 9,79 kilometer dan berada di kawasan Taman Nasional Lorentz Papua. Dari sini Anda bisa melihat langsung Puncak Wilhelmina (sekarang namanya Puncak Trikora, namun warga lokal lebih suka memanggil nama aslinya) menjulang tinggi di depan mata.[3] Daya tarikDanau di Atas AwanDanau Habema disebut sebagai “danau di atas awan” karena berada di ketinggian 3.225 meter di atas permukaan laut. Selain disebut debagai danau di atas awan, letak Danau indah ini juga menjadikan danau ini sebagai danau tertinggi di Indonesia,. Danau Habema terletak di kompleks Pegunungan Jayawijaya, di zona inti Taman Nasional Lorentz di Wamena, Papua. Puncak pegunungan Trikora bisa terlihat kalau tidak ada kabut yang menghalangi. Pemandangan di sekitar Danau Habema ini sangat indah, karena berhadapan dengan gunung yang diselimuti salju dan kabut, hamparan padang rumput, dan juga bunga warna-warni. Biasanya, jika ingin berkunjung ke Danau Habema yang terletak di atas awan, disarankan untuk datang pada pagi hari. Karena pada siang hari, pemandangan Danau Habema yang indah akan tertutup kabut, yang menghalangi pandangan pengunjung. Selain itu, kalau mengunjungi danau ini harus menyiapkan jaket yang cukup tebal. Karena Danau Habema yang terletak di ketinggian 3.225 mdpl tentu membuat suhu di sekitar danau menjadi sangat dingin.[3] Flora dan FaunaKawasan hutan lindung di sekitar danau Habema merupakan kawasan lindung terbesar di Asia Tenggara. Suaka alam yang masif ini membentang lebih dari sekitar 24.864 kilometer persegi). Tepat di persimpangan dua lempeng benua yang bertabrakan. Terkenal karena keanekaragaman hayati, berbagai iklimnya adalah rumah bagi banyak hewan. Termasuk kanguru pohon. Banyak juga spesies burung langka yang bermukim di sana, salah satunya burung beo Pesquet yang cantik. Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di sana adalah 630 jenis burung, dengan kurang lebih 70% burung yang ada di Papua dan sejumlah 123 jenis mamalia. Dari sekian mamalia itu, banyak di antaranya adalah catatan baru bagi Papua dan dua spesiesnya adalah spesies baru. Spesies baru tersebut salah satunya adalah kangguru pohon. Berbeda dengan kangguru yang biasa kita tahu, jenis ini berwarna hitam dan putih, bertubuh besar, dan ditemukan di daerah perbukitan. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini ada dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu, dan 20 jenis endemik di antaranya cendrawasih ekor panjang dan puyuh salju.[3] Rumah 7 SukuWalaupun Taman Nasional Lorentz adalah keajaiban dunia yang tidak resmi, namun di dalamnya mengandung lebih banyak keajaiban hewan-hewan langka yang hidup beriringan dengan tujuh etnis manusia Papua. Diperkirakan kebudayaan yang ada di kawasan ini sudah berumur sekitar 30.000 tahun. Kawasan ini merupakan rumah bagi Suku Nduga, Suku Dani, Suku Amungme, Suku Sempan, dan Suku Asmat. Kebudayaan yang dimiliki suku-suku di sini sangat beragam dan menarik. Misalnya, Suku Asmat terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya. Suku tersebut juga identik dengan hutan dan pohon. Bagi mereka, pohon melambangkan tubuh manusia, dengan dahan sebagai lengan, batang sebagai tubuh, dan buah sebagai kepala. Ada juga Festival Lembah Baliem yang bisa pengunjung datangi. Festival ini merupakan acara simulasi perang antar suku Dani, Lani, dan Yali. Dalam festival ini, kita bisa melihat simulasi perang dan pertunjukan tarian khas suku mereka. Festival ini diadakan setiap bulan Agustus dan biasanya bertepatan dengan perayaan Kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu, waktu berkunjung yang tepat di antaranya adalah saat adanya festival ini yaitu di bulan Agustus.[3] Lihat pulaReferensi
Pranala luar |