Danau Kaco merupakan danau yang terletak di kabupaten Kerinci, Jambi.[1] Tepatnya di desa Lempur, kecamatan Gunung Raya.[1] Danau ini berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan situs warisan UNESCO.[1] Danau kaco memiliki luas sekitar 90 meter persegi dan memiliki kedalaman yang belum diketahui.[2] Secara geografis danau ini terletak di 101.540402 BT dan 2.330258 LS pada ketinggian 1229 mdpl.
Danau kaco dapat memancarkan cahaya terang di malam hari pancaran cahaya itu semakin terang pada saat malam bulan purnama atau malam tanggal 15 penanggalan Hijriah.[3][3][4]
Keunikan
Danau Kaco memiliki keunikan yang khas yang jarang dimiliki oleh danau-danau lain yang ada di Indonesia.[1] Keunikan tersebut seperti Danau Kaco dapat mengeluarkan cahaya yang terang, terutama pada saat bulan purnama.[1] Warna air di danau ini adalah cyan atau hijau kebiruan yang sangat jernih dan berkilau di malam hari. Jika wisatawan datang ke Danau Kaco pada saat bulan purnama maka para wisatawan tidak membutuhkan alat bantu penerangan karena airdanau dapat mengeluarkan cahaya yang cukup terang.[1] Jika dilihat dari kejauhan cahaya yang dipancarkan oleh Danau Kaco akan terlihat seperti lampu yang diarahkan kelangit.[1] Warna air yang unik dan kejernihan danau ini menjadikan kedalaman danau sulit ditebak dan diukur. Sampai saat ini titik terdalam yang berhasil diukur oleh pemandu lokal dari Lempur Mudik adalah 20 m. Suhu air di danau Kaco sendiri cenderung lebih rendah dibandingkan dengan suhu lingkungan di sekitarnya.
Karena keunikan air danaunya banyak peneliti, pemerhati alam, dan wisatawan yang ingin mengetahui sebab dibalik warna cyan jernih danau ini. Pendapat paling ilmiah yang bisa dirangkum dari situs perjalanan, situs pribadi dan wawancara dengan masyarakat adalah karena kandungan mineral tertentu di sedimen danau ini yang menghasilkan pancaran warna cyan. Secara kimia, struktur molekul air sendiri memberikan warna instrinsik biru pada masa air. Warna ini akan terlihat jelas sebanding dengan peningkatan jumlah masa air. Beberapa kandungan kimia seperti kalsium karbonat dan kaolin juga dapat memancarkan warna biru kehijauan. Warna biru alami pada masa air inilah yang dapat menjadi indikator kualitas ekosistem dan daerah aliran sungai. Danau dengan warna kebiruan cenderung lebih atrofik dibandingkan dengan warna lain. Danau dengan warna ini merupakan indikator daerah aliran sungai yang masih terawat dan belum banyak ecological foot-print dari manusia yang mempengaruhi kualitas lingkungan di sekitarnya. Namun, danau ini cenderung sedikit dihuni oleh biota air seperti ikan, zooplankton dan fitoplankton. Mengingat kondisi di Danau kaco sendiri banyak ditemukan ikan semah (Tordouronensis), hipotesa lain pun muncul. Secara biologi, fitoplankton dan algae dari golongan chlorophyceae, cyanophyceace juga dapat menghasilkan warna biru kehijauan. Sedangkan beberapa organisme dari golongan diatomae dapat memancarkan kilauan keemasan di malam hari.
Cerita Rakyat
Menurut kepercayaan warga setempat, cahaya yang dikeluarkan dari dasar Danau Kaco merupakan cahaya intan yang tersimpan di dasar air.[5]Intan tersebut disimpan oleh Raja Gagak, yang berkuasa pada saat itu.[5] Menurut sesepuh desa, intan yang disimpan Raja Gagak di dasar Danau Kaco adalah intan titipan yang merupakan ikatan janji pangeran-pangeran yang ingin melawar putri Raja Gagak yang bernama Putri Napal Melintang.[5] Semua lamaran anak raja yang di Kerinci diterima oleh Raja Gagak, akhirnya dia kebingungan ingin nerima pelamar yang mana.[6] Putri Nepal Melintang sendiri dikenal dengan wajah yang sangat cantik sehingga ia disukai oleh pemuda yang ada pada zaman itu.[1] Bahkan karena kecantikannya ia disukai oleh ayahnya sendiri.[1] Raja Gagak membawa lari putrinya beserta perhiasan Intannya yang dititipkan oleh pengeran sebagai tanda janji.[1] Konon intan yang dibawa lari oleh Raja Gagak disimpan di dasar Danau Kaco.[1] Sampai saat ini warga Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya masih mempercayai bahwa intan tersebut masih tersimpan di dasar danau.[5]
Akses
Danau Kaco dapat dicapai melalui jalur darat dimulai dari Kota jambi ke sungai Penuh.[2] Jarak antara Jambi ke Sungai Penuh sekitar 500 km dengan waktu tempuh 10-11 jam.[2] Selanjutnya dari Sungai Penuh dilanjutkan ke desa terdekat yaitu Desa Lempur,Kecamatan Gunung Raya dalam waktu 45 Menit dengan kendaraan roda empat ataupun roda dua.[7] Setelah itu dilanjutkan lagi dengan berjalan kaki menyelusuri hutan selama 3-5 jam.[2] Selama perjalanan pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang masih sangat asri, salah satunya kita disuguhkan oleh pemandangan air terjun yang dapat kita lihat sewaktu dalam perjalanan.[2]