Menurut Konstitusi Singapura,[1] empat bahasa resmi di Singapura adalah bahasa Melayu, Mandarin, Tamil, dan Inggris, sementara bahasa nasionalnya adalah Melayu.[2] Tiga bahasa selain bahasa Inggris dipilih untuk mewakili kelompok etnis utama yang ada di Singapura pada saat ini: Mandarin meraih status tersebut sejak pengenalan sekolah-sekolah dengan bahasa pengantar Tionghoa; Melayu dianggap sebagai "yang paling dipilih" untuk komunitas Melayu; dan Tamil untuk kelompok etnis India terbesar di Singapura, selain menjadi "bahasa dengan sejarah pendidikan terpanjang di Malaysia dan Singapura". Pada 2009, lebih dari 20 bahasa diidentifikasikan sebagai bahasa yang dipakai di Singapura, menunjukkan kayanya keragaman bahasa di kota tersebut.[3][4]
Pada tahun-tahun awal, lingua franca dari pulau tersebut adalah bahasa Melayu pasaran, sebuah kreol dari bahasa Melayu dan Tionghoa, sebuah bahasa perdagangan di Kepulauan Melayu.[5] Meskipun beberapa bahasa digunakan di pulau tersebut, khususnya bahasa Melayu Singapura, Melayu digantikan oleh bahasa Inggris. Bahasa Inggris menjadi lingua franca karena pendudukan Inggris di Singapura,[6] dan dijadikan bahasa utama setelah kemerdekaan Singapura. Kemudian, bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah, dan juga merupakan bahasa utama yang digunakan dalam hal-hal formal seperti dalam pengadilan dan departemen pemerintahan.
Hokkien dijadikan sebagai lingua franca untuk kalangan Tionghoa,[6] namun pada akhir abad ke-20, bahasa tersebut digantikan oleh Mandarin. Pemerintah mempromosikan Mandarin kepada Tionghoa Singapura, sejak pemerintah memandang bahasa tersebut sebagai jembatan antara kelompok pemakai bahasa non-Mandarin yang beragam di Singapura, dan sebagai alat untuk melupakan identitas budyaa Tionghoa yang umum.[7] Ekonomi China yang berkembang pada abad ke-21 juga makin mendorong penggunaan bahasa Mandarin. Varietas Tionghoa lainnya seperti Hokkien, Teochew, Hakka, Hainan dan Kanton diklasifikasikan oleh Pemerintah sebagai "dialek", dan kebijakan-kebijakan dan perubahan-perubahan dalam tata bahasa berdasarkan pada klasifikasi tersebut membuat jumlah pemakai varietas tersebut berkurang.[8] Meskipun Tamil merupakan salah satu bahasa resmi di Singapura, bahasa-bahasa India lainnya juga tetap digunakan.[9]
Beberapa orang Singapura menjadi dwi-bahasa sejak kebijakan pendidikan dwi-bahasa di Singapura mempromosikan sistem pengajaran bahasa ganda dari sekolah dasar.[10] Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar instruksi utama. Sebagian besar anak-anak mempelajari salah satu dari tiga bahasa resmi (atau, secara khusus, bahasa yang disetujui lainnya) sebagai bahasa kedua, berdasarkan pada kelompok etnis terdaftar resmi mereka
^ abLee, C.L. (2013). "Saving Chinese-language education in Singapore". Current Issues in Language Planning. 13 (4): 285–304. doi:10.1080/14664208.2012.754327.
Tan, Sherman (2012). "Language ideology in discourses of resistance to dominant hierarchies of linguistic worth: Mandarin Chinese and Chinese 'dialects' in Singapore". The Australian Journal of Anthropology. 23: 340–356. doi:10.1111/taja.12004.