Ankhesenamun
Ia mungkin lahir pada tahun 4 dari pemerintahan Akhenaten dan pada tahun 12 dimasa pemerintahan ayahandanya ia bergabung dengan tiga saudarinya. Ia mungkin menjadikan istrinya sebagai wali pemimpin dan membuat keluarganya digambarkan di dalam gaya realistis di dalam semua karya seni resmi. Ankhesenamun pastinya menikah dengan seorang raja - ia merupakan Permaisuri yang Agung dari pharaoh Tutankhamun. Ia juga mungkin sempat menikah dengan ahli waris Tutankhamun, Ay, yang diyakini oleh beberapa orang adalah kakeknya dari pihak ibundanya.[2] Hal ini juga telah dikemukakan bahwa ia mungkin telah menjadi istri kerajaan besar ayahandanya, Akhenaten, setelah kematian ibundanya dan wakil pemimpin ahli waris Akhenaten, Smenkhkare. Tes DNA yang baru-baru ini dirilis pada bulan Februari 2010 juga dispekulasikan bahwa salah satu dari dua ratu terakhir dinasti kedelapan belas yang dimakamkan di dalam KV 21 mungkin adalah muminya. Kedua mumi diperkirakan oleh DNA sebagai anggota keluarga dari istana yang memerintah. Kehidupan AwalAnkhesenpaaten dilahirkan pada saat Mesir berada dimasa revolusi agama yang sebelumnya (sek. 1348 SM). Ayahandanya mengabaikan dewa-dewa lama Mesir untuk Aten, aspek kecil dari dewa matahari, yang dicirikan sebagai sabit matahari. Ia dipercaya dilahirkan di Waset (yang sekarang Thebes), tetapi kemungkinan dibesarkan diibu kota ayahandanya yang baru di Akhetaten (yang sekarang Amarna). Tiga kakak perempuannya – Meritaten, Meketaten, dan Ankhesenpaaten – menjadi "Puteri Senior" dan berpartisipasi di dalam banyak peran di pemerintahan dan agama. Tanggal kelahirannya belum diketahui secara pasti. Kehidupan SelanjutnyaIa dipercaya menikah pertama-tama dengan ayah kandungnya sendiri,[3] dan diduga adalah ibu dari Puteri Ankhesenpaaten Tasherit (kemungkinan oleh ayahandanya atau oleh Smenkhkare) ketika ia berusia dua belas tahun meskipun asal usul keturunan itu tidak jelas.[1] Setelah kematian ayahandanya dan masa pemerintahan Smenkhkare dan Neferneferuaten yang singkat, ia menjadi istri Tutankhamun.[4] Setelah pernikahan mereka, pasangan tersebut memuja dewa-dewa agama yang dipulihkan dengan mengganti nama mereka menjadi Tutankhamun dan Ankhesenamun.[5] Pasangan tersebut tampaknya memiliki dua putri yang mati lahir.[5] Karena istri satu-satunya Tutankhamun yang diketahui adalah Ankkhesenamun, diduga bahwa janin yang ditemukan di dalam makam Tutankhamun adalah putri-putrinya. Suatu hari pada tahun kesembilan dimasa pemerintahannya, pada usianya yang kedelapan belas, Tutankhamun mati mendadak dan meninggalkan Ankhesenamun sendirian tanpa seorang pewaris pada usia yang kedua puluh satu.[5] Sebuah cincin yang ditemukan diduga menunjukkan bahwa Ankhesenamun menikah dengan Ay tak lama sebelum ia menghilang dari sejarah, meskipun tidak ada monumen yang menunjukkannya sebagai seorang permaisuri.[6] Didinding makam Ay adalah Tey (istri tua Ay), bukan Ankhesenamun, yang tampaknya adalah ratu. Ia kemungkinan meninggal tak lama setelah pemerintahannya dan makamnya masih belum diketemukan sampai saat ini. Surat-surat HittiteSebuah dokumen ditemukan di dalam ibu kota kuno Hittite, Hattusa yang berasal dari periode Amarna; yang disebut "Akta-akta" Suppiluliuma I. Raja menerima sepucuk surat dari ratu Mesir, ketika berada di pengepungan Karkhemish. Surat-surat tersebut berbunyi:
Dokumen tersebut dianggap luar biasa, karena umumnya orang Mesir menganggap orang asing lebih rendah. Suppiluliuma I terkejut dan berseru kepada orang-orang diistana:
Bisa dimaklumkan bahwa ia menjadi waspada dan memanggil utusan untuk menyelidikinya, tetapi dengan begitu ia jadi kehilangan kesempatan untuk membawa Mesir kedalam kekuasaannya. Ia akhirnya mengirim seorang putranya, Zannanza, tetapi pangeran itu meninggal, kemungkinan mati terbunuh di dalam perjalanan.[8] Identitas dari ratu yang menulis surat tersebut tidak jelas. Ia disebut Dakhamunzu di dalam buku tahunan Hittite, diduga terjemahan dari gelar Mesir Tahemetnesu (Istri Raja).[9] Calon yang diduga adalah Nefertiti, Meritaten,[2] dan Ankhesenamun. Ankhesenamun tampaknya lebih masuk akal karena tidak ada calon ahli waris pada saat suaminya Tutankhamun meninggal, sedangkan Akhenaten memiliki setidaknya dua orang ahli waris yang sah.[4] Selain itu, ungkapan tentang pernikahan dengan 'salah satu pengikut' (diterjemahkan oleh beberapa sebagai 'pelayan') kemungkinan besar ditujukan kepada Wazir Agung Ay[10] yang mendesak janda muda itu untuk menikah dengannya dan mensahkan klaimnya atas tahta Mesir (yang akhirnya dilaksanakannya). Hal ini mungkin juga menjelaskan mengapa ia menggambarkan dirinya sebagai 'takut', terutama mengingat teori populer (namun tidak diterima secara luas) bahwa Ay ada andil di dalam kematian suaminya.[11] Sebuah CT scan yang diambil pada tahun 2005 menunjukkan bahwa kakinya patah sesaat sebelum kematiannya, dan bahwa kakinya menjadi infeksi. Analisis DNA yang dilakukan pada tahun 2010 menunjukkan adanya malaria di dalam sistem tubuhnya. Diduga dari dua kondisi ini, malaria dan leiomyomata sebagai penyebab dari kematiannya.[12] Mumi KV21ATes DNA diumumkan dibulan Februari 2010 yang berspekulasi bahwa mumi itu adalah salah satu dari dua ratu Dinasti kedelapan belas yang digali dari KV21 di dalam Lembah Para Raja. Dua janin yang ditemukan terkubur bersama dengan Tutankhamun dibuktikan adalah dan teori yang baru menyatakan bahwa Ankhesenamun adalah ibu mereka. Dengan DNA yang tidak mencukupi yang berasal dari mumi-mumi di dalam KV21 untuk identitas positif dari ratu-ratu tersebut. Dengan adanya DNA yang cukup ditunjukkan bahwa mumi yang diketahui sebagai KV21a pantas sebagai ibu dari kedua janin di dalam makam Tutankhamun. Diasumsikan bahwa ia adalah Ankhesenamun yang cocok sebagai satu-satunya istri Tutankhamun yang diketahui di dalam catatan sejarah. Namun ada satu masalah dengan identifikasi ini: jika KV21a adalah Ankhesenamun, maka mumi KV55 bukan Akhenaten, yang dikenal sebagai ayahandanya di dalam catatan sejarah. Dari DNA yang diambil mumi KV21a cocok sebagai ibu dari kedua janin, tetapi bukan putri KV55. Oleh karena itu: A) mumi ini bukan Ankhesenamun, tetapi adalah istri Tutankhamun yang lainnya, atau B) mumi KV55 bukan Akhenaten, tetapi saudaranya yang lain, yang kemungkinan Smenkhare. Meskipun mumi KV21a tidak memiliki DNA yang konsisten dengan garis keturunan ningrat Dinasti kedelapan belas Mesir, sehingga cocok sebagai anggota keluarga Istana Thutmosid. KV63Setelah penggalian makam KV63 dispekulasikan bahwa makam tersebut dirancang untuk Ankhesenamen karena letaknya yang berdekatan dengan makam Tutankhamun KV62. Juga ditemukan di dalam makam sebuah peti mati (satu dengan jejak seorang perempuan di atasnya), pakaian wanita, perhiasan dan Natron. Fragmen di tembikar yang bertuliskan nama parsial Paaten juga ditemukan di dalam makam tersebut. Satu-satunya anggota keluarga kerajaan yang dikenal memiliki nama ini adalah Ankhesenamen, yang nama aslinya adalah Ankhesenpaaten. Namun tidak ada mumi yang ditemukan di dalam KV63, sehingga hal tersebut hanya tinggal sebagai sebuah spekulasi. Di dalam media kontemporerAnkhesenpaaten/Ankhesenamum muncul sebagai karakter fiksi di dalam karya-karya sebagai berikut:
Leluhur
Referensi
Bacaan Selanjutnya
|