Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu.
Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!
Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." [2]
Komentari
Menurut Injil Markus, ketika Yesus memasuki wilayah Dekapolis setelah melewati Sidon dan menyusuri danau Galilea, orang-orang membawa kepadanya seorang pria yang tuli dan hampir tidak bisa bicara, dan mereka memohon kepada Yesus untuk menempatkan tangannya pada dirinya. Akun ini mengikuti penyembuhan dari putri Siro-Fenisia wanita yang berbicara dengan Yesus tentang apakah misi-nya meluas ke orang-orang bukan yahudi (Markus 7:24–30). Orang bisu-tuli itu hidup dalam wilayah Dekapolis yang kebanyakan dihuni oleh orang-orang bukan Yahudi, meskipun teks tidak memastikan bahwa ia adalah seorang non-Yahudi.
Komentator Perjanjian Baru Lamar Williamson menulis bahwa ini merupakan unit terakhir dalam serangkaian mukjizat yang bersangkutan dengan identitas Yesus, yang kemudian dikonfirmasi oleh penegasan kristologisRasul Petrus dalam Markus 8:29, di mana Petrus menyatakan: "Engkau adalah Mesias".[3]