Beberapa waktu setelah kebangkitan Yesus, murid-murid Yesus berkumpul di pantai danau Tiberias. Mereka itu adalah Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes) dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka Yohanes (ditulis dalam Injil Yohanes sebagai "murid yang dikasihi Yesus itu") berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira 200 hasta (= 100 meter) saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: 153 ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya q sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.[4]
Tepatnya jumlah ikan yang ditangkap sejumlah 153 ekor itu telah lama menjadi bahan pertimbangan. Sejumlah penulis berpendapat bahwa angka 153 mempunyai arti penting yang mendalam dan menghasilkan banyak teori yang bertentangan, namun tidak ada satu teori yang benar-benar menonjol. Ketika membahas teori-teori itu, teolog D. A. Carson berkomentar "Jika penulis Injil membayangkan suatu simbolisme yang berkaitan dengan angka 153, ia telah menyembunyikannya dengan baik,"[5] sementara para pakar lain menulis "Tidak ada nilai penting simbolik dari angka 153 ekor ikan pada Yohanes 21:11 yang menerima dukungan luas."[6]
Angka 153 itu sendiri secara matematika mempunyai sejumlah keunikan, antara lain:
merupakan bilangan heksagonal dan bilangan segitiga terpotong (truncated triangle number), artinya angka 1, 15, dan 153 semuanya adalah bilangan segitiga.
terdiri dari angka "1", "5", "3" di mana , sehingga tergolong suatu bilangan narsisistik-3, serta suatu bilangan yang terdiri dari tiga angka yang dapat dinyatakan sebagai jumlah bilangan pangkat tiga dari angka-angkanya.[8]
Referensi kepada aspek-aspek mukjizat, atau kepada ide umum sebagai "penjala manusia", kadang kala dapat dikenali dengan penggunaan bilangan 153. Misalnya Sekolah St Paul's di London didirikan pada tahun 1512 oleh John Colet untuk mengajar 153 anak orang-orang miskin: meskipun sekarang sekolah itu sudah jauh lebih besar, masih mempunyai 153 Foundation Scholars ("Sarjana Yayasan"), yang sejak abad ke-19 selalu memakai lambang ikan pada jam rantai mereka, atau belakangan, pada kancing baju mereka.[10][11]
^D. A. Carson, The Gospel According to John (Pillar Commentaries Series), Wm. B. Eerdmans Publishing, 1991, p. 673, ISBN 0-85111-749-X.
^Leland Ryken, Jim Wilhoit, Tremper Longman, Colin Duriez, Douglas Penney, and Daniel G. Reid, Dictionary of Biblical Imagery (Fish), InterVarsity Press, 1998, p. 290, ISBN 0-8308-1451-5.