Tindik frenum, salah satu jenis tindik kelamin pria.
Tindik kelamin atau tindik genital adalah suatu tindik di bagian alat kelamin untuk menempatkan anting atau jenis aksesoris lainnya yang sesuai dengan lokasi tindik tersebut. Istilah tersebut juga memiliki arti yang cukup luas, tidak hanya merujuk kepada alat kelamin saja, tetapi meliputi area sekitar kelamin, yaitu anus, perineum, dan sekitar rambut kemaluan atau mons pubis.
Tindik kelamin dapat dilakukan baik oleh pria maupun wanita, dengan berbagai jenis lokasi tindik yang tersedia. Alasan utama biasanya untuk mengubah penampilan dan aktualisasi diri; namun beberapa jenis tindik kelamin dapat menambah rangsangan dalam berhubungan seksual.[1][2][3]
Praktik penindikan kelamin pada masa kuno biasanya terjadi di kawasan Asia Tenggara.[4] Catatan tentang praktik penindikan kelamin juga terdapat dalam buku Kama Sutra.[5]
Dari sisi prasejarah maupun sejarah, praktik penindikan kelamin umumnya tersebar di kawasan Asia Tenggara (terutama Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, dan Myanmar), dengan cara memasukkan berbagai jenis implan ke dalam kulit penis, yang masih dilakukan hingga masa kini, di samping praktik modifikasi tubuh lainnya seperti rajah, sunat, manik-manik (guli-guli), dan lain-lain. Tujuan utama penindikan tersebut adalah untuk menambah kenikmatan seksual.[5][6][7] Praktik tersebut juga menyebar ke kawasan sekitarnya, contohnya tindik apadravya dari Asia Selatan, yaitu tindikan pada ujung penis secara tegak lurus (tidak seperti tindik ampallang di Asia Tenggara, yang ditindik secara melintang), yang tercatat dalam kitab Kama Sutra (abad ke-2 SM).[8] Praktik tindik kelamin juga terdapat di belahan dunia lainnya, contohnya di Amerika Tengah meskipun jarang.[5]
Di Filipina, tradisi tindik kelamin pria tercatat oleh para penjelajah Eropa saat bertemu suku Bisaya.[9] Tindik kelamin pria pada suku Bisaya terdiri dari sebuah semat atau jarum (biasanya terbuat dari emas, kuningan, timah, atau gading; seringkali diukir) yang disebut tugbuk atau tudruk yang ditusukkan secara melintang di ujung penis. Kedua ujungnya dihubungkan dengan sakra (kadang ditulis sacra atau sagra), berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran (terbuat dari bahan yang sama dengan tugbuk) yang mengitari kepala penis, mirip dengan cock ring. Hiasan sakra bermacam-macam, tetapi biasanya dihiasi dengan gerigi tumpul di sekitarnya.
Tradisi tersebut dicatat oleh penjelajah Italia bernama Antonio Pigafetta, yang menemani Ferdinand Magellan dalam ekspedisi Magellan pertama.[9][10][11][12] Tindikan tersebut dipakai para pria sejak mulai remaja, dimaksudkan untuk menambah sensasi dan kenikmatan saat melakukan aktivitas seksual, bagi pemakai maupun pasangannya. Pigafetta juga menulis bahwa para wanitalah yang mengetahui cara memasukkan penis dengan sakra. Pria tanpa tindik kelamin diremehkan oleh para wanita sebagai asog ("lemah" atau "banci"). Praktik tersebut dilarang oleh para misionaris Eropa dan akhirnya punah pada zaman penjajahan Spanyol diFilipina, karena dianggap oleh para rohaniwan Spanyol sebagai "dosa dengan anggota badan."[9][13][14]
Tindik ampallang, yaitu tindikan yang sama dengan suku Bisaya (menembus ujung penis secara melintang tetapi tidak dihubungkan dengan cincin atau sejenisnya) juga ditemukan pada suku-suku asli wilayah Sarawak dan Sabah di pulau Kalimantan.[15]
Tindik kelamin pertama kali diperkenalkan di negara-negara barat melalui laporan etnografi, dilakukan oleh para pengelana Eropa pada abad ke-19. Pengelana BelandaAnton Willem Nieuwenhuis mencatat suatu prosedur untuk melakukan tindik ampallang dalam bukunya yang berjudul In Centraal Borneo: reis van Pontianak naar Samarinda (dokumentasi penjelajahannya di Kalimantan pada tahun 1897).[15]
Era modern
Tindik kelamin menjadi tren yang tidak berumur panjang pada akhir abad ke-19, terutama bagi masyarakat kelas atas: "Selama zaman Victoria-lah praktik tindik tubuh muncul kembali di Dunia Barat. Banyak pria dan wanita bangsawan memilih untuk mendapatkan tindik payudara atau kelamin.″[16]
Namun, popularitasnya menghilang lagi, khususnya tindik kelamin yang menjadi tidak lazim di Dunia Barat sampai menjelang akhir abad ke-20. Pada tahun 1970-an, tindikan tersebut diperkenalkan kembali seiring dengan kemunculan komunitas modifikasi tubuh oleh promotor tindik tubuh seperti Jim Ward dan Doug Malloy; banyak di antara mereka berasosiasi dengan studio tindik The Gauntlet di Los Angeles. Dengan kemunculan Piercing Fans International Quarterly pada 1977, informasi tentang tindik kelamin akhirnya tersebar. Kemudian tindik kelamin dipamerkan oleh gerakan modern primitive yang berkembang pada tahun 1980-an di wilayah Teluk San Francisco. Sebelum abad ke-21, tindik kelamin masih dianggap terbatas pada kalangan subkultur modifikasi tubuh.
Tentang pandangannya terhadap tindik kelamin [wanita], Marilyn W. Edmunds, asisten profesor klinis di Johns Hopkins University manyatakan, "Wanita yang memiliki tindik kelamin bukan lagi [dianggap sebagai] orang aneh dalam masyarakat atau bagian dari budaya 'punk' yang coba-coba dengan prilaku 'memberontak pada masyarakat.' Selama 30 tahun terakhir, tindik kelamin menjadi hal yang lumrah, dan wanita melakukannya untuk berbagai alasan."[30]
Namun menurut Chelsea Bunz, seorang tukang tindik profesional dari Inggris, kenaikan populartitas tindik kelamin mungkin saja diakibatkan karena banyak orang-orang mulai berbicara terbuka akan tindik kelamin yang dimiliki: "Menurut saya tindik kelamin senantiasa populer—hanya saja lebih dibahas secara terbuka pada masa kini, yang membuatnya semakin bisa diterima. Banyak orang dari berbagai kalangan dan profesi yang memilikinya (…)."[31]
Jenis
Kelamin pria
Bagian alat kelamin pria yang menungkinkan untuk ditindik yaitu ujung penis, batang penis, kulup, kantong buah zakar (skrotum), dan perineum.
Tindikan yang dilakukan di bagian ujung penis meliputi ampallang (ditindik secara mendatar) dan apradavya (ditindik secara tegak lurus). Tindik Prince Albert terletak di ujung penis yang menembus bagian bawah kepala penis, sementara Tindik Prince Albert terbalik dilakukan dengan menembus ujung penis bagian atas. Tindik dydoe terletak di bagian pinggir dari kepala penis. Selain dydoe, semua tindik yang disebutkan tadi menembus saluran kencing. Hal tersebut lebih disarankan karena masa penyembuhan dapat lebih cepat serta kasus infeksi dapat dikurangi dengan aliran urin yang steril.[32] Tindik-tindik tadi biasanya dilakukan untuk menambah rangsangan saat berhubungan seksual, baik bagi pemakai maupun pihak yang diajak untuk berhubungan.[33] Tindik yang menembus kepala penis merupakan jenis tindik kelamin yang terdokumentasikan dengan baik dalam catatan-catatan sejarah.[34]
Tindik kulup dilakukan dengan menembus kulup pada bagian atas, bawah, atau pinggir. Hal tersebut hanya dapat dilakukan pada penis yang tidak disunat. Sementara itu tindik frenum dilakukan dengan menembus frenulum kulup, yaitu lapisan kulit yang menghubungkan kepala penis dengan batang penis bagian bawah. Bagian tersebut juga tidak ditemukan pada penis yang sudah disunat. Sedangkan tindik hafada terletak pada kulit skrotum (kantung buah zakar), tindik lorum (low frenum) terletak di perbatasan antara penis dengan skrotum, dan tindik guiche terletak di perineum. Tindik-tindik tersebut biasanya kurang menambah stimulasi dan lebih sering dilakukan untuk tujuan menghias kelamin.
Pada alat kelamin wanita, beberapa bagiannya dapat ditindik, termasuk di sekitarnya. Bagian-bagian tersebut meliputi klitoris, tudung klitoris, labia mayor (bibir kemaluan bagian dalam), labia minor (bibir kemaluan bagian luar), mons pubis (bagian atas vulva), dan vestibula vulva (kulit di sekitar vulva).
Bagian klitoris dapat ditindik secara langsung, tetapi banyak wanita yang memiliki klitoris terlalu kecil untuk dipasangi aksesoris—selain banyaknya ujung syaraf di bagian itu—sehingga tindik tersebut jarang dilakukan. Sebaliknya, tindik pada tudung klitoris termasuk lumrah untuk dilakukan, baik secara tegak lurus (disebut VCH – Vertical Clitoral Hood) maupun mendatar (HCH – Horizontal Clitoral Hood).[35]Tindik tudung dalam adalah variasi dari tindik tersebut yang menembus tudung klitoris jauh lebih mendalam. Tindik Isabella menembus daging klitoris secara tegak lurus dan termasuk tindik yang rumit untuk dilakukan.[36]
Tindik Christina adalah jenis tindik permukaan kulit, terletak di mons pubis, di pertemuan antara kedua labia minora. Tindik itu mirip dengan tindik Nefertiti, yang tampak sebagai kombinasi antara tindik tudung klitoris vertikal dan tindik Christina.[38]
Tindik tubuh yang tidak melibatkan penindikan alat kelamin tertentu, tetapi tetap disebut "tindik kelamin" maka dapat diterapkan pada jenis kelamin manapun. Contohnya tindik pubis, yang terletak di atas penis atau vulva (mons pubis), tepatnya di sekitar bagian tubuh tempat tumbuhnya rambut kemaluan (seperti tindik Christina, tetapi dilakukan secara mendatar). Tindik guiche menembus perineum sedangkan tindik anal menembus anus, keduanya dapat dilakukan oleh pria maupun wanita.
^Van der Meer, G.; Schultz, W. W.; et al. (2008). "Intimate body piercings in women". Journal of Psychosomatic Obstetrics & Gynecology. 29 (4): 235–239. doi:10.1080/01674820802621874. PMID19065394.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcBrown, Donald E.; Edwards, James W.; Moore, Ruth (1988). The Penis Inserts of Southeast Asia: An Annotated Bibliography with an Overview and Comparative Perspectives. Berkeley: Center for South and Southeast Asia Studies, University of California. ISBN9780944613054.
^Henley, David; Porath, Nathan (3 April 2021). "Body Modification in East Asia: History and Debates". Asian Studies Review. 45 (2): 198–216. doi:10.1080/10357823.2020.1849026.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Hull, Terence H.; Budiharsana, Meiwita (1 January 2001). "Male circumcision and penis enhancement in Southeast Asia: Matters of pain and pleasure". Reproductive Health Matters. 9 (18): 60–67. doi:10.1016/s0968-8080(01)90091-6. PMID11765401.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Jocano, F. Landa (1958). "The Sulod: A Mountain People In Central Panay, Philippines". Philippine Studies (dalam bahasa Inggris). 6 (4): 401–436. JSTOR42720408.
^ ab"Apadravya Piercing". Body-modification.com. 22 November 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 January 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Angel, Elayne (Winter 2004). "VCH Piercings"(PDF). The Point: The Official Newsletter of The Association of Professional Piercers. No. 31. hlm. 16–17. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 22 November 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)