Tindik telinga atau tindik kuping adalah tindik yang terdapat pada telinga. Bagian dari telinga yang lazim untuk ditindik ialah pada bagian cuping telinga (bagian terbawah daun telinga), tetapi bagian telinga yang lain juga memungkinkan, meliputi sebagian besar tulang rawan yang membentuk daun telinga, serta tragus (tonjolan di dekat lubang telinga). Tindik telinga dapat terjadi secara permanen (tidak menutup lagi) atau sementara (tindik dapat tertutup kembali). Tindik tidak akan tertutup kembali apabila terbentuk fistula pada jaringan yang ditembus karena penindikan. Dibandingkan dengan cuping telinga, tindik yang terdapat pada bagian tulang rawan telinga cenderung untuk sembuh lebih lama.[1]
Penindikan
Berbagai teknik dapat diterapkan untuk menindik telinga, mulai dari pengerjaan sendiri dengan memanfaatkan barang-barang di rumah (seperti peniti dan jarum jahit), atau dilakukan secara profesional dengan menggunakan peralatan serta metode yang steril. Di kalangan penindik profesional, bagian telinga yang akan ditindik pasti dibersihkan terlebih dahulu dengan disinfektan, kemudian ditandai dengan tinta. Kemudian jarum sekali pakai (jarum medis atau jarum kateter) akan ditembuskan pada bagian tersebut. Proses pemasangan perhiasan (terutama anting) dilakukan bersamaan dengan pelepasan jarum tersebut. Proses pembubuhan disinfektan dilakukan sekali lagi setelah perhiasan terpasang.
Alat tindik tembak, atau dalam bahasa Inggris disebut ear-piercing gun, pada mulanya dikembangkan oleh tenaga kesehatan, tetapi dengan beberapa modifikasi akhirnya terjual bebas di pasaran.[3] Di kalangan penindik profesional, penggunaan alat tindik tembak sangat tidak disarankan. Desain alat tindik tembak yang lama dapat membawa risiko penyakit menular, dibandingkan dengan metode jarum sekali pakai yang dilakukan oleh para penindik profesional.[2] Alat tindik tembak juga dinilai dapat menyebabkan penyumbatan sirkulasi darah pada jaringan kulit yang tertekan oleh alat tersebut, sehingga menyebabkan proses penyembuhan yang lebih lama, disertai pembengkakan.[2]
Proses penyembuhan pascatindik memerlukan waktu yang berbeda-beda tergantung bagian telinga yang ditindik. Pada umumnya, penindik profesional akan menyarankan pemakai untuk tidak melepas anting yang baru terpasang selama enam bulan bahkan satu tahun penuh, kecuali mengalami reaksi alergi atau penolakan dari tubuh. Anting yang dilepas sebelum genap masa penyembuhan biasanya menyebabkan tindik mengalami penutupan.
Jenis
Cuping
Cuping telinga (bahasa Inggris: Ear-lobe) adalah bagian telinga yang lazim untuk ditindik; banyak suku dan kebudayaan yang mempraktikkan penindikan pada cuping telinga, dan berlangsung sejak zaman kuno. Cuping telinga juga merupakan bagian telinga yang tidak mengandung tulang rawan, sehingga banyak aliran darah di sana.[4] Akibatnya, luka karena keberatan anting atau perhiasan pada cuping telinga juga lazim terjadi.[5] Beberapa kebudayaan mempraktikkan pelebaran atau pemanjangan cuping telinga untuk alasan penampilan (contohnya suku Dayak), dengan memasangkan subang atau anting yang cukup berat agar cuping telinga menjadi melar.
Heliks
Tindik heliks dibuat pada pinggiran daun telinga, bagian yang dimulai dari atas cuping telinga sampai telinga bagian atas. Tindik ini biasanya dibuat mengikuti alur lekukan pinggir daun telinga yang disebut scapha (lekukan yang memisahkan heliks dengan anti-heliks). Pada umumnya proses penindikannya menggunakan jarum berdiameter kecil, dengan anting berbentuk bundar kecil, atau dengan barbel.[6] Dua tindik heliks yang dihubungkan dengan satu anting yang sama—biasanya barbel berukuran panjang dan lurus—disebut tindik industrial.
Conch
Tindik conch yang kenakan anting bundar dibuat sekilas mirip dengan heliks, tetapi lebih lebar. Jika tindik heliks dibuat dengan menembus lekukan Scapha di sepanjang Helix telinga, maka tindik conch menembuskan jarum ke bagian cekungan di tengah-tengah daun telinga (cekungan menuju lubang telinga) yang disebut Concha. Anting atau perhiasan yang dikenakan biasanya berbentuk bundar. Tindik conch menjadi populer di antara wanita muda pada dekade baru-baru ini, sebagai bentuk tren pemakaian banyak anting pada telinga.[7]
Anti-heliks
Tindik anti-heliks atau snug dibuat pada bagian telinga yang disebut "anti-heliks" (berseberangan/berlawanan dengan heliks).[8] Meskipun secara anatomi antiheliks memanjang sampai lekukan di atas telinga yang disebut fossa triangularis, tindik pada bagian tersebut memiliki nama yang berbeda, yaitu Rook.
Industrial
Tindik industrial adalah dua tindik heliks yang dihubungkan dengan satu batang anting (umumnya barbel) lurus. Dalam Dialek British, tindik ini disebut Scaffolding piercing, secara harfiah berarti "tindik perancah", "tindik steger", atau "tindik penunjang". Pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1990-an oleh Erik Dakota, bersamaan dengan tindik Rook dan Daith.[9]
Rook
Rook, dalam konteks tindik telinga, adalah tindik yang dibuat di pinggir cekungan telinga atas (bagian berbentuk "Y") yang disebut Fossa Triangularis, tepatnya pada tonjolan bawahnya yang disebut Inferior Crus. Tindik ini pertama kali dibuat dan dipopulerkan oleh penindik profesional Erik Dakota.[10]
Tragus
Tindik tragus adalah tindik yang dibuat dengan menembus tragus, suatu tonjolan tulang rawan yang terletak sejalur dengan lubang telinga. Menurut BBC, tindik ini mulai lazim sekitar tahun 2005.[11] Biasanya tindik di bagian ini tidak begitu sakit, karena sedikitnya ujung syaraf yang terletak pada tragus, tetapi bunyi yang dapat terjadi karena tindik ini mungkin dapat menimbulkan ketidaknyamanan karena letaknya yang sejajar dengan lubang telinga.[12]
Daith
Daith adalah tindik yang dibuat pada bagian telinga yang disebut Crus of the Helix, yaitu suatu tonjolan tulang rawan melengkung yang letaknya di atas tragus. Tindik ini pertama kali dinamai demikian oleh seorang wanita Yahudi, klien penindik profesional Erik Dakota. Awalnya ia menamai tindik ini "da'at", artinya "pengetahuan" dalam bahasa Ibrani (bahasa Ibrani: דעת [ˈdaʕaθ]).[13] Sebab, seorang penindik profesional perlu memiliki pengetahuan untuk berhasil membuat tindik di bagian tersebut.
Sisi kesehatan
Risiko kesehatan atau efek samping yang ditimbulkan karena penindikan cuping telinga biasanya ada tetapi tidak berbahaya, biasanya karena proses penindikan yang benar serta memperhatikan kebersihan. Suatu penelitian menunjukkan bahwa 35% orang yang memiliki tindik telinga mengalami satu komplikasi atau lebih, termasuk infeksi ringan (77% titik penindikan mengalami komplikasi), reaksi alergi (43%), keloid (2,5%), dan kulit robek (2,5%).[14] Komplikasi yang umumnya dikaitkan dengan penindikan telinga meliputi: pembengkakan, keloid, kulit robek, dan potensi perubahan warna kulit.[15]
Tindik telinga merupakan suatu faktor risiko yang signifikan terhadap alergi nikel pada perhiasan.[16] Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penindikan telinga anak muda dengan kemunculan alergi yang mengikutinya.[17][18][19]
Banyak penyebab terjadinya infeksi setelah penindikan telinga. Salah satu penyebab yang biasa terjadi ialah: seseorang mengganti anting/perhiasannya terlalu dini setelah ditindik. Menurut American Medical Association, jangka waktu yang tepat untuk mengganti atau melepas anting dari tindikan baru ialah tiga minggu, untuk mengurangi risiko infeksi.[20] Pemakaian jarum tindik sekali pakai sangat disarankan untuk mencegah penularan penyakit yang patogennya mengalir dalam darah, seperti hepatitis dan HIV.[21]
Lihat pula
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Tindik telinga.
^"Top 10 Types of ear Piercing". Top 10 Always. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 February 2014. Diakses tanggal 11 February 2014.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Thyssen JP, Linneberg A, Menné T, Johansen JD (2007). "The epidemiology of contact allergy in the general population—prevalence and main findings". Contact Dermatitis. 57 (5): 287–99. doi:10.1111/j.1600-0536.2007.01220.x. PMID17937743.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Czarnobilska E.; Oblutowicz K.; Dyga W.; Wsołek-Wnek K.; Śpiewak R. (May 2009). "Contact hypersensitivity and allergic contact dermatitis among school children and teenagers with eczema". Contact Dermatitis. 60 (5): 264–269. doi:10.1111/j.1600-0536.2009.01537.x. PMID19397618.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Centers for Disease Control and Prevention. "CDC Fact Sheet: HIV and Its Transmission". Cdc.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-07. Diakses tanggal 2012-06-10.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)