Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Sichuan di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan.
(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel)
Sichuanⓘ (Hanzi: 四川, juga pernah dieja sebagai Szechwan atau Szechuan) adalah sebuah provinsi milik Republik Rakyat Tiongkok di sebelah baratlaut. Nama mutakhir provinsi ini, "四川", merupakan singkatan dari "四川路" (Sì Chuānlù), atau "Empat rangkaian sungai", yang juga merupakan singkatan dari "川峡四路" (Chuānxiá Sìlù), atau "Empat pertemuan sungai dan tebing", dinamai sedemikian mengikuti pembagian rangkaian yang ada menjadi empat bagian pada masa Wangsa Song Utara.[1] Ibu kotanya berada di Chengdu, sebuah pusat ekonomi yang penting di Tiongkok Barat. Provinsi ini kaya akan situs-situs bersejarah.
Asal nama
Nama yang kini digunakan "四川", adalah turunan dari "四川路" (Sì Chuānlù), atau berarti "sungai empat lu" (lu berarti sirkuit atau pembagian pemerintahan secara geografis), yang merupakan turunan dari "川峡四路" (Chuānxiá Sìlù), yang berarti "sungai empat lu dan ngarai", yang merujuk kepada pembagian wilayah ini atas empat lu selama pemerintahan Dinasti Song bagian utara.
Demografi
Mayoritas penduduk provinsi ini adalah Suku Han, yang terpencar di seluruh wilayah kecuali di daerah barat jauh. Dengan demikian minoritas seperti Tibetan, Yi, Qiang, dan Naxi bisa terlihat di daerah barat, membentuk transisi antara budaya Asia Tengah dan Asia Timur.
Sichuan merupakan provinsi keempat dengan penduduk terbanyak di Tiongkok, setelah Guangdong, Shandong, dan Henan.
Geografi
Sichuan saat ini memiliki 2 kawasan dengan sifat geografis yang sangat berbeda. Bagian timur provinsi ini terdiri dari Lembah Sichuan yang subur, sedangkan bagian baratnya terdiri dari pegunungan-pegunungan yang membentuk bagian paling timur dari Plato Tibetan, secara umum dikenal sebagai Pegunungan Hengduan. Dari semua gunung ini, Pegunungan Daxue memiliki titik tertinggi di provinsi ini, Gongga Shan, dengan ketinggian 7.556 meter (24.790 ft).
Sichuan secara historis dikenal sebagai "provinsi yang berlimpah". Provinsi ini merupakan salah satu basis produksi pertanian utama di China. Beras dan gandum merupakan produk utamanya, dan provinsi ini merupakan penghasil terbesar di China pada tahun 1999. Tanaman komersial lain antaranya kentang manis, persik, tebu, dan anggur. Provinsi ini juga merupakan provinsi penghasil daging babi terbesar di China dan produsen kain sutra terbesar di negara itu tahun 1999. Untuk barang tambang, provinsi ini telah memiliki 132 cadangan mineral terbukti termasuk vanadium, titanium, dan litium yang terbesar di China. Region Panxi sendiri menghasilkan 13,3% cadangan besi, 93% titanium, 69% vanadium, dan 83% kobalt negara itu.[2] Sichuan juga memiliki cadangan gas alam terbukti terbesar di China.[3]
Sichuan juga menjadi salah satu pusat industri utama di China. Selain industri beratnya, provinsi ini juga memiki sektor industri ringan seperti pemrosesan kayu dan industri makanan dan sutra. Chengdu dan Mianyang merupakan pusat produksi tekstil dan elektronik. Deyang, Panzhihua, dan Yibin merupakan pusat industri mesin, metalurgi dan wine.
Industri otomotif juga merupakan salah satu sektor industri provinsi ini. Kebanyakan pabriknya berada di Chengdu, Mianyang, Nanchong, dan Luzhou.[4]
Sejarah
Peradaban yang unik semenjak era pra sejarah hingga sebelum sejarah, telah ada di daerah Sichuan dan sekitarnya paling tidak sejak abad 15 sebelum masehi, bersamaan dengan berakhirnya Dinasti Shang dan Dinasti Zhou. Pada masa lalu, Sichuan disebut sebagai Ba-Shu (巴蜀), gabungan dari dua nama kerajaan independen Ba dan Shu di lembah Sichuan. Ba menguasai Chongqing dan bagian timur Sichuang serta Yangtze dan beberapa anak sungainya. Sementara Shu menguasai daerah yang kini dikenal dengan nama Chengdu, dataran di sekitarnya, dan wilayah perbatasan di bagian barat Sicuan.
Kerajaan Shu sangat sedikit tercatat dalam sejarah Tiongkok. Namun bisa dirujuk kepada Kerajaan Shujing yang merupakan sekutu dari Dinasti Zhou dalam mengalahkan Shang. Cerita mengenai Shu biasanya muncul dalam campuran antara cerita mistis dan legenda sejarah seperti Kronik Huayang yang dikumpulkan dalam periode Dinasti Jin (265-420), serta dengan dongeng rakyat seperti Maharaja Duyu (杜宇) yang mengajarkan rakyatnya bertani, lalu berubah menjadi kutilang setelah kematiannya.
Keberadaan industri logam yang merupakan bagian dari peradaban yang maju terkuak sejak adanya penemuan arkeologis pada tahun 1986 di dusun Sanxingdui in daerah Guanghan, Sichuan. Di daerah ini, yang diperkirakan sebagai kota kuno milik Kerajaan Shu, sebelumnya telah ditemukan artifak dari giok dan bebatuan. Namun belum ada penemuan yang signifikan hingga akhirnya pada 1986 ditemukan dua lubang pengorbanan yang berisi peralatan dari tembaga, serta artifak dari emas, giok, tembikar, dan bebatuan. Hal ini membantah teori sebelumnya yang menyatakan bahwa peradaban di lembah Sichuan terbelakang dibandingkan dengan peradaban Tiongkok yang lebih maju di Sungai Kuning.
Daerah ini memiliki pandangan agama dan dunia yang berbeda. Berbagai jenis bijih tambang tersedia dalam jumlah besar. Dan lebih jauh lagi, area ini adalah jalur perdagangan yang menghubungkan Lembah Huang He dengan negara lain di barat daya, seperti India.
Dinasti Qin
Sekitar abad kedua sebelum masehi, Kerajaan Ba dan Shu ditaklukkan oleh Dinasti Qin, sehingga seluruh catatan dan pencapaian sipil kedua kerajaan tersebut dihancurkan. Pemerintahan Qin terlihat berusaha memperkenalkan rekayasa pertanian ke daerah ini, membuatnya sebanding dengan Huang He di Sungai Kuning. Sistem irigasi Dujiangyan, yang dibangun pada abad ketiga sebelum masehi di bawah pengawasan Li Bing, adalah simbol dari rekayasa pertanian pada masa itu.
Pengairan ini terdiri dari beberapa bendungan yang mengalihkan aliran sungai Min Jiang, anak sungai utama dari Sungai Yang Tze. Hal ini menciptakan pengairan bagi lahan pertanian, sekaligus mengurangi dampak banjir tahunan. Konstruksi ini dan beberapa projek lainnya meningkatkan hasil pertanian area ini, yang akhirnya menjadi sumber daya utama dalam bentuk persediaan makanan dan sumber daya manusia bagi upaya Qin menyatukan Tiongkok.
Selama sejarah Kekaisaran Tiongkok, arti penting militer di area ini seimbang dengan sokongan hasil komersial dan agrikulturalnya. Dengan kondisi geografisnya yang dikelilingi pegunungan Himalaya di barat, Pegunungan Qinling di utara, serta daerah pegunungan Yunnan di selatan, Sichuan menjadi daerah yang rentan dengan serangan kabut. Karena Sungai Yang Tze juga mengalir ke lembah sungai dan merupakan hulu dari berbagai aliran sungai di timur dan selatan Tiongkok, maka angkatan laut bisa dengan mudah berlayar ke arah hilir. Sehingga Sichuan cocok menjadi basis kekuatan militer amfibi dan sekaligus menjadi tempat persembunyian bagi pengungsi politik dalam sejarah pemerintahan Tiongkok.
Dinasti Han dan Zaman Tiga Negara
Sichuan pada masa ini berada di bawah kekuasaan otonomi beberapa raja yang ditunjuk oleh keluarga kekaisaran Dinasti Han. Dengan melemahnya kekuasaan Dinasti Han pada abad kedua, wilayah ini memulai pembentukan rezim dengan kekuasaan yang lebih independen. Pada tahun 221, selama pemisahan semenjak jatuhnya Dinasti Han Timur, pada Zaman Tiga Negara, Liu Bei mendirikan Kerajaan Shu-Han (蜀汉; 221-263) di barat daya, dengan Chengdu sebagai ibu kotanya. Pada tahun 263, Dinasti Jin dari utara Tiongkok menaklukkan kerajaan Shu-Han sebagai langkah awal mereka menyatukan Tiongkok.
Dinasti Tang
Selama kekuasaan Dinasti Tang, Sichuan yang awalnya merdeka ditaklukkan dan menjadi bagian dari kontrol militer dari Kekasiran di bagian Utara Tiongkok. Wilayah ini tetap sebagai daerah perbatasan, seperti juga statusnya dalam Kekaisaran Dinasti Han, dan akhirnya hancur akibat peperangan dan masalah ekonomi karena posisinya sebagai medan pertempuran antara Kekaisaran Tang dengan tetangganya, Kerajaan Tibet.
Dinasti Song
Sichuan sekali lagi tergabung dalam Kekaisaran Tiongkok yang kini berada di bawah Dinasti Song, pada pertengahan abad 10, sebagai lini depan.
Pada abad 12 dan 13, diaspora dari Dinasti Song Selatan membentuk pertahanan yang baik menghadapi Dinasti Mongol Yuan di Sichuan dan Xiang Yiang. Song Selatan memonopoli industri teh Sichuan untuk membiayai veteran perang, tetapi tindakan ini akhirnya merusak perekonomian dan pasar di Sichuan.
Pertahanan yang kuat akhirnya runtuh dengan ditemukannya senjata api pada tahun 1273 setelah pengepungan XiangYang selama 6 tahun.
Skandal Gempa 2008
Menyusul gempa pada tahun 2008, banyak bangunan sekolah dalam jumlah yang tidak masuk akal runtuh, terutama di daerah rural Sichuan. Hal ini menimbulkan tudingan korupsi dan janji adanya penyelidikan resmi oleh pemerintah. Namun, hingga kini tidak jelas apakah konstruksi yang buruk tersebut hanya terjadi di Sichuan, ataukah praktik yang umum di negara tersebut yang kebetulan terungkap selama gempa di Sichuan.
Wakil Gubernur Eksekutif, Wei Hong, pada 20 November 2008 mengkonfirmasi bahwa sebanyak 19.065 murid tewas yang teridentidikasi, 90 ribu tewas atau hilang setelah gempa. Ia menyatakan bahwa sebanyak 200 ribu rumah telah dibangun ulang dan 685 ribu lainnya sedang dalam proses pembangunan ulang, dengan relokasi awal di 25 kotapraja, termasuk Bichuan dan Wenchuan yang paling parah menderita dampak gempa.
Pemerintah mengeluarkan hingga $441 Miliar dalam upaya membantu korban dan rekonstruksi.
Gempa 20 April 2013
Pada 20 April 2013, Sichuan mengalami gempa 6,6 skala richter di Lushan yang tercatat menewaskan hingga 70 orang dan melukai 2000 orang. Gempa ini selain merubuhkan gedung, juga memutuskan aliran listrik.[5]