Shireen Abu Akleh
Shireen Abu Akleh (bahasa Arab: شيرين أبو عاقلة; 3 April 1971 – 11 Mei 2022) adalah jurnalis berkebangsaan Palestina-Amerika yang bekerja untuk kantor berita Al Jazeera selama 25 tahun dan jurnalis ternama di Timur Tengah untuk meliput pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. Pada 11 Mei 2022, dia terbunuh karena tembakan oleh militer Israel di kamp pengungsian di Jenin, Tepi Barat. Al Jazeera dan Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa IDF (militer Israel) telah membunuhnya, sedangkan Israel melaporkan bahwa kemungkinan orang Palestina yang membunuhnya, kemudian Israel mengumumkan bahwa identitas pembunuhnya masih tidak diketahui. Shireen adalah jurnalis terkenal di tanah Arab. Ia sering melaporkan kejadian di Palestina dan menganalisis politik Israel, dia menginspirasi banyak orang Palestina dan Arab untuk mengejar karier sebagai jurnalis. Penembakan yang mengakibatkan kematiannya dan kerusuhan saat prosesi pemakamannya mengundang kecaman pada Israel atas tindakannya yang memukuli pelayat dengan pentungan. Pemakamannya adalah salah satu yang terbesar di Palestina dengan didatangi ribuan orang Palestina.[3] Masa kecil dan studiShireen lahir di Yerusalem pada 3 Januari 1971, dari keluarga Kristen Palestina dari Betlehem.[1][4] Ia tumbuh besar di Amerika Serikat, mendapatkan kewarganegaraan Amerika melalui keluarga ibunya yang tinggal di New Jersey.[1] Shireen adalah murid di sebuah sekolah di Beit Hanina, kemudian mendaftar di Universitas Sains dan Teknologi Yordania untuk studi tentang arsitektur,[4] namun kemudian ia tidak melanjutkan masa studinya;[1] ia kemudian mendaftar ke Universitas Yarmouk di Yordania, dari sana ia lulus dari studi tentang jurnalisme. Setelah lulus, Shireen kembali ke Palestina.[4] Karier
Shireen Abu Akleh, pada suatu segmen di televisi Al Jazeera[5] Sebelum bekerja di Al Jazeera, Shireen bekerja sebagai jurnalis di Radio Monte Carlo dan Voice of Palestine.[6] Ia juga bekerja untuk UNWRA, Amman Satelite Channel, dan MIFTAH.[4] Pada 1997, dia mulai bekerja untuk Al Jazeera sebagai jurnalis,[7] sebagai salah satu koresponden lapangan,[8] kemudian dia mulai dikenal di kanal berita berbahasa Arab.[7][9] Shireen tinggal dan bekerja di Yerusalem Timur, melaporkan kejadian-kejadian terkait Palestina termasuk Intifada Kedua,[10] dan juga mencakup berita mengenai politik Israel.[7] Dia sering meliput pemakaman orang Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel.[11] Shireen menginspirasi orang Palestina dan Arab lainnya untuk menjadi jurnalis; siaran televisinya termasuk terkenal.[1] Setelah kematiannya, The New York Times dan National Public Radio menyebutnya sebagai orang terkenal di Palestina.[1][12] The Times of Israel mendeskripsikannya sebagai jurnalis senior dan orang penting di dunia Arab.[13] BBC menyebutnya sebagai orang terkenal dan dikagumi oleh pemirsa dan koleganya.[8] Shireen bekerja sebagai jurnalis di Al Jazeera hingga dia ditembak dan terbunuh pada Mei 2022.[14] Saat itu, dia juga sedang mempelajari bahasa Ibrani untuk lebih mengerti narasi yang diberikan oleh media massa Israel, dan dia baru mendapatkan gelar diploma untuk media digital.[15] Kematian
Shireen Abu Akleh, pada wawancara di tahun 2017 oleh An-Najah NBC apakah dia takut akan ditembak saat meliput[1] Pada 11 Mei 2022, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan kematian Shireen. Saat itu, dia sedang meliput penggerebekan rumah,[16] menurut saksi mata dan Al Jazeera, Shireen ditembak dan terbunuh oleh Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defence Force). Al Jazeera menuduh Israel sengaja menargetnya.[17][14] Shireen sedang meliput penggerebekan terduga "tersangka teror".[7] Shireen tertembak di kepala oleh IDF,[14][18] dan dibawa ke Rumah Sakit Ibn Sina di Jenin, dimana dia diumumkan telah meninggal dunia.[18] Shireen berumur 51 tahun.[15][19] Jurnalis lainnya, Ali Samodi[18] dari koran Al-Quds, juga tertembak di bagian belakang dan selamat; 2 orang Palestina lainnya juga dibawa ke rumah sakit dengan kondisi luka sedang.[7] The Times of London melaporkan bahwa Shireen ditembak oleh sniper. Shatha Hanaysha, soerang jurnalis Palestina, mengatakan bahwa dia dan 4 jurnalis, termasuk Shireen dan Ali Samodi, mereka telah terjebak oleh sniper Israel, dan penembak tidak mengurungkan tembakan meskipun Shireen telah jatuh ke tanah, mencegah Shatha dan saksi mata untuk menarik badan Shireen.[20] Menurut militer Israel, militan Palestina telah menembak pasukan Israel, kemudian mereka mengemabalikan tembakan.[7] IDF merilis video untuk menunjukkan seorang bersenjata menembak dari dalam kamp penampungan Jenin, dan dari area dimana Shireen tertembak.[21] Di video itu, seseorang berkata "Mereka [milisi Palestina] telah menembak seseorang, mereka telah menembak seorang tentara, dia terjatuh ke tanah." Namun tidak ada militer Israel yang terluka dalam operasi tersebut, pihak berwenang Israel mengatakan bahwa kemungkinan besar, milisi Palestina tersebut yang menembak Shireen, mengiranya adalah tentara Israel.[2] Haaretz, koran di Israel, melaporkan bahwa kemungkinan ditembak oleh milisi Palestina tidak mungkin terjadi karena pandangan mereka tertutup oleh bangunan antara milisi dan reporter.[22] Beberapa saksi mata, termasuk jurnalis yang berdiri di sebelah Shireen, melaporkan bahwa area tersebut relatif sepi dan tidak ada orang Palestina di sekitar, membantah pernyataan pihak Israel mengenai penyebab tewasnya Shireen akibat baku tembak.[23] Al Jazeera melalui kepala kantornya, Walid Al-Omari, di Ramallah, melaporkan bahwa tidak ada tembakan dari orang Palestina;[14] Mustafa Barghouti dari Palestinian National Initiative juga menyatakan bahwa tidak ada baku tembak saat kejadian.[24] Al-Omari juga menyatakan bahwa Shireen telah menggunakan helm dan ditembak di bagian yang tidak terlindungi di bawah telinga, "Dia [Shireen] telah dibidik.[4]" Video saat penembakan juga menunjukkan bahwa Shireen memakai jaket flak berwarna biru dan tertulis jelas, "PRESS".[7] Fotografer Agence France-Presse, kantor berita di Prancis, juga melaporkan bahwa militer Israel telah menembak dan membunuh Shireen.[25] Otopsi yang dilakukan oleh Universitas Nasional An-Najah tidak bisa menentukan siapa yang menembak Shireen; seorang patologis tidak menemukan bukti bahwa dia ditembak dari jarak dekat. Otopsi mengkorfimasi bahwa sebuah peluru telah menembus tengkorak dan melukai otak sehingga menyebabkan kematian.[26] Peluru telah diambil dan akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.[27] Benny Gantz, Kementerian Pertahanan Israel, menyatakan bahwa telah meminta Palestina untuk meminta peluru tersebut untuk dilakukan pemeriksaan.[28] Israel juga menyarankan pemeriksaan gabungan atas kematian Shireen, yang mana ditolak oleh pihak berwenang Palestina yang menginginkan pemeriksaan sendiri.[29] IDF kemudian mengumumkan untuk memulai investigasi kemungkinan penembakan dilakukan oleh salah satu personilnya, dimulai dari 3 insiden tembakan yang melibatkan pasukannya, dengan salah satunya berjarak 150 meter dari Shireen.[30] Buntut kejadianAl Jazeera mengumumkan bahwa rumah Shireen telah diperiksa oleh militer Israel setelah dia terbunuh, mereka menyita bendera Palestina dan lagu nasionalis Palestina.[24] Al Jazeera juga menambahkan bahwa ribuan orang berkumpul di Ramallah untuk menghormati Shireen, dimana jasadnya dibawa ke kantor berita untuk "perpisahan terakhir" untuk kolega, teman, dan keluarganya. Jurnalis Alternative Syndicate of the Press juga berkumpul di Beirut untuk menghormati Shireen. Di kotanya, Beit Hanina, kurang lebih 5 orang Palestina terluka akibat konfrontasi dengan pasukan bersenjata Israel, 3 orang ditahan; berkumpul di depan rumah Shireen untuk memprotes pembunuhan.[24] Otoritas Palestina menjadwalkan pemakaman kenegaraan untuknya.[1] Prosesi dilakukan pada 12 Mei 2022, di Ramallah, diawali di kantor kepresidenan Palestina. Mahmoud Abbas, Presiden Palestina, dijadwalkan hadir.[31] Jasad Shireen dibawa dari Jenin melalu Nablus dan Ramallah untuk pemakamannya di Yerusalem.[32] PemakamanPemakaman Shireen dilakukan pada 13 Mei 2022 di Yerusalem Timur. Ribuan orang hadir untuk berkabung, banyak dari mereka membawa bendera Palestina.[32] Prosesi pemakaman berawal di Rumah Sakit Saint Joseph di Yerusalem Timur namun terganggu akibat pelayat berebutan membawa peti mayatnya di pundak mereka.[33][34] Menanggapi hal tersebut,[35] polisi Israel menyerang pelayat dengan pentungan dan granat kejut, dengan petinya hampir jatuh ke tanah dalam siaran Al Jazeera.[36] Kepolisian Israel menyatakan bahwa respons mereka diakibatkan dari pelayat yang "mengganggu kegiatan publik". Kepolisian Israel juga melarang pelayat untuk menampilkan bendera Palestina, namum pelayat tetap saja melambaikan dan berteriak "Palestina! Palestina!". Polisi juga menyebutkan bahwa mereka telah dilempari batu. Sebuah video juga menayangkan bahwa seorang polisi berteriak kepada kerumunan, "Jika anda tidak berhenti berteriak dan menyanyikan lagu nasional [Palestina], kami akan membubarkan kalian dengan paksa dan tidak akan mengijinkan ke pemakaman."[37] Peti kemudian dimasukkan ke mobil jenazah dan dibawa ke Katedral Our Lady of the Annunciation di Yerusalem. Shireen dimakamkan di pemakaman Gunung Sion dimana dia akan dikubur di sebelah makam orang tuanya.[38][39] Uni Eropa merilis bahwa mereka terkejut dengan kekerasan di kompleks rumah sakit Saint Joseph dan kekerasan yang dilakukan oleh polisi Israel tidak diperlukan selama prosesi pemakaman.[37] Lihat juga
Referensi
Pranala luar |