Artikel ini ditulis seperti opini yang menulis pendapat penulis Wikipedia mengenai suatu topik, daripada menuliskannya menurut pendapat para ahli mengenai topik tersebut.. Bantulah menyuntingnya dengan menghapus bagian tersebut dan menuliskannya sesuai dengan gaya penulisan ensiklopedia.
Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. Informasi dalam artikel ini hanya boleh digunakan untuk penjelasan ilmiah; bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis. Wikipedia tidak memberikan konsultasi medis. Jika Anda perlu bantuan atau hendak berobat, berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan profesional.
Sembelit
Foto hasil sinar-x seorang anak laki-laki yang sedang mengalami konstipasi. Lingkaran menunjukan area penumpukan tinja.
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah gangguan pada sistem pencernaan saat seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.
Pencegahan
Untuk mencegah sembelit, disarankan bagi kita untuk tidak memakan dan menghindari makanan yang kandungan lemak serta kandungan gula yang tinggi. Untuk memperlancar metabolisme perencanaan, sebaiknya minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan lainnya setiap hari dan konsumsi makanan antiinflamasi (seperti alpukat, apel, dan kelapa.[1] Tidak hanya itu, olahraga pun diperlukan seperti jalan kaki (jogging) dan push up. Minimal 10—15 menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat. Biasakan pula untuk buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar. Tidak perlu memaksa untuk buang air besar setiap hari bila tidak ada rangsangan karena siklus pencernaan tiap orang berbeda-beda. Selain itu, biasakan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Tidur juga harus dilakukan minimal 4 jam sehari. Selain itu, sembelit juga dapat dihindari dengan menambah bumbu herbal dalam makanan (kecuali cabai). Terakhir, agar tidak terserang sembelit, jangan lakukan diet secara berlebihan.
Pengobatan
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut dan punggung,[2] minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Terapi tertawa juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara refleks bergerak sehingga perut terpijat dan merangsang gerakan peristaltik usus dan melancarkan buang air besar.
Konstipasi dapat juga diredakan atau diatasi dengan merendam kaki ke dalam air dingin. Kaki direndam sampai terasa cukup dingin. Terapi ini juga dapat mengatasi kaki pegal, pendarahan hidung, dan insomnia.
Bagi penderita obstipasi, dapat melakukan upaya mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar), pengisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).
Tekanan di dalam saluran pencernaan penderita konstipasi menjadi terlalu rendah untuk mendorong keluar tinja dari dalam usus. Agar tekanannya menjadi tinggi, bagian atas usus perlu dibuat agar bertekanan lebih tinggi daripada bagian bawahnya, yakni dengan menempelkan air es di perut dan air hangat di pantat. Hal ini biasanya diterapkan untuk konstipasi yang datang secara tiba-tiba.[3]
Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang menahan buang air besar, mengonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas, makan dalam porsi yang banyak, meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan, dan mengonsumsi makanan atau minuman dingin.
Penyebab
Konstipasi atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan banyak ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan diperkirakan sekitar 80% manusia pernah mengalami konstipasi atau sembelit. Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang berada di sekitar kita antara lain:[butuh rujukan]
Sering menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu yang lama.
Emosi, karena orang yang emosi atau cemas ususnya kejang, sehingga peristaltik usus terhenti dan usus besar menyerap kembali cairan feses. Akibatnya feses menjadi makin keras.
Kelebihan memakan daging. Terutama daging merah karena sulit dicerna dan memiliki banyak zat besi. Besi adalah zat yang membuat pengerasan tinja, membuatnya berwarna gelap dan hitam.[6]
Dari penyalahgunaan obat, seperti obat laksatif. Sebagai contoh, pemakaian pencahar berguna untuk melancarkan gerakan peristaltik. Lama-kelamaan usus menjadi terbiasa dan bergantung pada obat tersebut, mengakibatkan reaksi usus menjadi lamban, dan menghambat gerak peristaltik mandiri usus.
Makanan beku menghemat waktu dan energi tetapi menyebabkan banyak masalah kesehatan. Makanan beku memiliki serat yang sangat rendah dan banyak pengawet yang dapat mengganggu gerakan usus. Seperti es krim yang hampir tak mengandung serat sehingga tidak dapat membantu mengatur pergerakan usus ditambah lagi dengan kandungan gula dan susu di dalamnya dapat mengeraskan tinja.[8]
Memakan buah atau sayuran tertentu yang dapat memadatkan kotoran secara alami dengan berlebihan seperti pisang.[8]
Tanda dan gejala
Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon, gaya hidup, dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).
Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah.
Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringatdingin).
Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.
Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita konstipasi antara lain:
Kurang percaya diri
Lebih suka menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar.
Tetap merasa lapar tetapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
Emosi meningkat dengan cepat.
Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga rentan sakit kepala atau bahkan demam.
Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
Kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas.
Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.
Nafsu makan dapat menurun.
Konstipasi dan wanita
Sembelit adalah derita tersendiri buat kaum wanita. Berhari-hari tidak buang air besar tentu saja membuat perut jadi begah. Tak hanya itu saja, perut pun terasa membuncit karena proses pembuangan menjadi tidak lancar selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Perbandingannya empat wanita banding satu pria. Wanita pekerja yang berusia 18—55 tahun lebih cenderung mengalami gangguan pencernaan terutama sembelit.[9]
Penyebab wanita sering mengalami konstipasi antara lain:
Kekuatan sfingter dan otot perut wanita yang lebih lemah dari pria mempersulit wanita untuk buang air besar bila dibandingkan dengan pria.
Ketika ada keinginan untuk buang air besar di tempat umum atau di luar rumah, wanita cenderung merasa risih untuk buang air besar dengan alasan seperti rasa malu atau jijik pada toilet umum.[10]
Banyak wanita melakukan diet secara berlebihan. Gerakan peristaltik dari usus seakan terabaikan dengan pola diet yang tidak benar. Penyebab utamanya adalah karena kurangnya asupan serat.
Korpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron dapat mengumpulkan kelembapan air di dalam tubuh. Akibatnya, cairan untuk melunakkan tinja menjadi berkurang, sehingga tinja menjadi keras dan sulit untuk dikeluarkan (ini merupakan hormon fisiologi dari menstruasi dan kehamilan).
Pada awal kehamilan, ada rasa takut pada wanita apabila melakukan buang air besar nantinya akan menyebabkan janin ikut keluar hingga terjadi keguguran. Itu karena terdapat anggapan mengejan saat buang air besar sama dengan mengejan saat persalinan. Kebanyakan wanita hamil mengalami konstipasi pada saat hamil. Terutama saat kehamilan mencapai trimester tiga atau sekitar 7 bulan.
Bentuk panggul wanita yang lebar untuk mengeluarkan janin membuat usus dapat menjadi tidak stabil. Selain itu, untuk akumulasi lemak tubuh dan darah cenderung terkumpul di panggul juga.
Bentuk usus wanita memungkinkan akan terjadinya distorsi karena panggul wanita yang lebar, jadi kotoran keras mudah untuk terjebak di sana (contohnya bulb rektum).
Daerah abdomen wanita lebih padat karena ada rahim dan indung telur.[1]
Stres akibat sindrom iritasi usus (IBS) karena usus menjadi terdistorsi, kemudian menyebabkan obstruksi, sehingga tinja terjebak di sana.
Gangguan kulit
Gangguan kulit biasanya jarang ditemukan pada penderita konstipasi biasa dan lebih rentan menyerang penderita obstipasi. Apabila si penderita memilliki daya tahan tubuh yang lemah maka gangguan tersebut akan makin tampak. Penyebabnya karena racun atau toksin yang berasal dari tinja, termasuk juga karbon dioksida dan asam laktat hasil pencernaan makanan yang menumpuk di usus besar dan membebani kinerja hati. Karena kinerja hati terbebani, maka tubuh tidak mampu menghasilkan darah bersih dan metabolisme pun terganggu. Akibatnya, kekebalan tubuh berkurang, menyebabkan gejala akibat penyebaran toksin inilah yang dapat langsung terlihat pada kulit penderita.[11] Toksin-toksin yang terserap di usus besar juga bisa menghambat proses penyerapan nutrisi, menimbulkan reaksi alergi, bahkan menyebabkan penyakit jika sistem imun tubuh sedang lemah.[1]
Gangguan yang dapat terjadi misalnya kulit terlihat kusam, kulit terasa kasar, flek hitam, jerawat, eksem, dan sebagainya. Biasanya gangguan-gangguan ini hanya dapat hilang bila si penderita sudah sembuh dari konstipasi atau obstipasi.
Epidemiologi
Setiap tahunnya di Amerika, kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter dan menghabiskan 725 juta dolar karena masalah konstipasi.
Konstipasi biasanya terjadi pada wanita (karena faktor fisik dan psikologis), orang berusia lanjut (karena kinerja sistem pencernaan pada orang tua mulai menurun), dan anak-anak (karena sistem pencernaan pada anak-anak belum terlalu sempurna).[12]
Sekitar 12% dari populasi penduduk di seluruh dunia mengalami konstipasi.[13]
Pendapatan dari pasien obstipasi menyumbang sekitar 3% dari total seluruh pendapatan rawat jalan.[14]
Kemungkinan seseorang terkena konstipasi dalam suatu masyarakat adalah sebesar 2 sampai 30%.[15]
Sekitar 50% penderita konstipasi yang berobat ke rumah sakit mengeluhkan bahwa buang air besar mereka seperti terhambat.[15]
Jumlah penderita konstipasi di Amerika dan Asia-Pasifik sekitar 17,3%, dua kali lebih banyak dibandingkan dengan Eropa yakni 8,75%.[16]
Sekitar 25% penderita konstipasi cenderung tidak melakukan apapun untuk menyembuhkan konstipasi yang diderita, dan mereka lebih memilih untuk membiarkannya sembuh dengan sendirinya.[16] Sekitar 20% penderita sembelit menyepelekan gejalanya walaupun mereka sudah mengalaminya dalam waktu berbulan-bulan dan menganggap hal tersebut sudah biasa.[17]
Kurang lebih sepertiga penderita konstipasi menggunakan pencahar, meskipun baru-baru ini ada tinjauan yang menunjukkan bahwa obat pencahar adalah pengobatan yang aman dan efektif.
Sekitar 18% penderita konstipasi tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan akibatnya sekitar 12% dari mereka juga tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik.[18]
Obstruksi semu
Terkadang, orang-orang khawatir akan menderita sembelit, tetapi sebenarnya mereka tidak mengalami sembelit sama sekali. Merupakan persepsi yang salah jika seseorang tidak buang air besar setiap hari maka dikatakan ia mengalami sembelit. Itu hanya salah satu dari irama alami tubuh. Irama alami tubuh mengatur segalanya, termasuk "jadwal alami" untuk buang air besar. Beberapa orang sehat bahkan hanya buang air besar tiga kali seminggu.[19]
Setelah minum pencahar, pemakai akan terkadang mengalami waktu di mana ia tidak buang air besar. Hal ini karena usus besar sepenuhnya kosong (hampir tidak terdapat tinja), setelah pencahar menunjukkan efek. Biasanya akan memerlukan satu sampai dua hari sebelum usus besar terisi dan melakukan kontraksi untuk buang air besar.[19]
Yang lainnya
Munculnya rasa mulas dan nyeri pada perut bukan selalu merupakan suatu tanda dan gejala, begitu pula mulas dan nyeri yang tak tentu juga tidak menuju ke suatu gejala penyakit. Pada anak-anak,[4] konstipasi dapat mengarah kepada soiling (enuresis dan encopresis).[20] Konstipasi memang mengganggu, tetapi konstipasi tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk menyeimbangkan proses pencernaan dan mencegah divertikulosis.[21]
^Sonnenberg, A; Koch, TR (1989). "Epidemiology of constipation in the United States". Dis Colon Rectum. 32 (1): 1–8. doi:10.1007/BF02554713. PMID2910654.
^Walia, R.; Mahajan, L.; Steffen, R. (2009). "Recent advances in chronic constipation". Curr Opin Pediatr. 21 (5): 661–6. doi:10.1097/MOP.0b013e32832ff241. PMID19606041.Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)