Rumah makan Padang adalah suatu bisnis warung makan/rumah makan/restoran yang menjual atau menghidangkan berbagai ragam kuliner atau masakan Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat.
Rumah makan ini cukup terkenal di Indonesia dan di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Australia,[1] serta disukai oleh berbagai kalangan dari berbagai macam etnis dan bangsa.[2] Hal ini dikarenakan masakannya yang lezat serta daya adaptasinya yang bisa menyesuaikan dengan lidah atau selera masyarakat dimana rumah makan ini berada.[3] Rumah makan Padang di luar Sumatera Barat menghidangkan masakan yang tidak terlalu pedas, berbeda dengan rumah makan yang ada di tanah kelahirannya sendiri.
Usaha rumah makan ini hadir dalam berbagai tingkatan sosial, mulai dari warung Padang kaki lima yang harganya terjangkau oleh kalangan bawah, rumah makan yang menargetkan kalangan menengah, hingga restoran mewah yang menyasar kalangan atas dengan harga yang cukup tinggi sesuai fasilitas yang disediakan.[2][4]
Penamaan 'Rumah Makan (RM) atau Restoran Padang' sebenarnya tidaklah begitu tepat, karena asal masakan dan pelaku bisnis ini tidak hanya dari kota Padang, tetapi justru lebih banyak berasal dari wilayah lainnya di Sumatera Barat, seperti dari Agam, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman, Tanah Datar, Solok, dan berbagai wilayah lainnya. Setiap wilayah itu menghasilkan rasa dan ragam masakan yang agak berbeda antara satu dengan lainnya.
Asal-usul penamaan 'Restoran Padang' yang dianggap paling awal berhasil dilacak melalui suatu penelitian yang dilakukan oleh Surya Suryadi, seorang filolog di Universitas Leiden, Belanda. Ia menemukan bukti historis-empiris yaitu sebuah iklan restoran Padang yang bernama Padangsch-Restaurant "Gontjang-Lidah" di Cirebon. Restoran ini dikelola oleh seorang perantau Minang, B. Ismael Naim, yang iklannya dimuat selama beberapa bulan pada tahun 1937 di harian Pemandangan yang terbit di Batavia.[5]
Pengelolaan
Kiat bisnis
Beberapa kiat utama dalam usaha rumah makan Padang adalah pemilihan lokasi yang tepat, memilih masakan/makanan unggulan yang bisa membedakannya dengan rumah makan Padang lainnya, serta penampilan luar maupun interior yang bisa menimbulkan kesan tersendiri bagi para pengunjung. Kiat umum lainnya yang juga berlaku dalam setiap usaha, seperti mutu dan pelayanan yang baik, serta faktor harga tentu tidak boleh dilupakan.[6]
Kepemilikan
Usaha rumah makan Padang sudah bersifat terbuka, walaupun umumnya didirikan, dimiliki, dan dikelola oleh orang-orang Minang, baik yang telah lama merantau maupun yang baru datang ke suatu wilayah perantauan. Namun ada juga beberapa rumah makan/restoran Padang yang dikelola atau dimiliki oleh masyarakat dari etnis atau bangsa lain.[2]
Beberapa rumah makan/restoran Padang yang sudah punya nama besar dan punya jaringan luas juga memberlakukan sistem waralaba. Seseorang yang punya dana cukup besar bisa menanamkan modalnya untuk membuka usaha rumah makan/restoran Padang dengan merek tertentu, misalnya Restoran Sederhana, Simpang Raya, Sari Ratu, dan Mak Ciak. Sistem waralaba ini memberlakukan seluruh aturan manajemen sesuai standar dari perusahaan induk, dan investor punya kewajiban membayar royalti kepada pemilik merek dagang. Dengan sistem ini berarti usaha rumah makan/restoran Padang terbuka bagi siapa saja.
Pendapatan karyawan
Pendapatan karyawan dalam usaha rumah makan Padang secara tradisional berbentuk bagi hasil sesuai dengan peran para karyawannya. Setiap karyawan mendapatkan penghasilan berdasarkan persentase setelah laba usaha dihitung dalam jangka waktu tertentu. Sistem bagi hasil ini membuat para karyawan menjadi bersemangat karena dengan bekerja sebaik-baiknya serta ramah pada pengunjung, akan berdampak pada kemajuan usaha yang pada gilirannya akan membuat pendapatan mereka juga akan ikut meningkat.
Jenjang karier
Struktur karyawan pada usaha rumah makan Padang juga tidak jauh berbeda dibanding perusahaan profesional lainnya. Setiap orang bekerja sesuai keahlian dan kemampuannya masing-masing. Seorang pemula yang masuk dari awal akan ditempatkan sebagai tukang cuci piring. Pekerjaan ini akan dijalaninya selama beberapa bulan sebelum ia bisa naik ke jenjang berikutnya sebagai pembuat minuman atau penyiap hidangan. Setelah melalui beberapa jenjang karier, seorang karyawan bisa dipercaya menempati posisi tertinggi di bawah pemilik, yaitu sebagai juru masak, kasir, hingga manajer, sesuai bakat karyawan yang telah dipantau oleh pimpinan selama ia bekerja. Setelah berpengalaman beberapa tahun, banyak di antara karyawan rumah makan Padang yang kemudian berhenti lalu mendirikan rumah makan Padang sendiri, seperti Bustamam yang kemudian mendirikan Restoran Sederhana,[7] serta Rusdi Safri yang mendirikan rumah makan Taman Selera,[8]
Ragam masakan
Masakan atau kuliner Minangkabau sangat beragam. Disamping banyak kesamaan, tiap wilayah di Sumatera Barat juga punya varian masakan yang agak berbeda dibanding wilayah lainnya. Di sekitar danau Maninjau, Agam, terdapat palai rinyuak yang tak ditemukan di wilayah lain karena bahan dasarnya ikan rinyuak (sejenis ikan yang kecil-kecil) hanya terdapat di danau Maninjau. Begitu pula dengan goreng/salai ikan bilih dari wilayah Solok dan Tanah Datar. Ikan langka ini hanya terdapat di danau Singkarak, tidak terdapat di perairan lainnya di dunia.[9] Dari wilayah Agam lainnya terdapat suatu jenis masakan yang dikenal sebagai Nasi Kapau yang cukup banyak digemari orang. Sedangkan wilayah Lima Puluh Kota menghasilkan Sate Danguang-Danguang dan Martabak Kubang, begitu pula wilayah-wilayah lainnya dengan makanan khas masing-masing.
Karena keterbatasan bahan baku atau cara memasak yang rumit, tidak semua ragam masakan tersebut tersedia di rumah makan Padang. Umumnya rumah makan Padang menghidangkan jenis masakan yang bahan bakunya mudah didapat serta mudah dikerjakan, seperti ayam goreng/gulai/bakar, dendeng balado, gulai tunjang, gulai ikan kakap, serta rendang yang telah mengangkat derajat kuliner Minangkabau dan Indonesia ke tataran internasional karena terpilih sebagai makanan terlezat di dunia versi CNN pada Juli 2011.[10]
Jaringan
Seiring dengan tradisi merantau orang Minang, rumah makan Padang ini juga tumbuh dan menyebar luas bagaikan organisme makhluk hidup di seluruh Indonesia bahkan sampai mancanegara,[2][11] seperti Malaysia, Singapura, Australia, Arab Saudi, Belanda, dan Amerika Serikat.
Usaha rumah makan Padang ini telah berkembang jauh keluar dari tanah kelahirannya ranah Minang, setelah berevolusi sekian lama. Kini rumah makan Padang sudah banyak yang tampil secara modern dan berdampingan dengan resto-resto global seperti KFC dan McDonald's di pusat-pusat perbelanjaan mewah.[4] Rumah makan Padang merupakan usaha rumah makan yang jumlahnya sangat banyak. Di Jakarta dan sekitarnya saja, diperkirakan ada sekitar 20.000 rumah makan Padang baik yang berukuran besar maupun kecil.[2] Diantara puluhan ribu rumah makan Padang, ada beberapa yang tumbuh besar dan menjadi terkenal.
Restoran Sederhana yang memberlakukan sistem waralaba merupakan jaringan restoran Padang terbesar dengan tak kurang dari 200 resto yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, serta beberapa cabang di Malaysia.[11][12][13] Restoran Padang lain yang juga terhitung cukup besar adalah Restoran Sari Ratu yang mempunyai sekitar 22 gerai di Indonesia, Malaysia, dan Singapura.[14][15]
Malaysia
Di luar Indonesia, Malaysia adalah negara tempat berkembang biaknya rumah makan Padang dengan jumlah yang sangat signifikan. Hal ini juga didukung oleh populasi orang Minang yang cukup besar di negara jiran tersebut. Hampir di setiap ibu kota negara bagian, dapat dijumpai rumah makan Padang.[16] Beberapa restoran Padang yang cukup terkenal antara lain Restoran Nasi Padang Kampung Baru, Seri Garuda Emas, dan Minang Salero.
Selain itu terdapat pula restoran Padang asal Indonesia yang membuka cabangnya di Malaysia, seperti Restoran Sederhana, Natrabu, dan Sari Ratu. Ketiganya cukup agresif dalam mengembangkan sayapnya di negeri semenanjung itu. Pendiri Sari Ratu, Auwines bekerja sama dengan Junaidi bin Jaba, seorang pengusaha Minang Malaysia telah mendirikan cabang Sari Ratu pertama pada tahun 2001 di Desa Pandan, Kuala Lumpur.[17][18][19] Junaidi bin Jaba, pria asal Sijunjung yang sudah lama merantau di Malaysia ini juga berencana mengembangkan usahanya ke Kamboja.[17][20] Dengan sloganIndonesia Food, Authentic Nasi Padang, sampai tahun 2011 jaringan Restoran Sari Ratu telah berkembang jadi 7 cabang di Malaysia yang tersebar di berbagai lokasi, seperti di Bukit Bintang, Dataran Glomac Pusat Bandar Kelana Jaya, Dataran Sunway Kota Damansara, Subang Parade dan Bandar Puchong Jaya.[15]
Singapura
Singapura juga merupakan negara yang memiliki rumah makan Padang cukup banyak. Beberapa rumah makan Padang yang punya nama besar dan jaringan luas juga punya cabang di beberapa lokasi di kota perdagangan ini. Sari Ratu di bawah pimpinan Rama Auwines telah mengembangkan jaringan usahanya di Singapura dengan mendirikan cabang pertama pada pertengahan Juni 2012. Cabang yang berlokasi di Pahang Street tersebut dibangun dengan investasi senilai Rp 3,8 miliar.[14]
Selain Restoran Sari Ratu yang membuka cabang di Singapura, para perantau Minang yang telah lama bermukim di kota tersebut juga banyak membuka rumah makan Padang. Diantara yang cukup terkenal adalah RM Minang, RM Sabar Menanti, Warong Nasi Pariaman, RM Punggol, dan RM Hajjah Maimunah. Karena kultur makan di rumah makan Padang inilah, berdasarkan laporan CNN Travel, Nasi Padang merupakan salah satu dari 40 makanan yang masyarakat Singapura tak bisa hidup tanpanya.[21]
Australia
Usaha rumah makan Padang juga sudah cukup lama ada di Australia. Restoran Salero Kito di Melbourne merupakan restoran Padang yang cukup dikenal tidak hanya oleh warga Indonesia yang ada di sana, tetapi juga warga lainnya yang berasal dari berbagai bangsa dan negara. Restoran ini didirikan oleh Ezra Toddy yang sudah belasan tahun menjadi warga Melbourne.[22] Sementara Restoran Pondok Buyung mendapat penghargaan dengan predikat "Makanan Murah Terbaik di Sydney" yang dimuat dalam buku Everyday Eats 2011 yang diterbitkan oleh Fairfax Books bekerja sama dengan Sydney Morning Herald Good Food Guide pada bulan Februari 2011. Restoran yang berlokasi di distrik Kensington, Sydney ini didirikan pada tahun 1991 oleh Peter Sjarief yang telah merantau ke Australia sejak tahun 1976.[23]
Amerika Serikat
Dengan jaringan yang tak terlalu banyak, rumah makan Padang juga terdapat di Amerika Serikat, seperti Indo Kitchen yang terletak di Fourt Street, Alhambra, California di kawasan Hollywood, serta Indonesia Restaurant di 678 Post Street, San Francisco, California.[24] Di New York, beberapa restoran Padang sudah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu, di antaranya Restoran Upi Jaya di Elmhurst, Queens,[25] serta Restoran Minang Asli di 8610 Whitney Ave, Elmhurst.[26][27]Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno bahkan sempat meresmikan salah satu rumah makan/restoran Padang pada Juli 2011 di kota segala bangsa tersebut.[28]
Qatar
Di Qatar, rumah makan Padang juga dapat ditemukan di Doha. Restoran Minang Indonesia yang didirikan Arfianto Wismar Bachtiar ramai dikunjungi para warga perantauan Indonesia di negara tersebut.[11] Arfianto, pria asal Lintau, Tanah Datar ini telah merantau ke Qatar sejak tahun 2000 sebagai pekerja di perusahaan minyak. Istrinya yang pandai memasak masakan Minang sering mendapatkan permintaan dari warga Indonesia dan pihak KBRI di negara itu. Pada September 2006, Arfianto akhirnya membuka rumah makan Padang pertamanya. Usahanya kemudian berkembang lalu mendirikan rumah makan yang kedua pada tahun 2011.[11]
Tiongkok
Restoran Padang yang didirikan oleh Yusof Ma, Huang Hua, dan Ujang Marhum di salah satu jantung kota Beijing adalah restoran Padang pertama yang berdiri di Tiongkok pada tahun 2012. Dengan luas 1200 meter persegi dan mempunyai lima ruangan VIP yang diberi nama kota-kota di Sumatera Barat yaitu Bukittinggi, Pariaman, Payakumbuh, Solok, dan Padangpanjang, serta dilengkapi dengan nuansa Sumatera Barat, restoran tersebut menghidangkan 80% masakan khas Indonesia terutama masakan Minang.[29][30]
Merek dagang dan pelaku bisnis
Garuda
Rumah makan Padang yang berpusat di kota Medan, Sumatera Utara ini didirikan oleh H. Bakhtar setelah mengalami kemerosotan bisnis di bidang tekstil. Ia mulai membuka usaha rumah makan pada tahun 1976 di Jl. Pemuda, Medan, setelah belajar dari adiknya yang membuka usaha serupa di Palembang, Sumatera Selatan.[31]
Ekspansi pertama usaha rumah makan ini dilakukan pada tahun 1978, dengan membuka cabang di kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara, serta di Jl. Gatot Subroto, Medan pada tahun berikutnya. Setelah semakin stabil, ekspansi berlanjut ke Bandar Lampung, serta ke Jakarta pada tahun 2003.[31] Sepeninggal H. Bakhtar pada tahun 1995, Restoran Garuda kemudian dikelola oleh generasi kedua. Di bawah kepemimpinan Zulhelfi yang mulai aktif dalam manajemen RM Garuda sejak tahun 1988, kini jaringan restoran tersebut telah berkembang menjadi 22 gerai, serta 2 cabang anak usaha yang bernama RM Berjaya.[32][33]
Pada tahun 2013, Restoran Garuda Jakarta bersama dua restoran Indonesia lainnya masuk ke dalam daftar 101 restoran terbaik di Asia versi situs kuliner The Daily Meal. Dalam situs tersebut, Restoran Garuda Jakarta menempati peringkat 79, sementara Restoran Mozaic di Bali ada di peringkat 64. Satu lagi ialah Restoran Baan Arya di Pulau Bintan yang menghidangkan makanan Thailand.[34]
Natrabu
Nama Natrabu adalah kependekan dari National Travel Bureau, sebuah perusahaan biro perjalanan wisata yang dirintis dan dikembangkan oleh Rahimi Sutan sejak tahun 1958, dan pernah mempunyai beberapa cabang di Tokyo, San Fransisco, dan New York.[35] Awalnya usaha rumah makan hanyalah sebagai pendamping usaha biro perjalanan, namun kemudian menjadi usaha yang berkembang setelah beberapa biro perjalanan ditutup karena banyaknya travel warning dari negara luar terkait keamanan di Indonesia yang tak kondusif pada pertengahan 1960-an.[35]
Rahimi Sutan, pria asal Payakumbuh ini kemudian mendirikan Restoran Natrabu pada bulan Juli 1967 di Jl. H. Agus Salim No. 29 A, Jakarta Pusat.[36] Natrabu yang telah mendapatkan banyak penghargaan ini merupakan salah satu restoran Minang yang konsisten memakai istilah 'Masakan/Restoran Minang' dalam penampilannya. Natrabu juga merupakan Restoran Minang yang paling banyak dikunjungi oleh para pembesar baik dalam maupun luar negeri, diantaranya mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad.[35][37] Walaupun cabangnya sudah tersebar di berbagai lokasi, namun restoran ini tetap mendatangkan langsung bahan baku dari Sumatera Barat agar tetap bisa konsisten mempertahankan keaslian rasa.[38]
Pagi Sore
H. Lismar dan H. Sabirin, dua pria asal Bukittinggi, Sumatera Barat merupakan pendiri usaha rumah makan ini. Mereka memulainya dengan menyewa sebuah tempat kecil di Jl. Sudirman, Palembang, Sumatera Selatan. Usaha ini kemudian berkembang dengan pendirian beberapa cabang baru yang masih berlokasi di sekitar Palembang.[39]
Ekspansi pertama ke Jakarta baru dilakukan pada tahun 2006 dengan dibukanya cabang baru di Rawamangun, Jakarta Timur oleh anak H. Sabirin, yaitu Hj. Armaidy dan Abdul Satam, kemudian berlanjut dengan pendirian cabang baru lainnya di Jl. Cempaka Putih Raya, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.[39] Restoran Pagi Sore yang berpusat di kota Palembang ini, kini sudah beroperasi di beberapa lokasi, sebagian besar di wilayah Sumatra bagian Selatan terutama kota Palembang. Selain di Jakarta, juga ada di Bangka, Kayu Agung, Jambi, dan Sungai Lilin.[40][41]
Sederhana
Jaringan restoran ini didirikan oleh Bustamam asal Lintau, Tanah Datar. Bermula dari warung kecil kaki lima di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat pada dekade 1970-an. Setelah melalui masa sulit dan jatuh bangun, usaha rumah makan ini telah berevolusi menjadi salah satu jaringan restoran terbesar di Indonesia.[7]
Jaringan Restoran Sederhana dengan logo 'SA' ini sebagian besar memakai sistem franchise dan telah memiliki 200 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia serta Malaysia.[42] Hanya sebagian kecil dari jaringan restoran ini yang dimiliki secara penuh oleh Bustamam, sebagian besarnya ia hanya menerima royalti dari para investor. Jaringan Restoran Sederhana adalah jaringan RM Padang terbesar dan merupakan restoran Indonesia yang paling diminati.[43]
SB Bintaro
RM Padang yang berlogo 'SB' ini merupakan pecahan dari Restoran Sederhana. SB Bintaro didirikan oleh Djamilus Djamil asal Tanah Datar pada tahun 2004. Pada tahun 2022, usahanya telah berkembang menjadi 4 gerai dengan berbagai pola, seperti waralaba (franchise), kerja sama, dan yang dimiliki sendiri. Outlet Sederhana Bintaro terdapat di Jakarta dan Bandung.
Djamilus Djamil sempat bersengketa dengan Bustamam, pendiri jaringan Restoran Sederhana yang masih berkerabat dengannya, dalam hal pemakaian merek dagang "Sederhana". Pengadilan NiagaJakarta Pusat sesuai keputusan Mahkamah Agung tanggal 5 Oktober 2009 menetapkan H. Bustamam sebagai pemilik sah merek dagang dengan kata "Sederhana".[44][45] Sepeninggal Djamilus Djamil, pengelolaan SB Bintaro kemudian dilanjutkan oleh istrinya, Purnama Sari Djamilus.[46]
Sari Bundo
Walaupun jaringannya tidak sebesar Restoran Sederhana, tetapi rumah makan yang didirikan oleh Azwardi Rivai ini punya keistimewaan tersendiri. Letaknya di Jl. Ir. H. Juanda, Jakarta Pusat yang berada di belakang Istana Negara, membuat rumah makan Padang ini sering dikunjungi para menteri sejak era Presiden Soeharto.[47] Rumah makan ini juga difavoritkan oleh presiden Habibie dan Abdurrahman Wahid.[48] Selain di Jakarta, Restoran Sari Bundo juga memiliki cabang di Yogyakarta dan Pontianak.[49]
Sari Ratu
Restoran ini adalah pelopor rumah makan Padang di mall-mall mewah. Setelah cabang pertamanya di Ratu Plaza dibuka pada tahun 1982, restoran yang didirikan oleh Auwines itu juga membuka cabangnya di berbagai mall mewah lainnya, seperti Plaza Indonesia dan Mal Pondok Indah.[4][14] Pengembangan usaha ke Malaysia dilakukan oleh Auwines bekerjasama dengan Junaidi bin Jaba[20] pada tahun 2001.[17][18] Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, Restoran Sari Ratu kini mempunyai sekitar 22 outlet yang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Singapura.[14][15]
Simpang Raya
Restoran Padang ini didirikan oleh Muhammad Noor Datuak Maharajo di Bukittinggi, Sumatera Barat.[50] Adiknya, Noersal Z. Bagindo kemudian melebarkan sayap ke Pulau Jawa dengan membuka cabang pertama di Cipanas, Jawa Barat dengan pola kerja sama dengan pemilik lokasi pada tahun 1976.[50][51] Pada awal 1980-an, RM Simpang Raya melakukan ekspansi ke Jakarta dan sekitarnya dengan membuka cabang pertama di Jl. Kramat Raya, lalu di Ancol, Jakarta Utara.[50] Pada tahun 1996, rumah makan ini membuka cabangnya di Jl. Margonda Raya, Depok, kemudian berlanjut ke Bandung dan sekitarnya. Cabang pertama di Bandung dibuka di Jl. Asia Afrika, lalu di Jl. Ir H Juanda, Jl. Raya Cipacing (Rancaekek), dan Jl. Terusan Pasteur. Saat ini sudah lebih dari 30 RM Simpang Raya yang tersebar di berbagai lokasi di bawah pimpinan Noersal Zainudin Bagindo.[51][52]
Taman Selera
Rumah makan Padang yang didirikan Rusdi Safri asal Sumpur, Tanah Datar ini berlokasi di jalur Pantura, Losarang, Indramayu, Jawa Barat. Rusdi mendirikan RM Taman Selera pada tahun 1988 setelah beberapa tahun menjadi karyawan di RM Citra Rasa milik pamannya yang juga berlokasi di Indramayu.[8]
RM Taman Selera mungkin menjadi rumah makan dengan area terluas di Indonesia. Dengan area seluas empat hektar, ditambah beberapa hektar lagi yang tengah dipersiapkan, rumah makan ini bagaikan sebuah terminal bus. Pengunjung rumah makan ini sebagian besar adalah ribuan penumpang dari ratusan bus yang melintasi jalur Pantura.[8] Pada Juli 2014, Rusdi mendirikan cabang baru RM Taman Selera yang berlokasi sekitar 800 meter dari pintu tol Cikamurang, Indramayu.[53]